Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
PT Wijaya Karya Tbk (Persero) mencatatkan pendapatan bersih sepanjang tahun lalu Rp 27,2 triliun. Perolehan ini turun 12,5 persen dibandingkan kinerja 2018 yang mencapai Rp 31,15 triliun.
ADVERTISEMENT
Meski pendapatan bersih turun, laba bersih perusahaan naik 26,5 persen dari Rp 2,07 triliun menjadi Rp 2,62 triliun. Dengan kenaikan laba, emiten berkode WIKA ini membagikan dividen 20 persen ke pemegang saham yang terdiri dari mayoritas pemerintah dan sisanya masyarakat.
"Dalam mata acara ke-3, yakni Penetapan Penggunaan Laba Bersih Tahun Buku 2019, RUPST menetapkan sebanyak 20 persen dari total laba yang dapat didistribusikan ke pemilik entitas induk, yaitu sebesar Rp 457 miliar sebagai dividen atau Rp 50,9 per lembar saham," kata Sekretaris Perusahaan Mahendra Vijaya dalam keterangan tertulis, Senin (8/6).
Sementara itu, 80 persen dari laba bersih ditetapkan sebagai cadangan lainnya. Untuk nilai kontrak, WIKA mencatat hingga April 2020 kontrak baru mencapai Rp 2,83 Triliun. Sebagian besarnya berasal dari sektor industri dan disusul dengan infrastruktur, building, property, dan didukung pula oleh sektor energi dan industrial plant.
ADVERTISEMENT
Dari segi ownership, mayoritas dari kontrak baru tersebut berasal dari swasta, disusul dengan pemerintah dan sebagiannya lagi merupakan buah dari sinergi BUMN.
"Dengan kontrak baru tersebut, WIKA kini telah memiliki kontrak dihadapi sebesar Rp 80,68 triliun. Ini menjadi tanggung jawab kita untuk bisa menjawab kepercayaan yang diberikan oleh publik dengan strategi yang tepat,” terang Mahendra.
Dalam RUPST ini, Menteri BUMN Erick Thohir sebagai pemegang saham tertinggi pemerintah merombak jajaran direksi dan komisaris. Enam dari tujuh direksi dirombak, termasuk direktur utama Tumiyana yang digantikan Agung Budi Waskito.