5 Bintang yang Tak Dapat Respek Pelatih, Ada 2 Korban Jose Mourinho

7 September 2021 20:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Iker Casillas di konferesi perpisahannya sebagai pemain Real Madrid. Foto: PIERRE-PHILIPPE MARCOU / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Iker Casillas di konferesi perpisahannya sebagai pemain Real Madrid. Foto: PIERRE-PHILIPPE MARCOU / AFP
ADVERTISEMENT
Status bintang belum tentu selalu menjamin seorang pemain sepak bola menjadi pilihan utama timnya. Seorang bintang boleh jadi bukan siapa-siapa di mata pelatih tertentu.
ADVERTISEMENT
Sepak bola semakin berkembang ke arah modern, terutama di Eropa. Para pelatih profesional kadang tidak lagi melihat status bintang sebagai pertimbangan pemilihan pemain.
Ada kalanya, para pelatih sengaja menepikan pemain bintang atas dasar gaya permainannya sudah tak cocok lagi dengan filosofi dan taktiknya. Atau mungkin, ada hal di luar lapangan yang mengusiknya.
Berikut ini, dengan mengutip dari Sportskeeda, kami memaparkan 5 bintang sepak bola yang tak mendapat respek dari pelatih. Siapa saja? Silakan disimak.

Iker Casillas - Jose Mourinho (Real Madrid)

Kiper legendaris Spanyol, Iker Casillas. Foto: Reuters/Andrew Yates
Sebelum Jose Mourinho datang ke Real Madrid, Iker Casillas nyaris tak tergantikan di bawah mistar Los Blancos. Namun, semuanya berubah sejak si pelatih asal Portugal memegang kursi kepelatihan pada 2010.
ADVERTISEMENT
Mourinho pernah melengserkan Casillas dari status kiper utama Real Madrid. The Special One kala itu lebih memilih Diego Lopez, bahkan kiper yang kala itu juga kapten Timnas Spanyol tersebut sempat tergeser oleh Antonio Adan.
Dalam dokumenter yang diproduksi media Spanyol, Movistar+, Casillas blak-blakkan soal relasinya dengan Mourinho selama di Real Madrid. Dia bahkan bicara soal para pemain yang mogok.
"Ada pemogokan pemain pada Agustus 2011. Sebagai kapten, saya berbicara dengan rekan satu tim saya dan kami memutuskan bahwa kami tidak akan bermain yang berarti pertandingan pembukaan musim tidak akan dilanjutkan. Kami mengatakan beberapa hal yang tidak disukai oleh kami berdua, tetapi dibiarkan begitu saja," katanya.
Jose Mourinho di pinggir lapangan saat melatih Real Madrid. Foto: CURTO DE LA TORRE / AFP
Casillas lalu menyinggung insiden memalukan di Piala Super Spanyol 2011. Saat itu, melawan Barcelona, Real Madrid menjadi tim yang memberi kesan buruk di lapangan atas instruksi Mourinho, hal yang tak bisa diterima Casillas.
ADVERTISEMENT
Itu bukan yang terburuk. Yang paling parah adalah insiden ketika Mourinho mencolok mata asisten pelatih Barcelona, Tito Vilanova.
“Saya mengatakan kepadanya bahwa menurut saya tidak tepat bagi seorang profesional untuk menyodok mata pelatih lain. Seseorang dari departemen pers di klub menyuruh kami untuk tenang, membicarakannya. Kami duduk lagi dan mengatakan apa yang harus kami katakan secara langsung," jelas Casillas.
Terlepas dari kontroversi itu, Mourinho diakui Casillas sebagai orang yang peduli. Ketika ia terkena serangan jantung dan istrinya terjangkit kanker, Mourinho adalah orang pertama yang menunjukkan kekhawatirannya.

