Asian Games 1962: Kalah Karena Undian, Tergerus Karena Skandal Senayan

1 Agustus 2018 21:01 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stadion Gelora Bung Karno (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Stadion Gelora Bung Karno (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Pertandingan sepak bola, dalam sebuah ajang multinasional macam Olimpiade maupun Asian Games, kerap menjadi magnet tersendiri. Tak terkecuali dalam ajang Asian Games 1962.
ADVERTISEMENT
Dari 13 cabang olahraga yang dipertandingkan dalam ajang Asian Games 1962, sepak bola termasuk di dalamnya, bersama dengan cabor-cabor lain macam bulu tangkis, basket, dan atletik. Saat itu, sepak bola menjadi olahraga yang paling menarik perhatian masyarakat. Presiden Indonesia, Soekarno, bahkan sampai menargetkan medali emas di cabor sepak bola Asian Games 1962.
Target dari Soekarno ini tentu beralasan. Dalam ajang Asian Games 1958 yang dihelat di Tokyo, Indonesia sukses meraih medali perunggu. Dalam ajang Olimpiade Melbourne 1956, Timnas Indonesia pernah sukses menahan Uni Soviet dengan skor 0-0. Berbagai pemain bertalenta seperti Ramang, Wowo Sunaryo, Omo Suratmo, serta Rukma Sudjana bermunculan di Indonesia saat itu.
Hal inilah yang membuat Indonesia percaya diri menatap ajang Asian Games 1962, termasuk dalam cabor sepak bola. Selain berisikan pemain bertalenta, keuntungan bermain sebagai tuan rumah menjadi bekal bagi Indonesia. Jangan sampai tampil jelek di depan rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun, kenyataan memang tak semanis itu. Beberapa hal yang tiba-tiba muncul ke permukaan, membuat impian masyarakat Indonesia, juga target pribadi Soekarno menyaksikan Indonesia juara, hancur lebur.
***
Pada kisaran 1960an, sebuah isu berhembus di kancah persepak bolaan nasional. Isu tentang pengaturan skor dan judi toto merebak di masyarakat. Tak tanggung-tanggung, isu ini melibatkan pemain-pemain kenamaan Timnas Indonesia.
Setelah klub-klub Indonesia macam PSM maupun PSIM melakukan investigasi internal pada kisaran 1961, terungkap bahwa beberapa pemain memang terlibat dalam kasus pengaturan skor, suap, dan judi toto gelap. Selain tiga pemain PSIM, nama terkenal macam Ramang dan Noorsalam dari PSM juga ikut terseret.
Mulai bermunculannya para pemain yang terlibat kasus suap membuat KOGOR (KONI pada saat itu) langsung melakukan penyelidikan. Hasilnya, terungkaplah 10 pemain yang terlibat pengaturan skor. Mereka adalah Iljas Hadede, Pietje Timisela, Omo Suratmo, Rukma Sudjana (kapten), Sunarto, Wowo Sunaryo (Persib), John Simon, Manan, Rasjid Dahlan (PSM), dan Andjiek Ali Nurdin (Persebaya).
ADVERTISEMENT
Dalam buku Persib Undercover: Kisah-kisah yang Terlupakan gubahan Aqwam Fiazmi Hanifan dan Novan Herfiyana (2014), disebutkan bahwa ke-10 pemain tersebut dihukum karena "telah mengadakan pertaruhan-pertaruhan ketika ada pertandingan-pertandingan Malmoe (Swedia), Muangthai, Yugo (Yugoslavia) Selection, dan Tjeko Combined dalam melawan PSSI di Jakarta".
Akibat dari tindakan mereka ini, berdasarkan putusan KOGOR yang keluar pada 22 Februari 1962, ditambah surat keputusan PSSI nomor 1261/53/62, mereka dilarang melakukan kegiatan olahraga. Lebih ekstrim lagi, KOGOR dalam putusan lanjutannya menyebut bahwa mereka dilarang beraktivitas di sepak bola nasional seumur hidup. Mereka juga dikeluarkan dari pelatnas Timnas Indonesia untuk Asian Games 1962.
Para pedagang jersi Timnas Indonesia di Stadion Gelora Delta Sidoarjo (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para pedagang jersi Timnas Indonesia di Stadion Gelora Delta Sidoarjo (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
Setelah kehilangan para pemain andalan, memang pada akhirnya Indonesia mengadakan General Rehearsal Asian Games IV/1962 untuk mencari pengganti ke-10 pemain tersebut. Namun, pemain yang hadir tidak bisa menggantikan kualitas para pemain andalan tersebut, juga tak mampu menghilangkan tangis Toni Pogacnik selaku pelatih Timnas Indonesia saat itu.
