Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Argentina Harus Memantapkan Skema yang Sudah Ada
29 Juni 2018 21:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Kemenangan Timnas Argentina atas Timnas Nigeria di laga terakhir Grup D Piala Dunia 2018 , selain membawa mereka lolos ke babak 16 besar, juga menciptakan kelegaan tersendiri bagi sang pelatih, Jorge Sampaoli.
ADVERTISEMENT
Dalam laga yang berlangsung di Stadion Saint Petersburg, Rabu (27/6/2018), Argentina berhasil mengalahkan Nigeria dengan skor akhir 2-1. Dua gol dari Lionel Messi dan Marcos Rojo, yang hanya bisa dibalas sekali oleh Nigeria lewat sepakan penalti Victor Moses, mengantarkan tiket babak 16 besar langsung ke tangan Argentina.
Tapi, kebahagiaan Argentina ini tidak hanya sekadar berbentuk kelolosan mereka ke babak 16 besar saja. Kepuasan juga tampak dari raut wajah Jorge Sampaoli, pelatih Argentina. Setelah sekian modifikasi yang dia lakukan, akhirnya dia menemukan skema pas untuk Argentina di ajang Piala Dunia ini. Dengan mengakomodir kemampuan Messi, tentu saja.
Kepuasan Sampaoli ini tercermin dari komentarnya seusai laga. Selain bersemangat mengomentari apiknya penampilan Messi (Messi sukses cetak satu gol di laga tersebut), dia juga mengomentari soal skema yang dia terapkan dalam laga tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kami bermain dengan tiga gelandang dan Messi berada di sisi kanan untuk mencoba menciptakan peluang. Apa yang dilakukan oleh tiga pemain di depan (Angel Di Maria, Messi, dan Gonzalo Higuain) di babak pertama dapat merepotkan lawan," ujar Sampaoli seperti dilansir BBC.
Namun, apakah benar skema yang diterapkan oleh Sampaoli ini sudah tepat? Mari kita telisik lebih lanjut.
***
Dalam laga melawan Nigeria, Argentina menerapkan formasi dasar 4-4-2. Messi berpasangan dengan Higuan di lini depan. Di belakangnya, ada nama Enzo Perez, Javier Mascherano, Ever Banega, serta Angel Di Maria, dipasang selaku empat gelandang sejajar.
Dengan skema dasar seperti ini, Argentina bermain jauh berbeda dengan ketika mereka kalah 0-3 dari Kroasia di laga kedua fase grup. Mereka mampu tampil dominan. Tidak hanya mampu tampil dominan, mereka juga mampu tampil lebih cair. Ini tak lepas dari kehadiran Banega di lini tengah.
ADVERTISEMENT
Di tengah, Banega dan Mascherano saling berbagi peran. Sadar bahwa ketika melawan Kroasia ada aliran bola yang tidak jalan serta tempo yang tidak teratur, Sampaoli menurunkan Banega yang memiliki kemampuan dalam membagi bola dan mengatur tempo. Hasilnya, permainan Argentina tidak seacak-adut di laga melawan Kroasia.
Banega sendiri menunjukkan peran apiknya dalam laga tersebut. Selain sukses menyumbang satu assist untuk gol Messi, pemain yang kini membela Sevilla tersebut juga menjadi pemain yang kontributif dalam setiap serangan Argentina. Tercatat, dia sukses menorehkan 3 umpan kunci, dengan persentasi akurasi umpan mencapai angka 87,8% (tertinggi ketiga di antara para pemain Argentina).
Berkat lini tengah yang lebih lancar dalam mengalirkan bola, Argentina juga mampu tampil lebih menekan dan tentunya, lebih klinis. Mereka memang kalah jumlah tembakan dari Nigeria (9 berbanding 8). Namun, jumlah tembakan tepat sasaran ke gawang mereka lebih tinggi dibandingkan Nigeria (3 berbandung 4). Messi juga jadi lebih klinis. 2 tembakan yang dia lesakkan, salah satunya sukses berbuah gol.
ADVERTISEMENT
Dari segi pertahanan, Argentina juga mampu bertahan lebih seimbang dengan formasi ini. Mascherano sukses mengemban tugas selaku penyaring serangan lewat torehan 3 kali usaha tekel dan 3 kali usaha intersep yang dia catatkan. Para bek juga mampu tampil lebih apik, terutama dua bek tengah Argentina, Nicolas Otamendi dan Marcos Rojo.
Otamendi menorehkan 3 kali usaha tekel, 2 kali usaha intersep, dan 8 kali usaha sapuan dalam laga ini. Sedangkan Rojo, dia sukses mencatatkan 2 kali usaha tekel, 3 kali usaha intersep, dan 5 kali usaha sapuan. Cemerlangnya bek-bek Argentina ini membuat para penyerang Nigeria tidak berkutik.
Meski mampu tampil apik, bukan berarti Argentina tidak memiliki cela. Salah satu cela yang tampak dalam laga melawan Nigeria adalah seringnya para pemain Nigeria menembus sisi kanan pertahanan Argentina. Gabriel Mercado yang acap meninggalkan posisinya meninggalkan ruang cukup besar di belakangnya yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Ahmed Musa.
ADVERTISEMENT
Di antara penampilan sempurna Argentina pada laga tersebut, hanya itu cacat yang tampak dari permainan Argentina. Cacat ini harus segera dibenahi oleh Sampaoli, sebelum mereka bersua dengan Prancis di babak 16 besar nanti.
***
Sampaoli boleh saja sudah menemukan keseimbangan. Pilihan formasi yang dia terapkan ketika lawan Nigeria berbuah manis. Messi tampil apik, permainan Argentina juga menjadi lebih cair dan tidak kaku seperti dua laga awal fase grup menghadapi Islandia dan Kroasia.
Namun, babak 16 besar menyajikan tekanan yang lebih besar daripada fase grup. Sekali kekalahan mereka terima, maka kepastian pulang menjadi sesuatu yang niscaya. Tekanan level baru inilah yang akan menghinggapi skuat Argentina kala menghadapi Prancis nanti.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Argentina seharusnya tidak perlu risau. Toh, Prancis juga menghadapi hal yang sama. Yang semestinya perlu dilakukan sekarang adalah, memantapkan skema yang sudah dia temukan ini, sekaligus menemukan rencana B untuk jaga-jaga jika skema ini berhasil dibaca lawan.
Karena, di tengah kebingungan yang dialami, Prancis tetap punya kualitas untuk membuat Argentina kembali menangis.