Wamendag Jelaskan Pentingnya Digitalisasi di Pasar Tradisional saat Pandemi

2 Oktober 2020 15:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Batang Wihaji (kiri) meninjau persiapan pasar penerapan Normal Baru di Pasar Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Sabtu (6/6/2020). Foto: Harviyan Perdana Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Batang Wihaji (kiri) meninjau persiapan pasar penerapan Normal Baru di Pasar Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Sabtu (6/6/2020). Foto: Harviyan Perdana Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pemerintah mengaku terus berupaya menanggulangi pandemi COVID-19. Di sisi lain, pemerintah juga ingin memastikan bahwa perekonomian tetap berjalan agar masyarakat tidak semakin terpuruk. Keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi inilah yang terus ditekankan oleh Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga.
ADVERTISEMENT
Menurut Jerry, sektor perdagangan dalam negeri harus terus berjalan di tengah pandemi guna mendorong pemulihan ekonomi nasional.
“Dengan adanya pandemi ini, (kesehatan dan ekonomi) berjalan dengan paralel. Ini penting bahwa kesehatan diutamakan tetapi aktivitas (perdagangan) tetap dijalankan. Ini tantangan buat kita semua menerapkan melaksanakan aktivitas keseharian kita sesuai dengan protokol kesehatan,” ungkap Jerry dalam Virtual Ceremony Digitalisasi Pasar Bersehati Manado bersama Kementerian Perdagangan, Jumat (2/10).
Persiapan pasar penerapan Normal Baru di Pasar Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Sabtu (6/6/2020). Foto: Harviyan Perdana Putra/ANTARA FOTO
Salah satu aktivitas yang harus terus berjalan adalah perdagangan di pasar tradisional. Menurut Jerry, kegiatan ini menjadi penting sebab pasar tradisional merupakan salah satu pusat pergerakan ekonomi masyarakat. Namun tidak dipungkiri juga bahwa pasar juga menjadi tempat berkumpulnya banyak orang. Aktivitas pembayaran secara tunai juga masih dominan dilakukan.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Jerry mengatakan, demi memutus rantai penyebaran COVID-19, Kemendag terus mendorong program digitalisasi pasar tradisional. Diharapkan program ini bisa mengurangi kontak fisik di setiap transaksi antara pedagang dan pembeli. Jerry optimistis bahwa penggunaan dompet digital dan pembayaran nontunai dengan menggunakan kode Quick Response Indonesian Standard (QRIS) bisa menekan potensi penyebaran COVID-19 di pasar tradisional.
“Metode cashless atau nontunai, itu kan menunjang protokol kesehatan. Prosesnya cepat hanya 5 detik, nilai pembayarannya juga pas. Kalau cash kan kalau kelebihan suka cari-cari kembalian, malah menambah kontak fisik jadinya,” ujarnya.
Namun Jerry menekankan, digitalisasi di pasar tradisional juga harus dibarengi dengan sosialisasi mengenai sistem dan penggunaan dompet digital. Sebab, kurangnya pemahaman pedagang pasar terkait teknologi diakuinya menjadi salah satu kendala.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Jerry menilai sosialisasi yang berkelanjutan untuk mendorong pedagang dan pembeli menjadi akrab dengan sistem transaksi nontunai perlu digalakkan. Hal tersebut memerlukan peran baik dari pemerintah daerah maupun pihak penyelenggara jasa pembayaran.
"Jangan sampai udah siap semua (infrastrukturnya), tapi ternyata pemahaman terkait digital agak sulit karena kurangnya sosialisasi. Jadi saya pikir perlu ada sesi-sesi training sehingga penggunaannya bisa lebih optimal," pungkasnya.