Aktivis LGBT Asal Inggris Ditangkap Jelang Pembukaan Piala Dunia 2018

14 Juni 2018 21:50 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivis komunitas LGBT, Peter Tatchell. (Foto:  REUTERS/Glab Garanich)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivis komunitas LGBT, Peter Tatchell. (Foto: REUTERS/Glab Garanich)
ADVERTISEMENT
Piala Dunia di tahun kapan pun selalu sanggup menarik perhatian dunia. Segala macam media dari berbagai penjuru dunia, walaupun tak berhubungan langsung dengan sepak bola, akan menyoroti segala sesuatu tentang Piala Dunia. Itulah sebabnya, tak jarang, upacara pembukaan juga dibarengi dengan berbagai kampanye yang menyuarakan kepentingan dan hak-hak tertentu.
ADVERTISEMENT
Piala Dunia 2018 pun tak lepas dari kejadian serupa. Sebelum pesta sepak bola sejagat ke-21 ini digelar, pemberitaan tentang penolakan Rusia terhadap komunitas LGBT marak terdengar. Lantas, upacara pembukaan tahun ini pun digunakan oleh komunitas LGBT sebagai arena untuk menyuarakan hak-hak mereka.
Dilansir laporan Sky News, aktivis LGBT asal Inggris, Peter Tatchell, ditangkap oleh polisi Rusia jelang upacara pembukaan Piala Dunia 2018. Tatchell ditangkap atas dugaan melakukan aksi protes secara ilegal.
Aksi sebagai bentuk perlawanannya terhadap pelanggaran hak-hak kaum LGBT di Chechnya ini dilakukannya di sekitaran Lapangan Merah, lapangan yang terletak di samping Istana Kepresidenan Rusia, Kremlin. Menurut laporan Reuters, ia ditangkap dengan membawa poster yang bertuliskan "Putin fails to act against Chechnya torture of gay people."
ADVERTISEMENT
Polisi setempat memberi peringatan kepada Tatchell: hentikan aksi atau ditangkap. Berdasarkan pernyataan Tatchell, ia digiring ke Kantor Polisi Tverskaya. Lewat pernyataan Peter Tatchell Foundation (organisasi kemanusiaan yang didirikan oleh Tatchell untuk membela hak-hak komunitas LGBT -red) yang dilansir Sky News, bentuk protes yang dilakukan oleh Tatchell tak melanggar hukum di Rusia.
"Saya menggunakan hak saya secara sah untuk melakukan protes, di bawah konstitusi Rusia, yang menjamin kebebasan berekspresi dan hak untuk menyampaikan protes sesuai dengan Pasal 29 dan 31. Aksi protes sendirian (tanpa menghimpun massa -red) yang saya lakukan tidak memerlukan izin dari pihak berwenang dan kepolisian."
"Penangkapan rupanya menjadi perlakuan standar bagi warga Rusia yang menyuarakan hak LBGT atau korupsi, yang memprotes ketidakadilan ekonomi, dan aneksasi Rusia atas Krimea dan pengeboman warga sipil di Suriah," demikian bunyi pernyataan Tatchell, dilansir Sky News.
ADVERTISEMENT
"Tidak seperti aktivis-aktivis Rusia yang pemberani itu, saya memiliki 'perlindungan' dengan memegang paspor Inggris, yang artinya, saya mendapat perlakuan yang lebih halus ketimbang mereka. Keberanian saya tidak ada apa-apanya kalau melihat apa yang terjadi pada orang-orang Rusia yang berani melawan rezim Putin. Saya terpesona dengan keberanian mereka," imbuhnya.
Pihak kepolisian memutuskan untuk melepaskan Tatchell setelah kurang lebih satu jam diproses. Pada 2017, harian Rusia, Novaya Gazeta, menayangkan laporan jurnalis Yelena Milashina tentang kekerasan terhadap komunitas gay di Chechnya, Rusia.