Zulhas Soroti Buruknya Infrastruktur Pertanian RI, padahal Mau Swasembada Pangan

23 Januari 2025 18:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketuam Umum PAN Zulkifli Hasan dalam acara diskusi terbuka: Petani Milineal Hebat, Indonesia Berdaulat yang diselenggarakan di gedung DPP PAN, Jakarta Selatan, Kamis (23/1/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketuam Umum PAN Zulkifli Hasan dalam acara diskusi terbuka: Petani Milineal Hebat, Indonesia Berdaulat yang diselenggarakan di gedung DPP PAN, Jakarta Selatan, Kamis (23/1/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Zulkifli Hasan (Zulhas) mendatangi diskusi publik dengan tajuk Petani Milenial Hebat, Indonesia Berdaulat yang diselenggarakan di gedung DPP PAN, Jakarta Selatan, Kamis (23/1).
ADVERTISEMENT
Acara tersebut juga didatangi oleh Utusan Khusus Presiden Zita Anjani, anggota DPR RI fraksi PAN misalnya, Verrell Bramasta, Muhammad Syauqie, Sigit Purnomo atau Pasha Ungu.
Dalam paparannya, ia menegaskan pentingnya revitalisasi pertanian demi memastikan ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani. Menurut Zulhas, perhatian terhadap sektor pertanian mengalami pasang surut selama beberapa dekade terakhir.
“Zaman Pak Harto itu Bulog, bulog-bulog luar biasa fungsinya Ada 1.800 gudang, bisanya stok beras itu 5 juta bisa zaman itu. Nah sekarang bukan yang baru, malah yang 1.800 itu rusak enggak keurus tinggal 1.500,” ujarnya.
Zulhas menyoroti buruknya kondisi infrastruktur pertanian saat ini, termasuk rusaknya irigasi dan minimnya modernisasi pabrik pupuk.
“Itu kalau kamu lihat sawah, ada airnya itu yang bangun Belanda dan Pak Harto abis itu enggak ada lagi yang dibangun,” ungkapnya.
Ketuam Umum PAN Zulkifli Hasan dalam acara diskusi terbuka: Petani Milineal Hebat, Indonesia Berdaulat yang diselenggarakan di gedung DPP PAN, Jakarta Selatan, Kamis (23/1/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Zulhas juga menjelaskan pemerintah sudah mengambil langkah untuk menghentikan impor beberapa komoditas pangan utama.
ADVERTISEMENT
“Pokoknya tahun ini enggak ada impor beras lagi. Tahun ini enggak impor jagung lagi sudah, stop kita kalau mau nolong pertanian harus konkret Jelas,” tegasnya.
Namun, ia mengakui kebijakan ini memunculkan tantangan baru, yaitu surplus hasil panen yang belum terserap. Karena itu, dia minta Bulog serap panen petani 3 juta ton dengan harga yang bagus.
“Karena petani itu satu aja permintaannya petani itu minta Kami kerja keras Tolong dihargai. Gimana cara menghargainya? Beli berasnya dengan harga yang Bagus,” katanya.