Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Zulhas soal Rupiah Anjlok: Cadangan Devisa Kuat, Kita Tak Perlu Khawatir
25 April 2024 13:40 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Bloomberg per hari ini Kamis (25/4) pukul 13.00 WIB, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bertengger di level Rp 16.210 per dolar AS.
Zulhas menyebutkan, pemerintah mempercayakan kebijakan moneter yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI). Terlebih, Indonesia masih memiliki cadangan devisa yang kuat.
"Cadangan devisa kita kan kuat, jadi tidak perlu terlalu khawatir. Kita percayakan kepada yang punya otoritas untuk mengatasi perubahan kenaikan nilai tukar itu," ujarnya saat halal bi halal di kantor Kemendag, Kamis (25/4).
Zulhas menegaskan, baik BI maupun Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani sudah menegaskan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari kondisi pelemahan nilai tukar ini. Menurutnya, hal ini memang menguntungkan bagi eksportir.
ADVERTISEMENT
"Memang ada dua sisi kalau yang eksportir senang, cuma ya importir teriak gitu. Nah mengatur tengah-tengah itulah kira-kira akan dilaksanakan oleh yang memiliki otoritas," pungkas dia.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi nilai tukar rupiah akan bertengger di level Rp 16 ribu per dolar AS hingga kuartal III 2024. Kemudian menguat di level Rp 15.800 per dolar AS di kuartal IV.
"Kami meyakini rupiah akan tetap stabil di sekitar Rp 16.200 di kuartal II ini, dan akan menguat ke arah rata-rata Rp 16.000 di kuartal III, dan bahkan akan menguat rata-rata Rp 15.800 pada kuartal IV-2024," kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (24/4).
Perry menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate pada April ini sebesar 25 basis poin (bps) menjadi Rp 6,25 persen dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya risiko global.
ADVERTISEMENT
"BI Rate naik 25 bps itu untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan meningkatnya risiko global ke arah potensial risk agar tetap stabil ke depannya. Dan juga untuk pre-emptive dan forward looking untuk memastikan sasaran inflasi 2,5 persen plus 1 persen," ungkapnya.