Wawancara Khusus: Mengungkap Rencana Gobel Selamatkan Nyonya Meneer

8 September 2017 7:34 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengusaha nasional Rachmat Gobel mendadak jadi perbincangan setelah pernyatannya beberapa waktu lalu yang ingin menyelamatkan PT Nyonya Meneer.
ADVERTISEMENT
Perusahaan jamu legendaris tersebut nyaris bangkrut lantaran menanggung utang kepada para kreditur senilai total Rp 89 miliar. Nyonya Meneer mengaku tak sanggup membayar seluruh utang tersebut dan dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang.
Gobel merasa terpanggil hingga ada niatan untuk mengambilalih perusahaan yang berdiri sejak 1919 tersebut. Menurut Gobel, jamu Nyonya Meneer merupakan salah satu produk warisan Indonesia yang perlu dijaga kelestariannya.
Terlebih, pasar untuk jamu Nyonya Meneer masih sangat besar. Dalam kacamatanya sebagai seorang pengusaha, potensi bisnis Nyonya Meneer masih sangat bagus jika dikelola dengan baik.
Bahkan dengan nada selorohnya, Gobel yang merupakan pengusaha dari generasi kedua keluarga Gobel yang mengendalikan perusahaan National Gobel Group yang sekarang bernama Panasonic Gobel Group ini mengaku, potensi bisnis Nyonya Meneer jauh lebih besar dibandingkan Panasonic yang dikelolanya saat ini.
ADVERTISEMENT
Bagaimana proses penyelamatan Nyonya Meneer oleh Rachmat Gobel?
kumparan (kumparan.com) mendapat kesempatan untuk wawancara khusus bersama Rachmat Gobel di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (6/9).
Pengusaha Rachmat Gobel (Foto: Dewi Rachmat.K/kumparan)
Berikut petikan wawancaranya:
Apa yang menjadi dasar Bapak ingin menyelamatkan Nyonya Meneer?
Saya termasuk orang yang membanggakan produk-produk Indonesia, apalagi dia (Nyonya Meneer) yang kayak punya produk heritage, makanya waktu itu saya di Kadin membuat roadmap 2014, visi 2030. Waktu itu harapan 2014 bagaimana kita bisa mengembalikan industri, kita harus bangkit.
Dari situ, salah satu industri yang ingin saya jagokan adalah di samping otomotif dan elektronik, itu kan pasti banyak dari luar, nah apa nih produk lokal kita yang harus bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri, misalnya tekstil, tenun, songket, itu. Kedua produk herbal, jamu-jamuan, ketiga makanan dan minuman, keempat mebel dan handycraft karena penyerapan tenaga kerjanya sampai tingkat desa, bahan bakunya banyak di dalam negeri dan banyak dilakukan oleh usaha kecil, jadi kita harus dorong usaha-usaha di sektor itu, ini modal.
ADVERTISEMENT
Dan kalau kita enggak jaga nih industri, lama-lama diambil negara lain, kita hanya bisa komplain. Lihat saja batik waktu Malaysia mengaku, kita komplain, nah itu sejarahnya. Apalagi kalau lihat batik, songket, jamu, itu kan produk heritage yang nilainya tinggi, dan kalau dilihat dari bisnisnya itu luar biasa.
Oleh karena itu, ketika saya mendengar ada berita ini (Nyonya Meneer pailit) saya tanya Pak Charles (Presiden Direktur PT Nyonya Meneer, Charles Saerang), saya tanya ini kenapa? di tengah orang isunya daya beli lemah, ada apa, semua pada tutup, itu kan langsung dipolitisasi, beritanya jadi negatif.
Saya langsung bilang, gimana kalau saya selametin (selamatkan), kalau diberitain jadi negatif ini kan buat orang pesimistis, nanti orang berpikir mending kita impor, lebih gampang. Jadi harus dijaga semangatnya.
ADVERTISEMENT
Tapi saya tidak mau take over (ambil alih) gitu aja, tapi nyelametin bisa hidup, tumbuh lagi, apalagi ngeliat prestisnya, ada momentum, ada kesempatan untuk kita bisa melakukan, membangunkan kembali industri jamu tahun depan.
