5 Pelatih dengan Filosofi Menyerang Apik, Ada 2 Peraih Treble Winner

27 September 2021 13:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Julian Nagelsmann. Foto: REUTERS/Annegret Hilse
zoom-in-whitePerbesar
Julian Nagelsmann. Foto: REUTERS/Annegret Hilse
ADVERTISEMENT
Klub sepak bola bisa sukses bukan cuma karena ada pemain bintang dalam skuadnya. Memiliki sosok pelatih genius juga menjadi kunci penting bagi tim itu.
ADVERTISEMENT
Setiap pelatih memiliki gaya bermainnya masing-masing. Ada yang menerapkan taktik bertahan dan serangan balik, ada yang menerapkan taktik lebih menyerang dan penguasaan bola.
Beberapa pelatih tersukses di era saat ini mengadopsi gaya permainan menyerang. Siapa saja? Dengan mengutip dari Sportskeeda, kami memaparkan daftarnya di sini. Silakan disimak.

Gian Piero Gasperini (Atalanta)

Pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini. Foto: Reuters/Daniele Mascolo
Gian Piero Gasperini lebih berpikiran menyerang dalam hal gaya bermain ketimbang pelatih Italia kebanyakan. Juru taktik Atalanta ini biasanya suka bermain dengan tiga bek, memakai formasi dasar 3-4-2-1 atau 3-5-2.
Di bawah asuhannya, Atalanta menjadi tim dengan permainan yang enak ditonton, sering menciptakan peluang, dan sering mencetak gol. La Dea bahkan bisa bersaing di Liga Champions, seperti halnya ketika mereka menembus perempat final di musim 2019/20.
ADVERTISEMENT
Di liga domestik, Gasperini meraih gelar Pelatih Terbaik Serie A pada 2019 dan 2020. Di bawah asuhannya, Atalanta sejauh ini telah mencetak 390 gol dalam 195 pertandingan, dengan rata-rata dua gol per pertandingan.

Julian Nagelsmann (Bayern Muenchen)

Julian Nagelsmann. Foto: David Ramos / POOL / AFP
Julian Nagelsmann juga memiliki filosofi permainan menyerang untuk timnya, dulu RB Leipzig dan Hoffenheim, kini Bayern Muenchen. Ia juga lebih suka bermain dengan tiga bek dan menuntut pemainnya membuat banyak pressing.
Nagelsmann memiliki agresi dan kecerdasan taktis yang sama seperti yang dimiliki Jose Mourinho di Porto. Tim besutannya bekerja secara kolektif, bertahan dengan intens, dan membangun serangan dari belakang.
Pelatih berusia 34 tahun itu pernah menjadi asisten Thomas Tuchel. Dia berguru pada orang yang tepat. Pelatih muda Jerman ini telah disebut-sebut sebagai mini-Mourinho dalam sepak bola.
ADVERTISEMENT

Hansi Flick (Timnas Jerman)

Hansi Flick. Foto: REUTERS / Kai Pfaffenbach / Pool DFL
Hansi Flick ditunjuk sebagai pelatih Timnas Jerman usai sukses bersama Bayern Muenchen. Membesut tim asal Bavaria itu sejak November 2019 hingga Juni 2021, ia memberi gelar treble (Bundesliga, DFB-Pokal, Liga Champions) pada musim 2019/20.
Flick suka bermain dalam formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1, dengan kecenderungan melibatkan tujuh pemain dalam menyerang. Dia bahkan lebih suka memiliki pemain bertahan yang bermain bola untuk membantu serangan.

Juergen Klopp (Liverpool)

Manajer Liverpool Juergen Klopp. Foto: Catherine Ivill/REUTERS
Seperti banyak manajer Jerman, Juergen Klopp percaya pada tekanan dengan intensitas. Dia suka para pemainnya bekerja keras, tajam, dan tanpa henti dengan pendekatan mereka.
Namun, Klopp tetap menekankan timnya bermain menyerang. Ia lebih memilih gaya permainan langsung, sering menciptakan ruang dengan menggunakan sepak bola satu sentuhan, bukan berfokus pada penguasaan bola.
ADVERTISEMENT
Karena taktiknya yang cerdas dan preferensi yang konsisten untuk melekat, Klopp telah sukses besar di Liverpool. Dia memimpin The Reda meraih gelar Liga Inggris 2019-20 dan juga Liga Champions 2018/19.

Pep Guardiola (Manchester City)

Pelatih Manchester City, Pep Guardiola berbicara kepada Riyad Mahrez saat pertandingan melawan RB Leipzig di Stadion Etihad, Manchester, Inggris. Foto: Lee Smith/REUTERS
Pep Guardiola bergelimang gelar juara selama melatih Barcelona, Bayern Muenchen, dan kini Man City. Prestasi terbaiknya adalah meraih treble (Copa del Rey, La Liga, Liga Champions) bersama Barcelona di musim 2008/09. Itu adalah musim debutnya menjadi pelatih kepala.
Ahli taktik Spanyol ini suka memainkan sepak bola menyerang berbasis penguasaan bola. Guardiola ingin timnya disiplin dalam passing, positioning, dan kontrol permainan.
Tim Guardiola dikenal menekan dengan intens dan yang terpenting, memulai serangan sangat baik dari belakang. Bahkan kiper juga harus bisa memiliki pendekatan menyerang dengan kemampuan bermain menggunakan kakinya.
ADVERTISEMENT