Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
3 Perbedaan Mencolok Timnas Indonesia Era Shin Tae-yong dengan Simon Mcmenemy
4 Juni 2021 9:39 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Butuh enam pertandingan bagi Timnas Indonesia untuk meraih poin perdana di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Dan, butuh pelatih anyar pula juga untuk menggapainya.
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia akhirnya mendapat satu poin pertama usai mengimbangi Thailand dengan skor 2-2 di Al-Maktoum Stadium, Uni Emirat Arab, Kamis (3/6) malam WIB. Hasil ini membuat Indonesia masih terjerembab di dasar klasemen Grup G.
Ya, penantian untuk mendapatkan poin perdana memang begitu panjang. Pasalnya, Timnas Indonesia selalu menelan kekalahan dari lima pertandingan sebelumnya.
Kala itu, Timnas Indonesia masih dilatih Simon McMenemy. Hasil buruk tersebut pun membuat McMenemy didepak dari kursi pelatih pada November 2019.
Kini, Timnas Indonesia sudah berganti nakhoda kepada Shin Tae-yong. Juru latih asal Korea Selatan itu pun mampu menghadirkan nuansa baru dengan memanggil banyak wajah-wajah baru nan segar.
Lantas, apa saja perbedaan Timnas Indonesia saat dilatih Shin Tae-yong dengan Simon McMenemy? Berikut analisis singkat kumparan.
Mental
Faktor mental menjadi perbedaan paling kentara di antara Shin Tae-yong dengan McMenemy. Tanpa mengecilkan perjuangan pemain semasa dilatih McMenemy, anak-anak muda asuhan Shin Tae-yong tampak lebih bermental baja.
ADVERTISEMENT
Ketika melawan Thailand, seluruh pemain Indonesia yang turun tampil begitu heroik. Mereka mengejar bola tanpa letih serta jatuh bangun berjibaku dengan lawan yang punya postur rata-rata lebih besar.
Lihatlah bagaimana Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman sampai ditarik keluar karena cedera usai bermain penuh determinasi. Perhatikan pula bagaimana Pratama Arhan dan Asnawi Mangkualam bolak-balik mendapat perawatan medis karena berduel dengan lawan.
Faktor mental pulalah yang akhirnya membuat Indonesia mampu menyamakan kedudukan setelah dua kali tertinggal. Jika Evan Dimas dan kolega tak memiliki mental baja, tak mungkin dua gol tersebut bisa tercipta mengingat Thailand tampil dominan sepanjang laga.
Ketika diasuh McMenemy, sekali pun Indonesia tak mampu bangkit usai kebobolan. Yang ada, para pemain malah terpuruk semakin dalam.
ADVERTISEMENT
Ambil contoh ketika melawan Malaysia dalam laga perdana Kualifikasi Piala Dunia 2022 di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 5 September 2019. Sempat unggul 2-1 di babak pertama, Indonesia malah kebobolan dua gol hingga akhirnya menyerah 2-3.
Setelah laga itu, yang ada hanyalah rentetan kekalahan. Ketika melawan Thailand pada pertemuan pertama di GBK, Timnas Indonesia bahkan harus bertekuk lutut dengan skor mencolok 0-3.
Andalkan pemain muda
Pada awalnya, banyak yang mempertanyakan nama-nama yang dipanggil Shin Tae-yong. Wajar saja, mayoritas pemain merupakan wajah-wajah baru yang bahkan belum pernah mengemas penampilan bersama tim senior.
Meski demikian, Shin Tae-yong punya pertimbangan matang. Ia hendak menjadikan tim ini sebagai kerangka menuju SEA Games 2021 mengingat peluang Indonesia untuk melaju ke fase berikutnya di Kualifikasi Piala Dunia 2022 juga sudah tertutup.
ADVERTISEMENT
kumparan mengambil istilah apa yang dilakukan Shin Tae-yong terhadap skuad Timnas Indonesia sebagai 'reformasi'. Bagaimana tidak, mayoritas pemain yang memperkuat Indonesia pada era McMenemy nyaris tak dilirik. Bahkan, ada saja pemain senior yang sempat mempertanyakan mengapa dirinya tak dipanggil.
Lapangbola mencatat Timnas Indonesia menjadi tim dengan rataan usia termuda di antara para pesaingnya di Grup G. Indonesia memiliki rataan usia 22,8 tahun, sementara Vietnam (24,48 tahun), Uni Emirat Arab (26,16 tahun), Malaysia (26,83 tahun), dan Thailand (26,88 tahun).
Fakta itu begitu timpang jika menilik rataan usia Timnas Indonesia era McMenemy. Ketika itu, rataan usia skuad 'Garuda' menyentuh 30 tahun.
McMenemy saat itu memanggil beberapa pemain yang sudah berumur, seperti Albreto Goncalves (saat itu 39 tahun), Yustinus Pae (36 tahun), Greg Nwokolo (33 tahun), dan Victor Igbonefo (34 tahun).
ADVERTISEMENT
Tanpa naturalisasi
Timnas Indonesia cukup banyak dihiasi pemain naturalisasi ketika masih dilatih McMenemy di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Sebut saja Alberto Goncalves, Greg Nwokolo, Victor Igbonefo, Osas Saha, dan Otavio Dutra.
Hal itu tampak berbeda dengan skuad yang diturunkan pada tiga partai sisa Kualifikasi Piala Dunia 2022. Dari pemain yang dibawa ke Dubai, tak ada satu pun yang berstatus naturalisasi.
Pada laga melawan Thailand, Indonesia tampil dengan kekuatan 'lokal'. Berbeda dengan 'Gajar Perang' yang diperkuat dua pemain naturalisasi.
Shin Tae-yong sejatinya memanggil dua pemain naturalisasi yakni Marc Klok dan Ilija Spasojevic ke dalam pemusatan latihan di Jakarta. Akan tetapi, sang pelatih memilih mencoret gelandang Persija Jakarta dan striker Bali United itu sebelum berangkat ke Dubai.
ADVERTISEMENT
***
Setelah melawan Thailand, Timnas Indonesia akan menghadapi Vietnam pada Senin (7/6) dan Jumat (11/6) mendatang. Lantas, mampukah Indonesia meraih kemenangan perdana di Kualifikasi Piala Dunia 2022? Menarik dinantikan.