Pemerintah kan menyelenggarakan Asian Games, itu momentum kita untuk bisa membangun, mempromosikan, ini loh jamu Indonesia, ini kita harus angkat, ini investasi besar loh pemerintah, kalau enggak dimanfaatkan sayang, belum lagi kalau atlet disuruh minum jamu, itu kan jamunya bukan jamu kimia.
Bagaimana kita mengangkat kembali kebangkitan jamu kita bersamaan dengan Asian Games, itu berapa ribu orang dateng, terus mau minum jamu.
Saya melihat ada momentum kenapa enggak kita bangun, kita manfaatin, kalau kita enggak manfaatin event besar untuk mempromosikan produk-produk kita, sayang loh, mahal loh pemerintah bikin event itu, target saya itu.
ADVERTISEMENT
Rachmat Gobel (Foto: Resnu Andika/kumparan)
Sudah sejauhmana pembicaraan Bapak dengan Nyonya Meneer soal akuisisi?
Saya enggak mau akuisi 100%, saya harus pertahankan nama besar keluarga (Nyonya Meneer), saya tetap harus mayoritas, cuma setelah (kinerja dan aset-aset Nyonya Meneer) diperbaiki, kita bisa kasih mereka (kepemilikan) melalui go public, 5% minimum dia bisa ambil.
Berarti ada kemungkinan Bapak ingin membawa Nyonya Meneer ke pasar modal (IPO)?
Ya harus dibawa ke pasar modal, ini bisnis kalau dikelola dengan baik, lebih besar daripada elektronik, Panasonic, ini produk herbal, di tengah di Indonesia banyak barang palsu, ini kekuatan kita, jangan salah, bisa diangkat ini, orang akan kembali lagi kepada yang original, makanya secara idealismenya ada, bisnisnya juga.
Resep (jamu Nyonya Meneer) itu bagian dari akuisisi sehingga tidak hanya ambil nama Nyonya Meneer saja.
ADVERTISEMENT
Apakah Bapak melihat potensi bisnis Nyonya Meneer masih bagus?
Masih bagus, masih bisa diangkat kembali, coba saja minyak telon, berapa banyak kebutuhan minyak telon yang di Indonesia, Malaysia, Brunei, kalau kita kelola dengan bagus, jadi produk yang luar biasa, sebetulnya kenapa saya mau mengambil (Nyonya Meneer) ya karena itu tadi, jadi jangan sampai diambil orang lain, ada apa-apa kita komplain, dari China masuk nanti jadi merek mereka.
Apakah Bapak yakin bisa kembali menyehatkan Nyonya Meneer?
Namanya pengusaha enggak ada yang enggak yakin, pengusaha itu yang enggak mungkin jadi mungkin, namanya usaha. Kalau kita semua yang aman-aman saja ya bukan pengusaha. Ada nilai-nilai yang ingin saya bangun, saat nama saya keluar di media-media (mau mengakuisisi Nyonya Meneer), kan mereka jadi ada optimistis, keyakinan, ada harapan masyarakat kepada industri kita, produk-produk kita yang berbasis budaya.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini repsons Nyonya Meneer seperti apa?
Orang-orang saya lagi diskusi, masih terus komunikasi, kita lihat masalah hukumnya, hak patennya di mana.
Apa rencana Bapak ke depan setelah proses akuisisi selesai?
Kalau semua berjalan sesuai dengan apa yang saya pikirkan, banyak yang bisa dikerjain, sampai ke petaninya pun kita bisa membangun, perkebunan misalnya, temu lawak, jahe, itu banyak yang bisa dikembangkan, banyak yang bisa kita bangun, saya lagi minta ke teman saya di Jepang untuk bikin riset sama produk-produk lainnya. Jepang pengetahuan tentang jahe banyak betul, jadi kita bisa bangun keunggulan-keunggulan itu, dampak petaninya besar, perkebunan, jadi itu sesuatu yang saya lihat, kenapa kita enggak bisa.
Jadi masalah proses saya belum bisa cerita, masih proses, tapi saya melihat ini ada peluang, nanti ada Asian Games, kasih kita promosi produk-produk kita, kita bisa ekspor ke negara-negara Asia.
ADVERTISEMENT
Pengusaha Rachmat Gobel (Foto: Dewi Rachmat.K/kumparan)
Skema akuisisi Nyonya Meneer nantinya seperti apa?
Ya macem-macem, yang jelas utang mesti beresin, yang pertama utang karyawan dulu mesti diberesin, kalau perusahaan kita duduk lagi sama-sama, kan semua berharap, kalau ini jalan, ke depan ada bisnis, karyawan kita lunasin, (dilunasin semua otomatis ya) PHK semua ya, kedua revitalisasi industrinya, mesti baru, pabriknya juga, rombak lagi, mau enggak mau investasinya mesti besar.
Apakah ada obrolan soal nilai akuisisi?
Kan beresin dulu, saya juga mau ngobrol sama rekan-rekan di Jepang soal teknologinya.
Artinya akan ada kerja sama dengan Jepang?
Enggak, mereka bantuin teknologinya aja.
Soal riset?
Riset dan teknologi, itu yang mau saya minta, kita kan ada kerangka kerja sama Indonesia Jepang, kita manfaatin, saya berpikir seperti itu.
ADVERTISEMENT
Jepang kerja sama di riset dan teknologinya saja atau ikut investasi?
Termasuk investasi kalau bisa, nanti kan kita arahin ke go public.
Setelah diambilalih baru kita siapin industrinya, kita go public, supaya masyarakat bisa memiliki, kenapa saya mengarahkan go public, karena saya lihat masyarakat ada concern soal ini, makanya supaya semua memiliki, jadi gimana mereka bisa punya yaitu dengan go public.
Apakah ada taksiran investasi?
Belum, lagi dihitung, itu kan waktunya pendek.
Ada deadline?
Ada. September ini lah.
Dari Nyonya Meneer belum ada permintaan di angka berapa?
Belum, itu rahasia lah.
Yang bisa saya kasih tahu ya itu tadi, potensi ada, pasarnya ada, apalagi tahun depan Asian Games, sayang kalau kita enggak maksimalkan, itu promosi besar-besaran, makanan minuman, banyak produk kita.
ADVERTISEMENT
Apa yang Bapak lihat dari Nyonya Meneer?
Siapa yang enggak kenal Nyonyaa Meneer dan dia masih fokus kepada produk herbal, ini salah satu keunggulan mereka, kalau yang lain ada kosmetik, ini masih murni, jadi banyak dampaknya, ke petani, pelaku bisnis.
Dana yang Bapak siapkan untuk akuisisi Nyonya Meneer, apakah dari internal atau eksternal?
Macem-macem, dari mana aja, macam-macam caranya, sumbernya bisa dari perusahaan, mana saja, bisa pinjaman, macem-macemlah, semua kemungkinan ada.
Nantinya akan ada perubahan susunan direksi dan sebagainya?
Ya akan kita restrukturisasi, bisa mulai dari awal bisa juga tidak mulai dari awal tergantung, kita masih terus negosiasi. Bagaimana kita bisa memanfaatkan untuk menjadi added value, tetep Nyonya Meneer karena itu brand lama.
ADVERTISEMENT
Selain utang, ada masalah internal di Nyonya Meneer?
Pasti ada tapi udah selesai.
September ini deadline, sejauhmana prosesnya?
Orang saya masih terus ketemu, komunikasi, pelajari, yang dateng ke saya juga banyak, mau ikutan bantu, artinya orang melihat ini bagus.
Ketika diakuisisi nanti, berapa besar pihak Nyonya Meneer ada kepemilikan?
Saya tetep kasih minimum 5%, nanti (setelah IPO) bisa bertambah.
Bapak sudah menyiapkan investasi berapa untuk akuisisi Nyonya Meneer?
Seberapa diperlukan, kita siapin.
Saya sih mau ngejar itu, ada momentum besar tahun depan, kalau enggak dimanfaatin sayang, apalagi kalau setiap Jumat kita olahraga, minum jamu, sama-sama, jadi martabat di sektor jamu keangkat.
Bagaimana Bapak melihat persaingan industri jamu di Indonesia, katakanlah dengan Sido Muncul, yang saat ini sudah go public?
ADVERTISEMENT
Bagus donk. Persaingan itu biasa, kalau enggak ada persaingan kita lemah, kalau ada persaingan kita akan ngasih terbaik, jadi kompetisi harus kita bangun jangan monopoli.