Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Wanita Penyebab Runtuhnya Toko Fashion Konvensional?
8 Desember 2017 11:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB

ADVERTISEMENT
Transaksi bisnis online atau e-commerce terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2016 saja, jumlah transaksi e-commerce secara global mencapai 25 miliar dolar AS atau sekitar Rp 337 triliun. Bahkan pada tahun 2020, jumlah transaksi e-commerce diprediksi bisa mencapai 130 miliar dolar AS atau Rp 1.755 triliun.
ADVERTISEMENT
Peneliti Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Rofikoh Rokhim mengatakan, produk yang paling sering diperjualbelikan melalui e-commerce adalah fashion (67,1%), sepatu (20,2%), dan tas (20%). Menurutnya, hal ini karena kebanyakan para pengguna internet adalah kaum wanita.
"Di Indonesia saja pengguna internet kebanyakan wanita sebanyak 52%, laki-laki hanya 48%. Itu lah kenapa banyak produk-produk fashion wanita yang paling banyak dijual di e-commerce," ujar Rofikoh dalam Media Coaching Eximbank di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (8/12).
Menurut dia, pengguna internet yang kebanyakan wanita tersebut juga menyebabkan beberapa toko fashion konvensional kelas menengah ke bawah ikut terpukul.

"Yang masih ramai itu kan hanya beberapa, coba lihat Zara kalau ada diskon, Uniqlo, masih ramai. Coba kalau yang toko biasa saja yang kalangan ke bawah, biasa saja," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu faktor tersebut adalah kaum milenial yang mendominasi pengguna internet di Indonesia, yakni ada 43 juta kaum milenial di kota dan 37 juta orang di daerah.
"Jadi ada 80 juta pengguna internet adalah kaum milenial. Jadi kalau di kota lagi trend smoothies juice, di daerah juga ikutan, mereka menerima informasi bersamaan," jelas dia.
Rofikoh menuturkan, toko konvensional harus terus berinovasi agar tidak termakan zaman.
"Milenial suka yang bisa berlama-lama di toko, sesuatu yang attach ke mereka, dekat, sesuatu yang bikin mereka bertahan. Toko konvensional bisa berinovasi, kalau tidak akan ter-hit oleh toko modern lainnnya," tambahnya.