Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Wamentan Minta Susu Jangan Masuk Menu Makan Gratis, Nilai Impornya Terus Naik
18 Agustus 2024 12:42 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyarankan agar susu tidak masuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Ia mengungkap saat ini ketersediaan susu masih bergantung pada impor karena populasi sapi perah yang masih kecil.
"Susu sama sapi itu kan populasinya kecil, konsumsinya besar, terus selama ini kita dininabobokan dengan impor. Nah itu yang kita sedang atur bagaimana supaya kita kurang-kurangi impor, syukur-syukur bisa swasembada," ungkap Sudaryono saat ditemui usai konferensi pers Nota Keuangan RAPBN 2025, Jumat (16/8).
Sudaryono menyebut pemerintah memang masih memiliki banyak pekerjaan guna penyediaan susu yang masih bergantung pada impor. Ia mengungkap bahwa Indonesia butuh investasi besar dalam membangun ekosistem peternakan sapi.
Ia juga mengungkap tantangan dari budidaya sapi perah di Indonesia di mana banyak sapi perah di Indonesia merupakan hasil impor dari New Zealand.
Menurutnya, hal ini merupakan satu tantangan karena perbedaan alam antara New Zealand dengan Indonesia. Maka dari itu, ia mengharapkan adanya impor sapi perah yang sudah biasa hidup di alam tropis.
ADVERTISEMENT
“Jadi gini, ada negara yang mirip kita. Namanya Brasil, negara tropis sama kayak kita. Jadi kalau kita impor sapinya dari New Zealand itu banyak. Karena beda. Nah ini kita harus mendatangkan sapi yang biasa hidup di alam tropis juga,” lanjut Sudaryono.
Selain itu, ia juga mengungkap bahwa pihaknya tengah menjajaki kerja sama dengan Brasil dalam urusan impor sapi perah.
“Yang menjadi domain kita adalah bagaimana semua itu tersedia. Misalnya contoh, kita mengusulkan, kan ada susu, susu itu jangan impor susu. Tapi kita impor sapi hidup,” kata Sudaryono.
Ketika ditanya soal penekanan persentase impor daging dan susu untuk tahun 2025 di banding persentase impor daging dan susu pada tahun 2024, Sudaryono menyebut pihaknya belum melakukan perhitungan spesifik.
“Kita berusaha, memang ini butuh waktunya agak panjang. Jadi kita belum, kalau Anda tanya berapa persennya sih, kita belum menghitung spesifik itu, tapi hanya kita merencanakan bagaimana mendatangkan barang itu ke Indonesia,” kata Sudaryono.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyarankan agar keberadaan susu pada menu MBG dapat diganti dengan makanan yang dapat mencakup kebutuhan gizi lainnya. Contohnya adalah telur dan ayam.
“Kalau kita impor ngapain? You know, diganti dengan telur, diganti dengan ayam, yang penting kan cakupan gizinya," terang Sudaryono.
Impor Susu Terus Naik
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor susu dengan kode HS 0401 secara kumulatif Januari-Juli mengalami kenaikan sebesar 7,63 persen. Adapun HS 0401 merupakan kode untuk susu dan produk susu yang tidak dipekatkan maupun tidak mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, meski mengalami kenaikan secara kumulatif, volume impor susu HS 0401 mengalami penurunan secara bulanan (month to month/mtm) dan tahunan (year on year/yoy).
ADVERTISEMENT
“Jadi impor susu HS 0401 mengalami penurunan 48,22 persen yoy, dan turun 61,58 persen mtm. Tapi, secara kumulatif, ini impor susu naik sebesar 7,63 persen,” kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Kamis (15/8).
Lebih lanjut, komoditas susu dan produk susu yang dipekatkan dan mengandung tambahan gula atau pemanis lainnya HS 0402 tercatat mengalami kenaikan 0,05 persen yoy dan naik 3,25 persen mtm.
Amalia membeberkan lima negara yang mengirim susu ke Indonesia. Negara utama pengimpor susu adalah Selandia Baru dengan nilai impor USD 285,99 juta sepanjang Januari hingga Juli 2024.
Kemudian Amerika Serikat USD 80,09 juta, Belgia USD 30,34 juta, Australia USD 72,24 juta, dan Malaysia USD 12,19 juta.
ADVERTISEMENT