Wamen BUMN: Industri Baja RI Paling Tidak Efisien, Harus Jeli Cari Peluang

20 Mei 2020 20:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri BUMN 1 Budi Gunadi Sadikin. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri BUMN 1 Budi Gunadi Sadikin. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri BUMN I Budi Gunadi Sadikin, menyebut industri baja nasional paling tidak efisien sedunia. Dengan adanya globalisasi perdagangan, industri baja lokal tertekan cukup berat.
ADVERTISEMENT
Industri baja memang memiliki kompleksitas tinggi dan strategis karena menjadi induk dari segala industri (mother of industry). Pandemi virus corona, semakin menekan industri ini. Pengusaha bahkan curhat penjualan baja anjlok 60 persen.
Budi mengakui virus corona menjadi bencana, tapi di sisi lain menjadi peluang terciptanya bisnis baru jika pelaku usahanya jeli melihat kesempatan.
Menurut dia, salah satu peluang yang bisa diciptakan adalah produksi jarum suntik yang ternyata bahan bakunya dari besi baja.
Kata Budi, dalam tugasnya mengawasi BUMN kesehatan di mana dia harus mengurus 7.000 kamar dari 70 rumah sakit BUMN, baru tahu jarum suntik dibuat dari baja. Dari informasi rumah sakit, kebutuhan rata-rata jarum suntik sekitar 2 per kapita atau sekitar 400 juta.
ADVERTISEMENT
Di negara maju, kebutuhan jarum suntik per kapita mencapai 10 jarum. Jika dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta orang, maka perlu 2,5 miliar jarum suntik yang bahan bakunya dari baja.
"Saya tahu industri farmasi dan kesehatan bukan konsumen industri baja terbesar, biasanya kan konstruksi dan otomotif. Tapi itu menunjukkan adanya opportunity baru karena banyak orang yang disuntik di situasi saat ini. Ini akan menciptakan opportunity baru bagi pebisnis yang siap," katanya dalam diskusi daring bersama PT Krakatau Steel Tbk, Rabu (19/5).
Selain mencari celah bisnis baru dalam situasi seperti, para pemain industri baja nasional termasuk Krakatau Steel yang menjadi BUMN baja satu-satunya, diminta menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan regulator dan pelanggan.
ADVERTISEMENT
Pelanggan atau konsumen yang menggunakan baja, harus diyakinkan bahwa produsen baja dan turunannya bisa memasok kebutuhan mereka.
Baja produksi Krakatau Steel. Foto: Dok. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Dengan adanya pandemi virus corona yang membuat pasokan dari luar negeri seret, seharusnya menjadi kesempatan pemain baja lokal menyuplai dari ke industri nasional.
"Banyak kepala negara berpikir sebaiknya jangan bergantung pada impor, tapi harus miliki berapa porsi yang bisa di-supply dari dalam negeri. Sehingga saat kejadian situasi ini siap dan harus dikejar dengan catatan buka komunikasi dengan pelanggan dan pemangku kepentingan karena intinya kami ingin maju," ujarnya.
Di luar dari industri baja, kata dia, ada PT Industri Sandang Nusantara (Persero) atau INSAN yang merupakan BUMN miskin, tapi bisa memanfaatkan peluang di saat pandemi ini dengan memproduksi masker yang khas. Menurut Budi, membaca peluang seperti ini harus dimanfaatkan BUMN lain.
ADVERTISEMENT
"Kita punya BUMN miskin yang namanya Industri Sandang Nusantara. Bikin kain batik. Itu BUMN susah yang sekarang dengan adanya pandemi ini mereka bikin masker yang personalize terhadap gambar atau logo perusahaan atau preferensi BUMN," ucap Budi.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
*****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!