Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Wamen BUMN Ungkap Kredit Macet Bank Naik di Sektor UMKM, Ini Alasannya
30 April 2024 14:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan kondisi geopolitik dan pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan Non Performing Loan (NPL) alias kredit macet perbankan mulai meningkat.
ADVERTISEMENT
Tiko, sapaan akrab Kartika, mengatakan kondisi makroekonomi saat ini menghadapi tantangan cukup besar karena tiga faktor. Pertama, kondisi geopolitik di Timur Tengah mengganggu rantai pasok membuat lonjakan harga komoditas.
"Harga crude di kisaran USD 86 per barel dan kita lihat apakah ke depan menurunnya eskalasi menentukan harga crude dan ini sangat menentukan sekali mengenai neraca minyak kita berapa yang harus kita impor dan dampaknya kepada currency kita," jelasnya saat BUMN Forum 2024, Selasa (30/4).
Faktor kedua, lanjut Tiko, yaitu kondisi inflasi di Amerika Serikat (AS) yang belum mereda membuat bank sentral The Fed menunda penurunan suku bunganya hingga akhir tahun.
Kondisi tersebut membuat capital outflow yang cukup signifikan dan penguatan dolar AS sehingga Bank Indonesia (BI) harus merespons dengan kenaikan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen. Tiko belum bisa memprediksi kapan kondisi ini bertahan.
ADVERTISEMENT
Kemudian faktor ketiga terjadi di dalam negeri, kata Tiko, yakni inflasi bahan pangan, mulai dari beras hingga gula yang harganya masih mahal. Menurutnya, pemerintah sudah melakukan stabilisasi harga dengan importasi dan intervensi pasar.
Tiko mengatakan, seluruh faktor tersebut berpengaruh pada daya beli masyarakat. Salah satu indikatornya adalah peningkatan NPL perbankan khususnya di sektor UMKM (small micro enterprise/SME)
"Ini juga akan memengaruhi daya beli masyarakat dan kalau teman-teman mengikuti satu dua hari ini kinerja perbankan memang ada peningkatan NPL khususnya di segmen mikro dan SME," ungkap Tiko.
Pengetatan kebijakan moneter oleh BI, menurut Tiko, diprediksi akan bertahan sampai akhir tahun ini sehingga manajemen likuiditas perbankan juga akan menantang.
"Ini membuat bank akan hati-hati, saya rasa kredit bank akan cenderung untuk di kisaran 10-11 persen sedikit lebih moderat karena itu juga pertumbuhan laba atau kredit di bank akan cukup moderat," tutur Tiko.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Tiko masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih bisa di atas 5 persen, sebab konsumsi domestik yang kuat dan indeks PMI manufaktur juga masih baik.
Selain itu, peningkatan investasi terutama penanaman modal asing (PMA) juga membaik seiring dengan selesainya Pilpres 2024 yang dimenangkan oleh Prabowo Subianto.
"Dengan terpilihnya Pak Prabowo Subianto dan kepastian kita akan menggunakan framework kebijakan fiskal moneter yang tidak berubah, diharapkan (investasi) akan meningkat di kuartal III dan IV dan diharapkan FDI juga tetap dalam kondisi pertumbuhan," jelas Tiko.