Wamendag Optimistis Neraca Dagang RI Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

18 April 2024 19:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Benda-benda dicegat di langit setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel (14/4/2024)  Foto: Amir Cohen/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Benda-benda dicegat di langit setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel (14/4/2024) Foto: Amir Cohen/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga optimistis kinerja neraca perdagangan Indonesia tetap surplus di tengah konflik Timur Tengah antara Iran dan Israel. Adapun, neraca perdagangan RI sudah mencatatkan surplus 48 bulan Berturut-turut.
ADVERTISEMENT
“Saya yakin dan percaya, seperti yang saya sampaikan selalu bahwa kita akan tetap surplus karena kita sudah teruji, 48 bulan berturut-turut lebih kita selalu surplus,” kata Jerry kepada awak media di Kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (18/4).
Jerry mengakui konflik antara dua negara tersebut berdampak terhadap perdagangan dalam negeri. Untuk itu, Jerry meminta pemerintah tetap waspada dengan memastikan hubungan-hubungan perdagangan yang selama ini dilakukan dalam kondisi yang baik dan kondusif.
“Kita sebagai negara yang selama ini menjaga surplus perdagangan mudah-mudahan tetap bisa mempertahankan itu,” tegasnya.
Sebelumnya, Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, serangan tersebut memicu keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang karena meningkatnya risiko geopolitik. Rupiah bahkan diprediksi akan melemah ke Rp 17.000 per dolar AS jika ketegangan tersebut terus berlangsung.
ADVERTISEMENT
"Alhasil, investor akan mencari aset yang aman baik emas dan dolar AS, sehingga rupiah bisa saja melemah hingga Rp 17.000 per dolar," kata Bhima kepada kumparan, Minggu (14/4).
Hal yang sama diungkapkan oleh Ekonom CORE Yusuf Rendy Manilet. Menurutnya, ketegangan antara Iran dan Israel bakal mempengaruhi nilai tukar mata uang di Indonesia. Sebab, investor akan mencari aset yang lebih aman.
"Tingkat volatilitas rupiah itu akan lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu dan kondisi depresiasi yang dialami oleh nilai tukar Rupiah berpeluang akan terjadi lebih lama," ungkapnya.
Rendy mengatakan, BI akan lebih aktif di pasar valas untuk melakukan melakukan intervensi nilai tukar rupiah. "Jika itu tidak dilakukan maka saya khawatir depresiasi akan terjadi lebih dalam lagi dibandingkan kondisi saat ini," katanya.
ADVERTISEMENT
"Dalam kasus konflik langsung antara Iran dan Israel, situasinya bisa eskalasi lebih jauh, menyebabkan perang yang lebih luas di Timur Tengah dan berpotensi menjatuhkan ekonomi global ke dalam resesi," pungkas Yusuf.