'Andai Aku Jadi Pelatih...': Saat Suporter Komentari Laga Timnas U-19

29 Oktober 2018 6:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter Timnas U-19 asal Jakarta Timur, Aditya Rizky (tengah) dan kawan-kawan.  (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Timnas U-19 asal Jakarta Timur, Aditya Rizky (tengah) dan kawan-kawan. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
ADVERTISEMENT
"[...] Ketiga, saya puji suporter yang sudah hadir hari ini. Keempat, terima kasih dan respek kepada semua pemain [...]," kata pelatih Timnas U-19 Indonesia, Indra Sjafri, saat jumpa pers.
ADVERTISEMENT
Suporter adalah pemain ke-12 dari sebuah tim sepak bola. Mereka setia mengawal di setiap pertandingan tim jagoannya, tak peduli panas maupun hujan. Namun, kesetiaan para suporter tersebut tidak terbatas pada sorak sorai semata. Mereka pun kerapkali cerewet, terutama jika tim kesayangannya tidak tampil sesuai harapan.
Minggu (28/10/2018) malam WIB, puluhan ribu suporter Timnas U-19 Indonesia memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno untuk memberikan dukungan pada Rachmat Irianto dkk. yang bertanding melawan Jepang di perempat final Piala Asia U-19.
Timnas U-19 memang akhirnya kalah 0-2 dari 'Samurai Biru Muda' dan mimpi lolos ke Piala Dunia U-20 di Polandia tahun depan kandas. Namun, para suporter di tribune tak henti-hentinya bersorak. Itulah mengapa, mereka ikut mendapat pujian dari Indra.
ADVERTISEMENT
Walau demikian, kekalahan tersebut juga meninggalkan rasa kecewa. Di situlah kemudian para suporter mulai bertingkah cerewet tadi.
***
Sekitar pukul 21:30 WIB, muka-muka lesu terlihat di wajah para suporter. Wajah lesu itu senada dengan cuaca Ibu Kota yang suram; hujan deras dengan petir di sana-sini.
Usai pertandingan itulah, saatnya mengulik bagaimana permainan Timnas Indonesia U-19 dari kacamata suporter. Menurut Haris (21) asal Indramayu, baru masuknya Todd Rivaldo Ferre di menit 70-an akhir cukup berpengaruh terhadap hasil pertandingan.
"Padahal kalau lebih awal, kita bisa lebih berkembang. Dia berani bawa bola menusuk ke dalam," ucap Haris kepada kumparanBOLA. "Lalu kenapa (Hanis) Saghara tidak diganti, dia lembek mainnya. Saya rasa dia tidak ada kontribusi hari ini."
ADVERTISEMENT
Pertandingan Timnas Indonesia vs Jepang di perempat final AFC U-19 Championship. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan Timnas Indonesia vs Jepang di perempat final AFC U-19 Championship. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Selain Haris, Khairul (25) asal Jakarta Selatan berpendapat bahwa absennya Egy Maulana Vikri memengaruhi serangan. "Hilangnya Egy terasa, serangan monoton dan serangan balik kita gampang dipatahkan," tuturnya terpisah.
"Kita harus akui Jepang lebih unggul secara teknik dan permainan. Indonesia sendiri sudah mengeluarkan kemampuan maksimal. Dan harusnya Todd masuk lebih awal, di menit 40 atau 50," pungkas Khairul.
"Sebetulnya kita bisa mengimbangi, tapi sebagian sisi pertandingan lengah. Misalnya dari transisi antara lini tengah ke belakang kurang stabil. Fisiknya juga kalah dari Jepang," timpal Syauqi (25) asal Jakarta Selatan.
"Menit 60 ke atas kelihatan keteteran. Kita juga tidak maksimalkan pergantian pemain. Todd juga telat diturunin, dia itu larinya cepat dan fisiknya juga kuat."
ADVERTISEMENT
Suporter Timnas U-19 asal Indramayu, Jawa Barat, Haris (kiri) dan kawan-kawan. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Timnas U-19 asal Indramayu, Jawa Barat, Haris (kiri) dan kawan-kawan. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
"Absennya Egy berpengaruh ke fokus Jepang. Biasanya lawan fokus menjaga Egy, yang lain bisa cari ruang. Tanpa adanya Egy, sekarang semua dijaga," lanjutnya.
Masih bersemangat mengevaluasi permainan penuh gengsi 'Garuda Nusantara' lawan skuat Negeri Sakura, Syauqi punya strategi sendiri jika dirinya menjadi seorang pelatih.
"Saya akan maksimalkan tiga pergantian pemain. Pertama, menit 50 saya masukkan Todd Ferre, selanjutnya 70 atau 75 masukkan striker dan selanjutnya pemain tengah," katanya.
Sofhi (23) asal Jakarta Selatan punya pendapatnya sendiri. Ia menilai permainan Witan Sulaeman dan kolega sudah bagus, tapi kerap bermain terlalu egois dan kurang apik dalam penyelesaian akhir.
Pesepak bola Indonesia U19 Todd Rivaldo Alberth Ferre berusaha melewati pemain Filipina U19 dalam penyisihan grup A Piala AFF U19. (Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
zoom-in-whitePerbesar
Pesepak bola Indonesia U19 Todd Rivaldo Alberth Ferre berusaha melewati pemain Filipina U19 dalam penyisihan grup A Piala AFF U19. (Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
"Kalau saya pelatih, Todd babak kedua langsung dimasukin. Ke depan mainnya harus lebih kompak lagi, jangan sendiri-sendiri," pesannya.
ADVERTISEMENT
Terakhir, ada Aditya Rizky (30) asal Jakarta Timur. Menyaksikan perjuangan Timnas U-19 di SUGBK, Aditya mengapresiasi perjuangan 11 pesepak bola muda itu.
"Pasti kita menyesal, tapi semua pemain sudah sepenuh hati. Memang harus lebih latihan lagi. Dan pelatih pasti ada tujuan kenapa Todd Ferre baru diturunkan di akhir, 'kan kita tidak tahu stamina pemain," ujarnya.
"Witan dan Saddil sudah bagus, terlihat juga dari pelanggaran ke mereka. Kalau saya jadi pelatih, saya perbaiki sisi bek dan tengah. Alurnya dari tengah ke belakang dan belakang ke depan, masih kurang. Tidak ada yang mengatur bola," katanya mengakhiri.