A Match Made in Heaven: Cagliari dan Radja Nainggolan

11 November 2019 14:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Radja Nainggolan dengan pose ala bapak-bapak korporat. Foto: Cagliari Calcio
zoom-in-whitePerbesar
Radja Nainggolan dengan pose ala bapak-bapak korporat. Foto: Cagliari Calcio
ADVERTISEMENT
Radja Nainggolan adalah korban tetapi dia menolak untuk bersikap selayaknya yang terbuang. Baginya, keputusan pindah ke Cagliari bukanlah sebuah langkah mundur, melainkan jalan lain mereguk kejayaan.
ADVERTISEMENT
Semua bermula ketika Antonio Conte diresmikan sebagai pelatih baru Internazionale. Mantan pelatih Chelsea dan Juventus itu dengan tegas menyatakan bahwa dia tidak mau ada Nainggolan di dalam skuatnya.
Nainggolan tidak sendiri. Bersamanya ada dua bintang lain yang langsung ditendang oleh Conte, yaitu Mauro Icardi dan Ivan Perisic. Icardi kemudian hengkang ke PSG, sementara Perisic berlabuh ke Bayern Muenchen.
Di saat dua rekannya memilih bergabung dengan klub besar di luar Italia, langkah mengejutkan dibuat Nainggolan. Gelandang berdarah Indonesia itu memutuskan kembali ke klub lamanya, Cagliari.
Memang ada pertimbangan non-sepak bola di sana. Istri Nainggolan, Claudia, menderita kanker. Claudia sendiri adalah orang asli Cagliari. Nainggolan bertemu dengannya ketika masih bermain untuk Gli Isolani.
ADVERTISEMENT
Pengobatan kanker itu jadi salah satu pertimbangan Nainggolan untuk kembali ke Sardinia. Rupanya, Nainggolan pun mudik di waktu yang tepat karena Cagliari, diam-diam, tengah membangun kekuatan.
Penjualan bintang muda Nicolo Barella ke Inter menjadi pemicunya. Oleh Cagliari, uang yang mereka dapatkan digunakan untuk mendatangkan pemain anyar, baik secara permanen maupun pinjaman.
Nainggolan sendiri datang sebagai pemain pinjaman. Selain Nainggolan, ada pula Giovanni Simeone, Marko Rog, Federico Mattielo, Robin Olsen, serta Luca Pellegrini yang direkrut lewat skema peminjaman.
Selain meminjam enam pemain itu, Cagliari juga membeli Nahitan Nandez, Alberto Cerri, dan Christian Oliva secara permanen. Sebagian besar pemain ini pun akhirnya menjadi andalan pelatih Rolando Maran.
Mulanya, efek pembangunan Cagliari ini tidak langsung terasa. Dalam dua pertandingan pertama, Maran masih meraba-raba komposisi skuatnya. Nainggolan, misalnya, masih diberi tugas sebagai regista.
ADVERTISEMENT
Pelatih Cagliari, Rolando Maran. Foto: Dok. Cagliari
Dalam dua pertandingan pertama itu Cagliari selalu kalah, masing-masing dari Brescia dan Internazionale. Sudah begitu, Nainggolan pun kemudian mengalami cedera dan harus absen dalam tiga partai berikutnya.
Namun, justru di situ ada berkat terpendam. Absennya Nainggolan membuka jalan bagi Luca Cigarini untuk bermain sebagai regista dalam formasi 4-3-1-2 andalan Maran.
Regista sendiri memang posisi natural Cigarini. Tak heran, dengan komposisi demikian, penampilan Cagliari membaik. Pada laga pekan ketiga, Cagliari sukses menumbangkan Parma dan di situlah rentetan hasil positif mereka bermula.
Nainggolan sendiri kembali pada pekan keenam. Dalam laga itu dia cuma bermain 22 menit dan tak bisa memenangkan Cagliari atas Hellas Verona. Meski begitu, di laga itulah komposisi terbaik lini tengah akhirnya ditemukan Maran.
ADVERTISEMENT
Cigarini sebagai regista, Nandez dan Rog sebagai mezzala, Nainggolan sebagai trequartista. Dalam perjalanannya, rotasi memang kerap dilakukan Maran, tetapi empat sosok itulah kunciannya.
Nahitan Nandez dan Radja Nainggolan merayakan gol ke gawang Fiorentina. Foto: Cagliari Calcio
Sebagai trequartista di belakang dua striker, Nainggolan menemukan kembali permainan terbaiknya. Peran itulah yang membuat nama pria 31 tahun itu mencuat bersama Roma hingga akhirnya membuat Inter kepincut.
Akhirnya, sejak kembali tampil penuh pada laga melawan Roma, keran gol Nainggolan pun terbuka kembali. Menghadapi SPAL 2013, Nainggolan mencetak gol tendangan voli yang layak masuk nominasi Puskas Award.
Menjamu Fiorentina di Sardegna Arena, Minggu (10/11/2019), penampilan Nainggolan bersama Cagliari itu mencapai puncaknya. Dia berhasil mencatatkan 3 assist dan satu gol indah dari jarak jauh untuk membawa timnya menang 5-2.
ADVERTISEMENT
Kemenangan itu pun membawa Cagliari, untuk sementara ini, duduk di peringkat empat klasemen sementara Serie A. Mereka berada di atas Atalanta, Roma, dan Napoli.
Selepas pertandingan melawan Fiorentina itu, Nainggolan menolak untuk dipuji sendirian. Dia boleh saja jadi penampil terbaik tetapi itu semua, kata dia, takkan ada artinya tanpa rekan-rekan setimnya.
"Daripada kalian bicara soal pembuktian diriku, lebih baik kalian beri apresiasi kepada rekan-rekanku. Kami sedang hebat-hebatnya. Di awal musim tak ada orang yang menyangka kami bisa tampil seperti ini," ujarnya.
"Ada antusiasme di Cagliari yang sudah lama tak tampak. Posisi kami di liga setelah 12 pertandingan betul-betul luar biasa. Tim ini layak mendapat perhatian lebih dari media."
ADVERTISEMENT
"Aku senang berada di sini dan mendapat kesempatan seperti ini. Terima kasih kuucapkan kepada Presiden (Tommaso Giulini, red) yang sudah bekerja keras merekrut diriku. Aku akan membalas budi padanya," tambah Nainggolan.
Momentum kebangkitan Cagliari ini untuk sementara harus terhenti akibat jeda internasional. Meski demikian, dua pekan mendatang, mereka punya kesempatan besar untuk kembali meraih hasil optimal.
Dua tim papan bawah, Lecce dan Sampdoria, akan jadi dua lawan pertama Cagliari usai jeda internasional. Seharusnya, jika tren penampilan ini bisa dipertahankan, Cagliari takkan menemui banyak kesulitan.