Luke Shaw - Jose Mourinho (Manchester United)

Pemain Manchester United (MU), Luke Shaw. Foto: Paul Ellis/AFP
Luke Shaw menjadi andalan di sektor bek kiri MU besutan Ole Gunnar Solskjaer dan Timnas Inggris asuhan Gareth Southgate. Namun, saat Mourinho membesut 'Setan Merah' selama 2016–2018, Shaw ditepikan.
ADVERTISEMENT
Mourinho tampaknya tidak terlalu menyukai Shaw. Setelah bermain imbang 1-1 melawan Everton jelang akhir musim 2016/17, Mourinho mengkritik performa Shaw dengan cukup keras.
"Kami membutuhkan kualitas fisik dan teknisnya yang fantastis, tetapi dia tidak bisa bermain dengan otak saya. Dia harus mempercepat prosesnya. [Usia] 21 [tahun] sudah cukup tua untuk memiliki pemahaman yang lebih baik. Dia memiliki masa depan di sini, tetapi Manchester United tidak bisa menunggu," kritiknya kala itu.
Mourinho bahkan masih mengkritik Shaw sampai sekarang. Teranyar, ia menyebut Shaw yang kini berusia 26 tahun buruk dalam laga Inggris kontra Rep. Ceko di Euro 2020.

Yaya Toure - Pep Guardiola (Barcelona, Manchester City)

Yaya Toure saat berseragam Manchester City. Foto: PAUL ELLIS / AFP
Sebelum Pep Guardiola datang membesut Man City pada 2016, Yaya Toure adalah sosok vital di lini tengah tim. Namun, gelandang Pantai Gading itu lalu terpinggirkan saat Guardiola datang, sama seperti saat keduanya bekerja sama di Barcelona.
ADVERTISEMENT
Masalahnya sederhana: Toure tidak bisa bermain sebagaimana maunya Guardiola. Memang tidak cocok saja. Meski demikian, Dimitri Seluk selaku agen Toure geram. Ia ingin kliennya mendapat respek dari Guardiola.
“Ini adalah keputusan Pep dan kami harus menghormati itu. Jika dia memenangkan Liga Champions untuk City musim ini (2016/17), saya akan pergi ke Inggris dan mengatakan di televisi bahwa Pep Guardiola adalah manajer terbaik di dunia," terangnya, dikutip dari Mirror.
“Namun jika City tidak memenangkan Liga Champions, saya berharap Pep punya nyali untuk mengatakan bahwa dia salah mempermalukan pemain hebat seperti Yaya. Ini adalah keputusan Pep dan kami harus menghormatinya," lanjutnya.

Angel Di Maria - Louis van Gaal (Manchester United)

Angel Di Maria di Manchester United cuma jadi pecundang. Foto: Twitter/@SPORF
Angel Di Maria datang ke MU pada 2013 dengan status juara Liga Champions. Hingga kini, ia masih diakui sebagai salah satu winger terbaik Argentina yang bermain di PSG. Namun saat di MU, ia hanyalah pecundang.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, Louis van Gaal yang kala itu menukangi MU tidak tahu bagaimana menggunakan pemain seperti Di Maria. Bagi si pelatih Belanda, sepak bola seolah hanya penguasaan bola atau passing menyamping.
"Masalah saya di Manchester adalah pelatihnya. Van Gaal adalah yang terburuk dalam karier saya. Saya akan mencetak gol, assist, dan hari berikutnya dia akan menunjukkan operan saya yang salah," kata Di Maria kepada TyC Sports baru-baru ini.
"Dia memindahkan saya dari satu hari ke hari lainnya, dia tidak suka pemain yang lebih hebat dari dia," lanjutnya.

Miralem Pjanic - Ronald Koeman (Barcelona)

Pemain FC Barcelona Miralem Pjanic berebut bola dengan pemain Athletic Bilbao pada pertandingan lanjutan Liga Spanyol di Camp Nou, Barcelona, Spanyol. Foto: LLUIS GENE / AFP
Sejak memulai karier profesional pada 2007, Miralem Pjanic selalu menjadi andalan di lini tengah setiap tim yang dibelanya: Mulai dari Metz, Lyon, AS Roma, hingga Juventus.
ADVERTISEMENT
Pjanic adalah gelandang yang memiliki umpan akurat dan kemampuan eksekusi bola mati yang ciamik. Skill dribelnya juga bagus, tipikal gelandang yang jadi impian banyak pelatih.
Namun, Ronaldo Koeman adalah pengecualian. Gelandang Bosnia & Herzegovina itu ditukar dengan Arthur Melo pada awal musim 2020/21. Fan Barcelona boleh jadi berharap magisnya di Prancis dan Italia terbawa ke tim kesayangan mereka.
Nyatanya, Pjanic hanya bermain 19 kali di Liga Spanyol musim lalu atau 30 laga di lintas ajang. Musim ini, ia dipinjamkan ke Besiktas karena tak masuk rencana Koeman.