Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
YLKI: Volume Trafik Tol Sibanceh Minim, Pendapatan Hanya Rp 70 Juta per Hari
20 Oktober 2022 17:06 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI ) menyoroti volume trafik kendaraan jalan tol Sigli – Banda Aceh (To Sibanceh ), yang masih sangat minim dibanding dengan wilayah lain.
ADVERTISEMENT
Ketua Harian YLKI Tulus Abadi, melihat, volume trafik jalan Tol Sibanceh pendapatan per harinya maksimal berkisar sekitar Rp 70 juta. Nilai itu sangat minim dengan investasi atau biaya operasional yang dikeluarkan.
“Karena itu kita mengajak Pemprov Aceh ikut mendorong bagaimana memunculkan kebangkitan ekonomi di sekitar jalan tol, sehingga bisa memajukan adanya trafik yang signifikan untuk Tol Sibanceh ini,” kata Tulus yang juga anggota tim penilaian tol berkelanjutan.
Menurut Tulus, jalan tol tidak akan bernilai apa-apa jika tidak adanya sentra ekonomi yang bisa membangkitkan volume trafik atau lalu lintas mobil di jalan tol. Pemerintah telah membangun jalan tol dengan biaya sangat mahal, karena itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
“Itu yang terpenting, jangan sampai jalan tol ini kemudian justru tidak termanfaatkan secara optimal. Ini menjadi urgent, kalau tidak nanti kasihan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang telah ditugasi oleh pemerintah untuk membangun jalan tol ini dengan biaya utang yang besar. Bagaimana mengembalikan utangnya kalau tidak ada orang yang lewat,” ungkapnya.
Dalam kunjungannya ke Aceh tersebut, Tulus melihat, dari sisi infrastruktur Tol Sibanceh sangat siap bahkan ada beberapa mobil yang masih belum terpakai. Seperti mobil road sweeper (mobil penyapu jalan).
ADVERTISEMENT
“Ada kendaraan yang belum dipakai karena masih minim kendaraan yang lewat. Ada kendaraan masih nol kilometernya, karena belum ada yang dipakai. Ada alat yang namanya road sweeper harganya Rp 5 miliar itu masih belum dipakai, dia itu untuk membersihkan jalan, tapi jalannya masih bersih,” tuturnya.
Sementara itu Yuana Sutyowati yang juga sebagai tim penilaian tol berkelanjutan, mengharapkan, tol Aceh memiliki karakter atau ciri khas sesuai kearifan lokal. Dia mencontohkan seperti Bali yang memiliki jalan layang membelah laut.
“Nah nanti di Aceh juga bisa dipikirkan, digali lagi apa berkarakter atau kearifan lokalnya yang bagus,” katanya.
Yuana menilai, unsur keindahan dan kenyamanan di tol itu harus muncul, keunikan Aceh begitu banyak baik dari sisi etnis, kuliner, lingkungan, dan budaya. Tol juga tidak hanya untuk kelancaran bagi pengguna jalan, tapi harus memberikan multiplier efek bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal
ADVERTISEMENT
“Memang karena ini baru kami menyadari pembenahan sedang dilakukan, tapi kami mengapresiasi karena dari sisi penghijauan sudah berjalan dengan tanaman hias dan keras. Ini mungkin bisa dilanjutkan di lokasi lain,” tuturnya.
Branch Manager Tol Sibanceh Jarot Seno Wibawa, mengatakan, untuk saat ini angka volume trafik Tol Sibanceh yaitu sebanyak 1.600 – 1.700 kendaraan per hari. “Secara bisnis plan memang masih sangat jauh. Target tahun ini per hari di angka 4.198 kendaraan,” katanya.
Jarot menyebutkan, untuk meningkatkan kenyamanan pengguna jalan pihaknya telah mempersiapkan lokasi pembangunan untuk rest area. Di area itu nantinya bisa digunakan untuk membuka warung kopi atau tempat istirahat yang nyaman bagi pengguna jalan.
“Kearifan lokal atau ikonik tentang Aceh seperti warung kopi, tempat nongkrong, itu yang coba kita gali,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Rest area itu, sebut Jarot, rencana akan dibuka di KM 54 sisi kiri dan kanan sudah ada lahan untuk pembangunan tersebut. “Realisasinya masih menunggu dari pihak pembangunan,” ungkapnya.