Wamen Tiko: Industri Halal Bisa Jadi Mesin Baru Pertumbuhan Ekonomi RI

29 April 2025 14:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo dalam acara Mandiri Investment Forum 2025 di Hotel Fairmont Jakarta, Selasa (11/2/2025). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo dalam acara Mandiri Investment Forum 2025 di Hotel Fairmont Jakarta, Selasa (11/2/2025). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia dinilai memiliki potensi besar menjadi hub industri halal global untuk mempercepat pengembangan sektor halal sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri BUMN Kartika (Tiko) Wirjoatmodjo mengatakan perusahaan-perusahaan yang kini ada dapat memulai fokus menjadi sektor industri halal menjadi sumber pendapatan baru.
“Perusahaan state-owned (di Indonesia) memiliki peluang untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam mengembangkan ekonomi nasional dengan fokus pada pengembangan industri halal sebagai sumber pengembangan baru,” ujar dalam forum BSI GIFS 2025, Jakarta, Selasa (29/4).
Namun, Tiko juga menyoroti bahwa kawasan industri halal (KIH) di Indonesia masih minim aktivitas.
“Infrastruktur Indonesia saat ini memiliki sekitar 6 industri halal atau kawasan industri halal tetapi terdapat produsen yang rendah sebagai isu,” ujarnya.
Sebelumnya, industri halal global diproyeksikan mencapai USD 2.597 miliar pada tahun 2025, dengan pasar halal Indonesia diperkirakan menembus USD 249 miliar pada 2025.
ADVERTISEMENT
Tiko memaparkan bahwa sektor makanan dan minuman halal, industri farmasi, dan kosmetik di Indonesia diharapkan dapat berkontribusi sekitar USD 196,39 miliar ke industri halal global.
Pelaku UMKM di Bandung menghadiri kegiatan Sertifikasi Halal dan Bazar Sembako Murah yang digelar Relawan UKM Sahabat Sandi Bandung di Kedai Kopi Salarea, Kota Bandung, Jawa Barat. Foto: Dok. Istimewa
“Untuk mencapai misi itu (Indonesia) harus mempercepat sektor industri halal untuk menemukan kebutuhan domestik dan potensi ekspor terutama menargetkan di antara daerah-daerah ASEAN dan GCC,” tambahnya.
Menurut Tiko, tantangan besar yang masih dihadapi dalam pengembangan industri halal di Indonesia mencakup keterbatasan infrastruktur yang komprehensif serta akses terhadap bahan baku halal.
Tiko juga juga menyoroti pentingnya optimalisasi kerja sama dengan negara-negara GCC. Ia juga menyoroti lemahnya keterhubungan antara sektor keuangan dan pelaku industri halal.
Kemudian, Tiko menilai bahwa seluruh Bank Syariah di Indonesia memiliki peran kunci dalam menjawab tantangan ini, karena dapat berkontribusi melalui investasi dan pembiayaan sektor strategis, khususnya industri halal yang berkembang melalui sistem produksi dan logistik.
ADVERTISEMENT
“Melalui aksi ini, Bank Syariah dapat memberikan penyelesaian konkret di seluruh jenis nilai halal, membantu memperkuat kesejahteraan dan mengembangkan ekonomi halal,” ujar Tiko.