WeWork Terancam Bangkrut, Ajukan Restrukturisasi Utang di Pengadilan AS

7 November 2023 13:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi seorang pria masuk ke co-working space WeWork di New York, AS. Foto: Brendan McDermid/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang pria masuk ke co-working space WeWork di New York, AS. Foto: Brendan McDermid/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perusahaan penyedia co-working space, WeWork mengajukan perlindungan kebangkrutan atau restrukturisasi utang di pengadilan federal New Jersey, AS, Senin (6/11) waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Pengajuan kebangkrutan Bab 11 itu terbatas pada lokasi WeWork di Amerika Serikat (AS) dan Kanada. Perusahaan melaporkan memiliki kewajiban antara USD 10-50 miliar.
“Saya sangat berterima kasih atas dukungan pemangku kepentingan keuangan saat kami bekerja sama untuk memperkuat struktur permodalan dan mempercepat proses ini melalui Perjanjian Dukungan Restrukturisasi,” kata CEO WeWork David Tolley dalam siaran pers yang dikutip Reuters, Selasa (7/11).
Ia juga mengatakan, perusahaan tetap berkomitmen untuk berinvestasi pada produk, layanan, dan tim karyawan untuk mendukung komunitas WeWork.
Adapun WeWork telah mengalami salah satu keruntuhan perusahaan yang paling besar dalam sejarah AS selama beberapa tahun terakhir. Tercatat, pada 2019 WeWork memiliki valuasi USD 47 miliar dan Softbank milik Masayoshi Son menjadi pemimpin investor perusahaan.
ADVERTISEMENT
WeWork juga tercatat mencoba untuk melantai di Wall Street melalui Initial Public Offering (IPO) lima tahun lalu, tapi gagal.
Belum lagi, imbas pandemi yang membuat penderitaan WeWork semakin parah lantaran banyak perusahaan tiba-tiba mengakhiri sewa mereka dan juga kemrosotan ekonomi yang membuat kliennya untuk menutup usaha.
Saham WeWork telah jatuh ke level terendah sekitar 10 sen dan diperdagangkan pada sekitar 83 sen sebelum disuspensi pada Senin kemarin.
Manajemen perusahaan juga mengatakan, sebelum mengajukan kebangkrutan pihaknya telah secara aktif menegosiasikan ulang kewajiban sewanya. Perusahaan kini memiliki hampir USD 16 miliar kewajiban sewa jangka panjang, menurut pengajuan sekuritas.