Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Analisis Cile vs Jerman: Dominasi Tak Selalu Berujung Kemenangan
3 Juli 2017 8:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Jerman memungkasi Piala Konfederasi 2017 dengan hasil apik. Menghadapi Cile pada pertandingan final, Minggu (3/7) dini hari WIB, anak asuh Joachim Loew berhasil mendapatkan gelar juara, setelah menutup laga dengan skor akhir 1-0.
ADVERTISEMENT
Satu-satunya gol pada partai ini dicetak oleh Lars Stindl ketika laga memasuki menit ke-20. Dengan kemenangan ini, Jerman pun mendapatkan gelar perdananya di Piala Konfederasi, sekaligus mengakhiri tren buruk wakil Eropa yang selalu gagal menjadi juara dalam tiga edisi sebelumnya.
***
Dalam laga ini, Joachim Loew kembali menggunakan pola 3-4-1-2 sebagai formasi dasar kesebelasannya. Pola ini sendiri sebelumnya telah dipraktikkan oleh Loew dalam setiap laga yang dimainkan oleh Jerman di Piala Konfederasi 2017.
Apa yang dilakukan oleh Loew diduplikasi oleh pelatih Cile, Juan Antonio Pizzi. Pizzi kembali memerintahkan anak asuhnya untuk bermain dengan formasi 4-3-1-2 dengan tetap menjadikan Alexis Sanchez dan Eduardo Vargas sebagai ujung tombak.
Tak adanya perubahan formasi kedua kesebelasan rupanya lebih menguntungkan Cile. Sambil menggunakan pressing sejak sepertiga terakhir pertahanan lawan, Cile benar-benar membuat Jerman tak berdaya.
ADVERTISEMENT
Mulai dari Marc-Andre Ter Stegen yang mengawal gawang Jerman hingga Timo Werner yang dibiarkan bebas di lini depan, semuanya kesulitan mengalirkan bola. Gaya bermain Jerman yang mengutamakan aliran bola pendek membuat mereka kelimpungan.
Meski demikian, strategi Loew untuk menekan pemain Cile saat membawa bola juga membuat Arturo Vidal dkk. kesulitan. Dan, pilihan Loew untuk melakukan ini membawa keberuntungan saat Marcelo Diaz melakukan blunder di depan gawang Claudio Bravo yang berujung gol Lars Stindl.
Gol Stindl nyatanya tidak membuat Jerman benar-benar di atas angin. Cile, yang ketinggalan berusaha untuk mengatur ulang tempo permainan dan membuat Jerman kembali kesulitan untuk menekan pertahanan lawan.
Perubahan coba dilakukan oleh Loew jelang berakhirnya babak pertama. Julian Draxler, Stindl, dan Werner yang jadi pemain terdepan Jerman kerap dimainkan dalam satu area yang berdekatan untuk memberi tempat bagi bek sayap Jerman agar lebih bebas naik.
ADVERTISEMENT
Pilihan tersebut rupanya tak salah. Beberapa kali, Jonas Hector, yang bermain sebagai bek kiri, berhasil masuk ke daerah permainan Cile setelah pemain belakang mereka lebih fokus untuk menjaga Draxler ketimbang tetap berada di posnya.
Seringnya Hector menembus pertahanan Cile tak terjadi di sisi kanan Jerman yang diisi oleh Joshua Kimmich. Kimmich tampak diperintahkan oleh Loew untuk tak bermain terlalu tinggi demi menjaga Alexis yang bisa menciptakan bahaya.
Selain mematikan Alexis, hal lain yang membuat Cile kesulitan mencetak gol adalah permainan apik yang ditunjukkan oleh Ter Stegen di bawah mistar gawang. Beberapa kali kiper Barcelona ini terlihat melakukan penyelamatan apik demi menjaga gawang Jerman dari kebobolan.
Tempo berjalan semakin cepat saat laga memasuki pertengahan babak kedua. Tak hanya itu, Pizzi juga mengubah pola anak asuhnya saat menyerang dengan bermain dalam pakem 4-2-1-3, dengan menaruh Pablo Hernandez sebagai penyerang sayap yang sekaligus menggeser Vargas sebagai false nine.
ADVERTISEMENT
Namun sayang, upaya Pizzi mengubah gaya bermain skuatnya tak berjalan mulus. Pada saat yang hampir bersamaan, Loew menginstruksikan anak asuhannya untuk tetap menjaga garis pertahanan agar tetap rendah dan menumpuk sebanyak mungkin pemain di dalam kotak penalti.
Strategi yang dipilih oleh Loew rupanya membuatnya berhasil. Percobaan yang dilakukan secara sporadis oleh Cile tak berhasil menjebol gawang Ter Stegen dan membuat mereka menggamit gelar Piala Konfederasi untuk pertama kalinya.