Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Rabu, 9 Juli 2019, terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam struktur direksi Arsenal . Klub asal London Utara itu resmi mengaplikasikan posisi direktur teknik, dengan nama Edu Gaspar sebagai pengisi jabatan.
ADVERTISEMENT
Pria yang biasa dipanggil Edu itu bukan sosok yang asing di Arsenal. Edu pernah membela ‘Meriam London’ sejak 2001 hingga 2005.
Lima tahun berkiprah di Inggris, pria yang berposisi sebagai gelandang itu sukses menyumbangkan total lima trofi untuk Arsenal. Satu di antaranya merupakan trofi emas Premier League—buah keberhasilan Arsenal menjuarai Premier League 2003/04 tanpa mengalami satu kekalahan pun.
Direktur Olahraga Arsenal, Raul Sanllehi, menyebut Edu sebagai seorang yang paham Arsenal luar dalam. “True Arsenal man,” kata sang direktur olahraga.
Namun, tampaknya Edu dipilih bukan hanya karena romantisme. Arsenal tahu bahwa ada banyak yang bisa dipersembahkan oleh eks pemainnya itu. Sebelum melangkah lebih jauh, mari tengok bagaimana Arsenal mendeskripsikan pekerjaan Edu.
ADVERTISEMENT
“Dalam perannya sebagai direktur teknik, Edu akan berkoordinasi dengan staf kepelatihan tim utama, tim akademi, tim pemandu bakat, dan tim perekrutan. Semuanya dilakukan untuk memastikan kontinuitas perkembangan dan efisiensi penguatan skuat,” tulis Arsenal dalam pernyataan di situsweb resmi mereka.
Singkatnya, Edu wajib memastikan kekuatan Arsenal berada di level terbaik; level yang cukup untuk bersaing dan memenangi trofi. Untungnya, ia memiliki pengalaman untuk melakukan ini.
Kiprah Edu sebagai direktur teknik dimulai di klub Serie A Brasil, Corinthians, pada 2011. Corinthians juga merupakan tim yang pernah dibelanya.
Corinthians pada dasarnya merupakan klub besar di Brasil. Namun, Edu sukses membawa klub yang dijuluki O Timao itu melangkah lebih jauh.
ADVERTISEMENT
Di periode perdana masa baktinya sebagai Direktur Teknik Corinthians, Edu memutuskan untuk membeli salah satu penyerang terbaik di Amerika Selatan, Paolo Guerrero, dan gelandang muda Brasil yang penuh tenaga, Paulinho.
Hasilnya instan. Corinthians sukses menjuarai Serie A Brasil dan Piala Dunia Antarklub di tahun perdana Edu.
Setelah itu, Edu sukses menjaga level terbaik Corinthians lewat jual-beli yang cerdas. Ia berhasil membeli pemain-pemain top seperti Alexandre Pato, Renato Augusto, Fabian Balbuena, dan Felipe.
Beberapa di antara pemain itu dijual ke Eropa dengan harga yang cukup mahal. Yang paling mahal tentu saja Paulinho yang dijual ke Tottenham Hotspur dengan mahar 17 juta poundsterling pada 2013.
Selain itu, Edu sukses memanfaatkan akademi klubnya. Di masa kepemimpinan Edu, akademi Corinthians mampu menelurkan pemain-pemain jempolan, seperti Malcom dan Marquinhos.
ADVERTISEMENT
Tak mengherankan apabila Corinthians mampu menjuarai dua Serie A Brasil, satu Piala Dunia Antarklub, dan satu Copa Libertadores saat Edu berbakti sejak 2011 hingga 2016.
Selepas Corinthians, Edu bergabung bersama Timnas Brasil pada 2016 dengan peran serupa. Ia mengajak Tite—pelatih Corinthians di era kepemimpinannya—untuk menjadi pelatih Brasil.
Kemampuan Edu untuk membangun tim dalam waktu cepat menjadi modal penting untuk mendapatkan kepercayaan Tite. Tidak berlebihan karena pelatih ini sanggup membawa Brasil menjuarai Copa America 2019 yang merupakan trofi mayor perdana Brasil sejak 2007.
Dari situ, bisa dibilang bahwa kualitas Edu untuk membangun dan mempertahankan tim juara sudah terbukti. Arsenal juga bisa berharap jebolan akademi mereka membaik kualitasnya berkat keberadaan Edu.
ADVERTISEMENT
Di Arsenal, Edu disebut-sebut memberikan pengaruh besar atas kedatangan penyerang muda asal Brasil, Gabriel Martinelli. Saat ini, The Gunners dikabarkan tengah melakukan pendekatan terhadap penyerang sayap Barcelona, Malcom. Ya, Malcom yang ditelurkan Edu di Corinthians. Tampak jelas bahwa minat Arsenal terhadap sang penyerang sayap diprakarsai oleh Edu.
Kecepatan dalam bertindak mengingatkan sebagian orang akan kedatangannya ke Arsenal saat masih bermain. Menurut Zach Lowy dari Breaking The Lines, Edu sempat dikejar oleh Barcelona sebelum bergabung bersama Arsenal . Namun, ia lebih memilih Arsenal karena kecepatan negosiasi yang mereka lakukan.
Yang perlu didoakan oleh suporter Arsenal saat ini adalah kerelaan pemilik klub kesayangan mereka, Stan Kroenke, untuk mengucurkan uang dan membantu sang direktur teknik melakukan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT