Wamenkeu: ASEAN Harus Keluar dari Middle Income Trap

3 Oktober 2024 9:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono menghadiri konferensi pers di Gedung Kementerian Keuangan RI, Jakarta, Kamis (18/7/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono menghadiri konferensi pers di Gedung Kementerian Keuangan RI, Jakarta, Kamis (18/7/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono yang disapa Tommy, menyebut ASEAN harus keluar dari middle income trap, yakni negara yang berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah tetapi tidak dapat keluar untuk menjadi negara maju.
ADVERTISEMENT
“Dalam beberapa dekade ke depan, sebagian besar negara ASEAN harus keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah,” kata Tommy saat membuka ASEAN Treasury Forum (ATF) 2024 di Denpasar, Bali pada Kamis (3/10).
Menurut Tommy, untuk keluar dari negara berpenghasilan menengah, ASEAN perlu berkolaborasi dan berinovasi dari berbagai sektor. "Hal ini hanya dapat dicapai melalui kolaborasi lintas negara dan inovasi di berbagai sektor," katanya.
Selain itu, Tommy juga menyoroti fragmentasi geopolitik yang sedang terjadi. Kerangka kerja berbasis konsensus dinilai merupakan hal yang dapat mendukung kolaborasi dan inovasi dari berbagai sektor.
Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono memberikan sambutan dalam ASEAN Treasury Forum 2024 di Denpasar, Bali pada Kamis (3/10). Foto: Argya Maheswara/kumparan
“Dalam dunia yang semakin tidak ada kesepakatan, pembangunan konsensus dan kolaborasi akan memberikan ketahanan,” ujar dia.
Tommy menyebut saat ini ketidakpastian kondisi global masih cukup tinggi berdasarkan proyeksi dari Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).
ADVERTISEMENT
Hal ini juga dapat menyebabkan inflasi menjadi tantangan negara-negara ASEAN meski The Fed telah memangkas suku bunga beberapa waktu lalu.
“OECD juga menyatakan bahwa ketidakpastian dalam kondisi global masih cukup tinggi. Inflasi mungkin akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama meskipun The Federal Reserve baru saja menurunkan suku bunganya,” kata Tommy.