Willson Cuaca Cerita soal Langkah East Ventures Pulih dari Pandemi

14 Oktober 2021 19:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Virtual Open Book East Ventures. Foto: Dok. East Ventures
zoom-in-whitePerbesar
Virtual Open Book East Ventures. Foto: Dok. East Ventures
ADVERTISEMENT
Salah satu pendiri East Ventures, Willson Cuaca bercerita soal langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh perusahaan venture capital asal Indonesia ini dalam menghadapi pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Terbagi ke dalam tiga fase, East Ventures melakukan banyak hal-hal baru dalam upayanya memperbaiki pertumbuhan ekonomi perusahaan yang telah berdiri sejak 2009 ini. Fase pertama adalah pemetaan, yang kedua adalah penyehatan, dan terakhir adalah akselerasi.
“Untuk memulihkan perusahaan dari COVID-19, East Ventures melakukan tiga proses yang berurutan. Ada pemetaan, penyehatan, dan akselerasi,” tutur Willson, dalam acara Virtual Open Book East Ventures yang dihelat pada Kamis (14/10).
Ia mengakui bahwa gejolak yang terjadi secara global juga memberikan tekanan bagi perusahaannya. Tetapi di sisi lain, tantangan ini ternyata berpotensi menumbuhkan inovasi dan perluasan kapasitas di seluruh sektor bisnis.
“Pasti ada pressure, ada tekanan bagi perusahaan. Bukan hanya East Ventures, tetapi sampai ke company yang bergabung bersama kami. Untungnya, pressure yang terjadi ini ternyata berdampak baik, yaitu memperluas dan ekspansi kapasitas setiap sektor,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Lantas, bermula dari tekanan ini, apa saja implementasi dari tiga tahap yang dilakukan East Ventures?
Manajemen East Ventures antara lain Managing Partners Willson Cuaca dan Batara Eto. Foto: Instagram/@eastventures
Pemetaan, mengeliminasi ketimpangan sambil melihat keadaan pasar
“Sebelum memulai langkah, yang kita lakukan adalah pemetaan. Kita melakukan riset besar, namanya East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) yang melibatkan lebih dari 100 kabupaten atau kota, kita pun minta input dari stakeholders,” jelas Willson.
EV-DCI hadir dari permasalahan ketimpangan akses digital yang ada di Indonesia. Setelah melakukan kajian di seluruh Indonesia, ditemukan bahwa digitalisasi masih belum merata. Meski angka penggunaan internet sudah sangat tinggi, tetapi Willson menyatakan bahwa pemerataan akses masih perlu diperbaiki.
“Indikator EV-DCI ini menggunakan indikator angka tengah, harusnya angka tengahnya ada di 50, itu baru merata tapi ini masih di 32. Padahal angka penggunaan internet di Indonesia sudah ada 200 juta orang dari 270 juta orang, tapi masih harus ada distribusi yang lebih baik,” sarannya.
ADVERTISEMENT
Dari riset, East Ventures akan memberikan temuan ini kepada perusahaan startup di bawah naungannya. Nantinya, data-data akan diolah menjadi solusi atau inovasi yang dapat diimplementasikan secara konkret oleh masing-masing startup. Jadi, tak hanya berguna sebagai acuan bisnis dan riset pasar, tetapi startup juga didorong untuk memecahkan permasalahan nasional.
“Kalau dari penelitian kita, kita jump in dari input sampai output, pun ini bisa dijadikan kompas bagi startup untuk ekspansi ke mana,” lanjut Willson.
Penyehatan, mencari peluang untuk membantu sesama
“Di Juli ada varian Delta muncul di Indonesia, semua panik sekali. Nah, East Ventures terpikir harus bergerak melakukan sesuatu. Akhirnya dalam tiga hari, ada tiga startup yang utama untuk membuat startup distribusi oksigen,” ucapnya bersemangat.
ADVERTISEMENT
Didukung oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, inisiasi startup distribusi oksigen ini melakukan pendataan jumlah oksigen yang tersedia, tempat-tempat yang membutuhkannya, bahkan menghitung infection rate COVID-19 sebagai upaya preventif supaya oksigen semakin siap.
“Kita kerja sama dengan Kemenkes, tapi ini kita buat end-to-end sendiri. Kita lakukan penggalangan dana, dan ternyata orang-orang baik berdonasi hingga total USD 1,2 juta. Lalu berikutnya kita bekerja sama dengan China untuk memesan oxygen concentrator. Sampai sekarang, mitra kami ada di 241 rumah sakit di 141 kabupaten atau kota,” timpal Willson.
Dengan nama “Indonesia Pasti Bisa”, East Ventures menggandeng beberapa startup yang datang dari berbagai industri. Ada KoinWorks dan Xendit yang memegang kendala pembayaran, Bonza sebagai platform analisis, Waresix yang berperan di bagian logistik dan distribusi, Advotics yang memudahkan pendataan supply chain, hingga IDN Media sebagai medium komunikasi kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Akselerasi, waktunya untuk adaptasi dan perubahan
“Lalu setelah sehat, apa yang dilakukan oleh East Ventures? Nah, kita melihat masyarakat mulai membuat kebiasaan baru, disusul dengan startup yang melakukan inovasi. Di East Ventures sendiri, ada yang merger, berinovasi, dan kolaborasi. Pokoknya, beragam, deh,” ceritanya.
Willson melihat banyak perubahan yang terjadi pada tren barang dan jasa yang dijual oleh startup. Semasa dan setelah gelombang kedua COVID-19 di Indonesia, startup di sektor kesehatan mengalami pertumbuhan yang signifikan. Disusul oleh startup media investasi yang semakin ramai hari ke hari.
Tak hanya itu saja, bahkan startup di sektor kecantikan dan perawatan tubuh juga mengalami perubahan tren produk. Dari makeup, banyak yang beralih ke skincare. Dari perubahan inilah Willson melihat adanya peluang untuk melakukan akselerasi.
ADVERTISEMENT
“Ini ada perubahan tren di masyarakat. Kalau soal healthcare pasti orang-orang mau yang cepat dan yang terbaik, ada startup kami yang buat alat PCR dengan metode baru. Banyak orang juga yang mulai suka investasi, mungkin mereka enggak ada kerjaan dan mau menabung. Lalu di sektor kecantikan sendiri juga berubah, sekarang trennya skincare karena banyak di rumah, makanya lebih fokus merawat diri,” ujar Willson.