Wamenlu Beberkan Strategi RI Kejar Target Transisi Energi

6 September 2023 16:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri BUMN Pahala N Mansury bersama Wakil Menteri KLHK Alue Dohong dan dan CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro berbincang bersama usai foto bersama saat acara CFA Society Indonesia 20th Anniversary Conference. Foto: Dok. Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri BUMN Pahala N Mansury bersama Wakil Menteri KLHK Alue Dohong dan dan CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro berbincang bersama usai foto bersama saat acara CFA Society Indonesia 20th Anniversary Conference. Foto: Dok. Pertamina
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu), Pahala Mansury, mengungkapkan pemerintah memiliki lima strategi untuk mencapai transisi energi di 2030. Indonesia mempunyai target mengurangi emisi hingga 31,9 persen dengan usaha sendiri di 2030.
ADVERTISEMENT
Pahala mengatakan langkah pertama adalah meningkatkan kapasitas Energi Baru Terbarukan (EBT). Ia menjelaskan Indonesia memiliki potensi untuk membangun tenaga berbasis panas bumi sebesar 22 gigawatt (GW), tenaga air 75 GW, tenaga matahari dan biomassa 6,6 GW, serta tenaga angin 60,6 GW.
Pemerintah juga memiliki Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021 hingga 2030. Dalam rencana jangka pendek menengah itu, pemerintah berkomitmen meningkatkan kapasitas listrik berbasis EBT.
“Namun, Indonesia memiliki lebih banyak potensi dalam pengembangan energi terbarukan dibandingkan hanya dalam bidang ketenagalistrikan,” kata Pahala dalam acara AIPF Day II di Hotel Mulia, Rabu (6/9).
Strategi kedua yaitu mengembangkan biofuel, biomassa, dan molekul ramah lingkungan lainnya, seperti hidrogen hijau. Adapun pada tahun ini, Indonesia berhasil menciptakan B35 yang terdiri dari campuran 35 persen minyak sawit dan 65 persen solar.
ADVERTISEMENT
“Pemerintah juga menargetkan untuk mencapai E20 pada tahun 2030,” ujar Pahala.
Ketiga, membangun ekosistem kendaraan listrik. Apalagi, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia yang dapat digunakan sebagai bahan baku baterai.
“Keempat, menghubungkan semua negara anggota ASEAN melalui ASEAN Power Grid, kita akan mampu mengembangkan ekosistem yang lebih kohesif dalam membangun rantai pasok masa depan bagi dunia termasuk dalam bidang baterai,” terang Pahala.
Terakhir, memperkuat sinergi antar anggota ASEAN untuk mengembangkan ekosistem dan kapasitas produksi EBT.
“Hal tersebut menjadi elemen kunci dalam mengembangkan ekosistem yang lebih kohesif dan regionalisasi rantai pasokan ekosistem kendaraan listrik,” tutur Pahala.