Akankah Angelo Alessio Terapkan 3-5-2 ala Antonio Conte di Persija?

10 Juni 2021 20:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Angelo Alessio. Foto: JONATHAN NACKSTRAND / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Angelo Alessio. Foto: JONATHAN NACKSTRAND / AFP
ADVERTISEMENT
Angelo Alessio resmi ditunjuk sebagai pelatih anyar Persija. 'Macan Kemayoran' tentunya layak berharap banyak pada eks asisten Antonio Conte ini.
ADVERTISEMENT
Dari 2010-2018, Alessio telah bermitra dengan Conte di 4 tim berbeda: Siena (2010–2011), Juventus (2011–2014), Timnas Italia (2014–2016), dan Chelsea (2016–2018). Alhasil, Alessio sudah paham betul bagaimana gaya main Conte.
Ciri khas tim yang dilatih Conte adalah menerapkan formasi 3-5-2. Teranyar, saat melatih Inter pun, pelatih kelahiran Lecce itu masih menerapkan gaya main yang serupa.
Alessio sendiri mengakui keampuhan formasi 3-5-2 yang diterapkan Conte. Menurutnya, itu telah menjadi ciri khas mereka.
Antonio Conte. Foto: AFP/Ina Fassbender
"Waktunya bersama Bianconeri adalah pengalaman dan pengetahuan yang luar biasa. Kami memulai dengan taktik yang berbeda dengan 3-5-2 yang menjadi ciri khas kami," kata Angelo Alessio pada 2019, dikutip dari Football Italia.
Konsep formasi 3-5-2 ala Antonio Conte itu dapat bertransformasi secara fleksibel di lapangan menjadi 5-3-2 saat tim sedang bertahan. Saat menyerang, dua bek sayap maju sebagai pengganti winger dan memakai dua striker. Di lini tengah ada tiga gelandang: Gelandang serang, gelandang box-to-box, dan gelandang bertahan.
ADVERTISEMENT
Conte mengutamakan penguasaan bola dan umpan-umpan pendek, bola dimainkan dari belakang, tetapi juga bisa memanfaatkan serangan balik dengan bola panjang dan sedikit sentuhan. Soliditas pertahanan adalah ciri khas timnya berbekal permainan tekanan tinggi dan agresif untuk memenangkan kembali bola dengan cepat.
Alessio pastinya sudah paham betul strategi Conte itu. Masalahnya, apakah 3-5-2 akan cocok buat Persija?
Pemain Persija Jakarta merayakan gol yang dicetak Osvaldo Hayy (kedua kanan) ke gawang Persib Bandung pada pertandingan leg dua Final Piala Menpora di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (25/4). Foto: Mohammad Ayudha/ANTARA FOTO
Sebenarnya, pada era 2000-an, Persija dan sejumlah klub Indonesia cukup lumrah dengan formasi 3-5-2. Jadi, ini bukan filosofi yang baru-baru amat, meski tentunya harus kembali dipelajari.
Secara komposisi tim saat ini, bisa jadi memungkinkan bagi Persija bermain dengan 3-5-2. Marco Motta yang berpengalaman di Liga Italia, Tony Sucipto, Alfath Fathier, Novri Setiawan, dan Rezaldi Hehanusa bisa menjadi wingback.
ADVERTISEMENT
Marc Klok bisa menjadi gelandang serang, Rohit Chand yang multifungsi di lini tengah, dan juga ada nama Ramdani Lestaluhu. Mereka bisa jadi tiga gelandang utama Persija.
Masalahnya, formasi 3-5-2 bisa membuat Riko Simanjuntak dan Osvaldo Haay hilang tempat di starting XI Persija. Sebab, mereka adalah winger yang andal saat menyerang, tetapi kemampuan bertahannya tak cukup baik.
Selebrasi gol Osvaldo Haay pada laga Persija vs Bhayangkara FC. Foto: Dok. Twitter/@persija_jkt
Uniknya, ketika melatih Kilmarnock pada 2019, Angelo Alessio tidak bermain dengan 3-5-2. Menurut Transfermarkt, ia biasa bermain dengan empat bek (4-3-3, 4-2-3-1, 4-4-1-1, dan 4-4-2) dengan konsep permainan lebih ofensif. Ini mungkin lebih pas buat Persija.
Memang, formasi 4 bek itu membuatnya dipecat Kilmarnock. Namun, situasi sepak bola Skotlandia dan Indonesia berbeda. Apalagi, reputasi Persija adalah tim besar dengan materi pemain mumpuni. Jadi bisa saja, racikannya akan sukses di Indonesia.
ADVERTISEMENT
****