Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Analisis: Kekuatan Fisik United Menyudahi Dominasi Ajax
25 Mei 2017 6:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Pertama kali melihat daftar skuat Manchester United yang berhadapan dengan Ajax Amsterdam di babak final Liga Europa Kamis (25/5/2017) dini hari WIB, Anda mungkin akan sedikit tercengang (walau sejenak) saat meihat nama Maruoane Fellaini dan juga Chris Smalling sebagai starter. Padahal, United masih memiliki Michael Carrick serta Phil Jones yang notabene lebih aman dimainkan ketimbang kedua pemain yang kerap bertindak ceroboh itu.
ADVERTISEMENT
Namun, percayalah Jose Mourinho bukan tanpa alasan memasang keduanya. Toh, partai puncak yang diselenggarakan di Friends Arena itu berakhir dengan indah, lewat kemenangan dua gol tanpa balas.
Selain kemampuan fisik dari Fellaini dan Smalling, postur yang menjulang juga dibutuhkan untuk mengantisipasi Kasper Dolberg dan Davinson Sánchez yang jago di duel udara. Perkara bola-bola bawah, serahkan saja pada Ander Herrera, Marcus Rashford dan Henrik Mkhitaryan.
Luar biasanya, skema Mou berjalan lancar. Smalling berhasil unggul di duel udara sebanyak 5 kali, catatan yang mentereng ketimbang Dolberg yang nihil dalam memanfaatkan umpan lambung. Puncaknya, Smalling berhasil menyodorkan umpan via sundulan kepala kepada Mkhitaryan yang kemudian berbuah gol.
ADVERTISEMENT
Fellaini lebih spektakuler lagi, dia tercatat telah 15 kali memenangi pertarungan udara. Jumlah tersebut bahkan melebihi total keseluruhan dari pemain Ajax yang hanya membukukan 12.
Selain itu ekspemain Everton tersebut juga berperan menjadi tower (menara) yang juga berfungsi sebagai pemantul dari skema longball yang masih jadi andalan United. Lagi pula, siapa lagi yang akan menerima umpan silang dari Antonio Valencia kalau bukan Fellaini? Eks pemain Everton itu juga berperan sebagai secondline bagi United. Gamblangnya, Fellaini berperan layaknya Zlatan Ibrahimovic sebagai target man tetapi di satu sisi juga turut membantu pertahanan.
Fellaini terbukti sukses saat berhasil menyodorkan umpan yang kemudian berhasil diakhiri oleh Paul Pogba. Untuk menopang mobilitas Fellaini, Mou mengutus Ander Herrera yang punya spesialisasi daam membaca permainan lawan. Posisinya memang tak jauh berbeda dengan Pogba. Jika pemain termahal di dunia itu bermain lebih menyerang dan membangun serangan lewat umpan-umpannya, Herrera mengemban tugas untuk melindungi backfour United.
ADVERTISEMENT
Ajax sebenarnya bukan tanpa perlawanan. Apalagi setelah tertinggal satu gol di babak pertama, Skuat asuhan Peter Bosz itu berhasil lepas dari tekanan dan sempat melepaskan sepasang tembakan. Akan tetapi hanya sebatas itu saja, bahkan keduanya pun tak berhasil mengenai sasaran.
Di sisi lain, Mou mengaplikasikan skema andalannya yakni dengan tidak membiarkan para pemainnnya keluar dari posisinya alias parkir bus setelah unggul. Alhasil, jurus longball juga dilakukan seiring gempuran yang dilancarkan Ajax. Agresivitas de Godenzonen berimbas pada tingginya garis pertahanan mereka, tetapi United juga tak mau mengambil risiko dan tetap berkosentrasi untuk bertahan.
Mengenai skema umpan-umpan lambung, Mou sendiri beralasan untuk mencegah pressing tinggi yang dilakukan oleh para penggawa Ajax. Alasan yang cukup logis karena Davy Klaassen dan kawan-kawan memang cenderung mengekbiri build-up serangan lawan sedini mugkin. Beruntungnya, United punya Herrera yang sanggup mencuri bola dari lawan. Terbukti dari 7 tekel sukses dan 4 intersep yang berhasil dibukukannya.
ADVERTISEMENT
Selain Herrera, United patut berterima kasih kepada Darmian yang sukses meredam menghentikan pergerakan Bertrand Traore dari sisi kiri pertahanan mereka. Pemain yang dibeli dari Torino itu memang diplot membantu Daley Blind dan Smalling di jantung pertahanan ketimbang melakukan overlap ke depan.
Dia berhasil mencatatkan 7 sapuan dan menyamai Herrera perihal jumlah intersep. Salah satu aksi pentingnya adalah saat memotong laju Traore yang hanya tinggal berhadapan dengan Sergio Romero. Traore memang menjadi "target" para pemain United di laga kali ini. Imbasnya, pemain yang dipinjam dari Chelsea itu hanya sukses melepaskan satu tembakan tepat sasaran dan telah kehilangan penguasaan bola sebanyak 12 kali (terbanyak di antara para pemain lain).
ADVERTISEMENT
Sedangkan, Valencia mengemban peran yang berbeda. Kekuatan fisik serta kemampuan crossing yang dia punya membuat Valencia dilegalkan Mou untuk membantu serangan. Bahkan, pemain berpaspor Ekuador itu nyaris mencetak gol sebelum peluangnya digagalkan Andre Onana.
Menyusul matinya suplay bola kepada Dolberg dan penjagaan ketat kepada Traore, praktis Ajax hanya mengandalkan kreativitas Hakim Ziyech dalam melakukan serangan. Akan tetapi, Ziyech yang dominan beroperasi di sisi kanan itu juga mengalami nasib serupa dengan Traore karena mendapat man-to-man marking.
Akibatnya, peraih assist terbanyak di Eredivisie itu kesulitan menembus barisan pertahanan United dan terpaksa melakukan sepakan jarak jauh. Hasilnya buruk, hanya satu tembakan yang sukses mengenai sasaran dari lima percobaan yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Sejatinya Ajax tak tampil buruk. Hanya saja, Mou telah mempersiapkan senjata untuk mematikan motor serangan tim yang telah empat kali menjuarai Liga Champions itu. Tak lain dan tak bukan adalah lewat kekuatan fisik.