Wamen Rosan: Inklusivitas Keuangan Jadi Landasan Tumbuhnya Ekonomi Berkelanjutan

7 September 2023 11:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani di ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF). Foto: Dok. Telkom
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani di ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF). Foto: Dok. Telkom
Inisiatif keuangan digital di kawasan ASEAN berkontribusi besar dalam mempercepat inklusi keuangan. Selama beberapa tahun terakhir, terdapat kemajuan pesat yang terlihat dari ikut sertanya BUMN jadi pemain penting dalam memandu transformasi di tengah maraknya pengembangan keuangan digital.
ASEAN sebagai rumah dari 680 juta penduduk dan 70 juta UMKM masih menghadapi tantangan inklusivitas keuangan yang signifikan. Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan transaksi dan menggunakan jasa layanan bank tercatat masih rendah dengan persentase penduduk hingga 70 persen.
Tidak hanya itu, sekitar 39 juta dari 70 juta UMKM juga menghadapi kekurangan pendanaan yang cukup besar dengan nilai USD 300 Miliar setiap tahunnya.
Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani menjelaskan, munculnya layanan keuangan digital membuka jalan untuk menjembatani kesenjangan keuangan khususnya bagi mereka yang belum mempunyai rekening bank, belum memakai jasa layanan perbankan, dan bagi UMKM yang sebelumnya mungkin dinilai unbankable.
Layanan keuangan digital memainkan peran penting dalam mendorong inklusivitas keuangan, dan menjadi landasan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif di kawasan ASEAN.
“Kita telah melihat contoh di negara-negara ASEAN, bahwa pertumbuhan dan revolusi keuangan digital telah meningkatkan perekonomian negara dan inklusivitas ekonomi. Hal serupa juga terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, dimana Indonesia telah berada di garis depan untuk revolusi keuangan digital, menunjukkan pertumbuhan dan ketahanan yang luar biasa,” tutur Rosan.
Rosan mengungkapkan, antara tahun 2011 hingga 2022, pemain fintech di Indonesia meningkat enam kali lipat dari semula 51 pemain menjadi 334 pemain aktif. Sementara itu, 33 persen penduduk memilih e-wallet sebagai metode pembayaran default mereka pada tahun 2021. Hal ini sekaligus menempatkan Indonesia sejajar dengan beberapa negara maju di Asia.
“Transisi Indonesia menuju ekonomi digital terlihat jelas dengan melonjaknya pembayaran non-tunai dari USD 813 juta menjadi USD 26,2 miliar pada tahun 2017 hingga 2022. Transisi menuju ekosistem transaksi digital yang berkembang pesat ditunjukkan dengan nilai transaksi pembayaran digital, yang tumbuh dari USD 206 miliar pada tahun 2019 menjadi USD 266 miliar pada tahun 2022,” jelas Rosan.
Ia melanjutkan, perkembangan transaksi pembayaran digital ini akan terus tumbuh hingga mencapai lebih dari USD 421 miliar pada tahun 2025.

Peran Penting BUMN Dorong Inklusi Keuangan

Dengan jangkauan yang luas, BUMN memegang peranan penting dalam mendorong inklusi keuangan melalui keuangan digital khususnya di kota-kota yang kurang terjangkau. Selama beberapa tahun terakhir, BUMN telah meningkatkan katalis, memulai inisiasi yang visioner dan membentuk kolaborasi yang strategis untuk mentransformasi layanan keuangan digital Indonesia dalam berbagai aspek.
Rosan pun menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir sektor keuangan digital ASEAN juga telah bertransformasi yang utamanya diarahkan untuk memperkuat inklusi keuangan bagi konsumen dan UMKM. Pertumbuhan dalam bidang ini sangat kuat dengan peningkatan volume pembayaran digital.
Lanskap pinjaman digital juga tidak ketinggalan dan diperkirakan akan tumbuh secara signifikan pada tahun 2030. Menghadapi fenomena itu, bank-bank BUMN kini berfokus pada tiga transformasi yang mencakup pinjaman digital, pembayaran digital (e-wallet), dan perbankan digital.
Dalam mentransformasi pinjaman digital, BRI, Bank Mandiri dan Bank BNI telah meluncurkan platform pinjaman digital yang memungkinkan individu yang tidak memiliki riwayat pinjaman dapat mengakses layanan keuangan secara digital.
Inisiatif ini memberikan dampak yang signifikan terhadap inklusi keuangan, misalnya pinjaman digital BRI yang tumbuh 146 persen dalam waktu satu tahun di periode 2021 hingga 2022 dengan nilai pinjaman USD 125 juta kepada jutaan peminjam dalam 3 kuartal pertama di tahun 2022.
“Kemudian, untuk pembayaran digital (e-wallet), beberapa BUMN juga telah memperluas layanan pembayaran melalui platform e-money bagi pelanggan. Terakhir, untuk perbankan digital, Bank Mandiri, BRI, BNI dan BTN juga telah membangun solusi perbankan digital, salah satunya mobile banking BNI yang telah tumbuh 59,6 persen year on year menjadi 7,8 juta pengguna pada tahun 2020,” jelas Rosan.
Menurutnya, inklusi keuangan bukan sekadar tujuan dari ekonomi saja, melainkan juga untuk kepentingan sosial. Diharapkan diskusi dalam forum tersebut akan menghasilkan solusi terhadap tantangan inklusivitas keuangan yang dihadapi demi menjaga stabilitas dan kesejahteraan di kawasan ASEAN.

Telkom Indonesia, Bangun Konektivitas Digital Indonesia

Menyadari pentingnya akselerasi digital dan inklusi keuangan khususnya pada sektor UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian, Telkom yang memegang peranan penting dalam membangun konektivitas digital di Indonesia juga turut memperluas akselerasi melalui INDIBIZ.
INDIBIZ akan menjadi platform yang berfokus untuk meningkatkan keterampilan dan berkolaborasi dalam ekosistem untuk meningkatkan kapabilitas UMKM dan inklusivitas digital Indonesia.
Direktur Enterprise dan Business Service Telkom FM Venusiana mengatakan, NDIBIZ akan menjadi solusi untuk menaikkelaskan UKM Indonesia melalui 4 pilar.
“Solusi platform dan layanan digital, kolaborasi dengan startup atau developer yang fokus menyediakan produk-produk dan solusi untuk UKM, kolaborasi pembiayaan dengan lembaga keuangan, serta kolaborasi dengan komunitas dunia usaha untuk meningkatkan produktivitas UKM. Diharapkan dengan solusi end-to-end yang ada di ekosistem INDIBIZ dapat meningkatkan daya saing dan mendigitalisasi UKM Indonesia,” jelas Venusiana.
Selain INDIBIZ, Telkom juga terus mendukung peningkatan akselerasi digital demi memperluas inklusi keuangan di Indonesia melalui cakupan konektivitas TelkomGroup yang telah menjangkau lebih dari 98 persen penduduk Indonesia.
Ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat Data Center di kawasan ASEAN dengan memiliki 30 fasilitas data center (25 domestik & 5 luar negeri) dan tersebar di 4 negara (Indonesia, Singapura, Hongkong, dan Timor Leste) dengan klasifikasi Tier 3 dan Tier 4.
Dihadirkan pula Digico sebagai akselerator digitalisasi perusahaan dengan menyediakan produk-produk prioritas untuk mendukung kemajuan digitalisasi masyarakat. Dalam hal ini, kemajuan digitalisasi Indonesia akan selalu menjadi fokus utama Telkom untuk mendukung kemajuan kawasan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan.