WEF Proyeksi Ekonomi ASEAN Melonjak, Eropa-China Hadapi Tantangan Berat

17 Januari 2025 11:37 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kota Ningbo di China. Foto: CHINA OUT     AFP PHOTO
zoom-in-whitePerbesar
Kota Ningbo di China. Foto: CHINA OUT AFP PHOTO
ADVERTISEMENT
World Economic Forum (WEF) dalam laporan terbarunya bertajuk Chief Economists Outlook Januari 2025 memproyeksi ekonomi kawasan ASEAN dan Amerika Serikat akan meningkat. Sementara situasi suram diperkirakan akan melanda China dan Eropa.
ADVERTISEMENT
Mayoritas ekonom, yakni 56 persen, memproyeksikan pelemahan ekonomi global sepanjang 2025. Sementara hanya 17 persen yang memperkirakan peningkatan.
"Outlook untuk ekonomi global tetap lesu, dengan mayoritas chief economist 56 persen memperkirakan ekonomi global akan melemah selama tahun mendatang," tulis laporan tersebut, dikutip Jumat (17/1).
Amerika Serikat diproyeksikan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan global. "Ekonomi AS diharapkan mencatatkan pertumbuhan yang kuat pada 2025," imbuhnya.
Suasana di Kota Joshimath, India. Foto: Daniel Prudek/Shutterstock
Kawasan Asia Selatan, khususnya India, juga diharapkan tetap menjadi motor penggerak utama ekonomi regional. Asia Selatan terus menonjol, dengan 61 persen ekonom memperkirakan pertumbuhan yang kuat atau sangat kuat pada 2025.
Kemudian, ASEAN yang termasuk dalam kawasan Asia Selatan, diproyeksikan tumbuh sebesar 4,7 persen pada 2025.
Sebaliknya, China menghadapi tantangan berat. Laju pertumbuhan konsumsi domestik yang lambat dan penurunan produktivitas disebut sebagai faktor utama perlambatan ekonomi negara itu.
ADVERTISEMENT
"Outlook untuk Tiongkok tetap lemah, dengan proyeksi pertumbuhan melambat secara bertahap menjadi 4,5 persen pada 2025," jelas laporan tersebut.
Sementara itu, Eropa diprediksi menjadi kawasan dengan prospek paling suram. Sebanyak 74 persen ekonom memperkirakan pertumbuhan yang lemah atau sangat lemah di kawasan tersebut. Laporan WEF mengutip data Eurostat, yang menyebutkan Jerman sebagai ekonomi terbesar Eropa mengalami kontraksi 0,3 persen pada kuartal ketiga 2024.
Secara global, inflasi diproyeksikan menurun menjadi 4,3 persen pada 2025, tetapi dinamika geopolitik terus memicu fragmentasi ekonomi. Fragmentasi ini diperkirakan meningkatkan biaya untuk konsumen dan bisnis.
"94 persen ekonom memperkirakan fragmentasi lebih lanjut dalam perdagangan barang selama tiga tahun mendatang," tulis WEF.