ADVERTISEMENT
Tangis Pogacnik (mungkin) makin menjadi kala melihat Timnas Indonesia berlaga di ajang Asian Games cabor sepak bola. Berada satu grup dengan Vietnam Selatan, Malaysia, dan Filipina di Grup A, Indonesia gagal lolos ke babak semifinal usai kalah saing dengan Malaysia dan Vietnam Selatan. Tidak hanya itu, mekanisme kegagalan Indonesia ke babak semifinal juga cukup unik.
Jika menilik selisih gol yang tercipta, walau Indonesia, Vietnam Selatan, dan Filipina meraih poin sama, Malaysia dan Vietnam Selatan lebih unggul soal selisih gol atas Indonesia. Namun, berdasarkan dua berita yang ditulis oleh Majalah Aneka, saat Asian Games 1962 dan setelah Asian Games 1962 (Merdeka Games 1962), dijelaskan bahwa Indonesia ternyata tidak lolos hanya karena undian.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah hasil dari pertandingan dan klasemen Grup A Asian Games 2018, disertai dengan kutipan majalah ketika itu di dalamnya:
Indonesia vs Vietnam Selatan 1-0
Malaya (Malaysia) vs Filipina 15-1
Indonesia vs Filipina 6-0
Indonesia vs Malaya 2-3
Vietnam Selatan vs Malaya 3-0
Vietnam Selatan vs Filipina 6-0
Malaya 3 2 0 1 18-6 4
Vietnam Selatan 3 2 0 1 9-1 4
Indonesia 3 2 0 1 9-3 4
ADVERTISEMENT
Filipina 3 0 0 3 1-27 0
"…Indonesia, Malaya dan Vietnam Selatan telah saling kedjar-mengedjar untuk keluar dalam babak semifinal. Vietnam Selatan jang semula telah ‘tersandung’ pada Indonesia achirnja telah berhasil lebih dahulu ‘mengamankan’ dirinja di atas Malaya dan Indonesia. Dan kertas2 undian achirnja berkuasa menentukan ‘nasib’ Indonesia jang tidak lebih beruntung daripada Malaya, regu jang menundukkannja pula dalam babak penjisihan, dan memiliki angka2 kemenangan dan goal average jang bersamaan…”.
Ini adalah kutipan pertama berita Asian Games dari Majalah Olahraga dan Film 'Aneka' edisi No. 25 Tahun Ke-XIII, 1 September 1962.
ADVERTISEMENT
Suporter Timnas Indonesia di Malaysia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Timnas Indonesia di Malaysia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
“…Indonesia adalah pemegang gelar djuara ‘Merdeka Games’ tahun jl., dan kini mesti mempertahankan gengsinja itu. Kemudian apabila djago2 kita bertolak ke Kualalumpur, mereka menghadapi pula suatu kesempatan untuk menebus ‘kesialannja’ dan membuktikan bahwa nasib kesebelasan Indonesia dalam AG IV jbl. Sesungguhnja hanja didjatuhkan oleh suatu undian…”. Ini adalah kutipan kedua berita seusai Asian Games 1962, yakni dalam ajang turnamen Merdeka Games 1962 dari Majalah Olahraga dan Film 'Aneka' edisi No. 26 Tahun Ke-XIII, 8 September 1962.
Pada intinya, sejarah sudah mencatat bahwa skuat yang diasuh oleh Toni Pogacnik di ajang Asian Games 1962 gagal menorehkan prestasi. Salah dua faktornya, adalah karena undian dan terjerat oleh Skandal Senayan.
ADVERTISEMENT
***
Setelah kejadian Asian Games 1962 tersebut, Timnas Indonesia tetap berlaga di beberapa ajang internasional semacam Piala Merdeka ataupun kualifikasi Piala Dunia. Ke-10 pemain yang kena hukuman ini juga pada akhirnya mendapat pengampunan dari KOGOR dan PSSI sehingga masih bisa beraktivitas di dunia sepak bola nasional.
Tapi, dari kejadian Asian Games 1962 tersebut, setidaknya terpatri sebuah kisah, bahwa seorang Toni Pogacnik sampai menangis di kantor polis hanya karena melihat anak asuhnya meringkuk di tahanan. Semoga hal yang sama tidak kembali terjadi.