Atlanta United Gandeng Frank de Boer sebagai Pelatih

24 Desember 2018 6:33 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Frank De Boer (Foto: CHRIS J RATCLIFFE / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Frank De Boer (Foto: CHRIS J RATCLIFFE / AFP)
ADVERTISEMENT
Langkah besar diambil Atlanta United. Setelah menjadi juara Major League Soccer (MLS) 2018, mereka resmi menggandeng Frank de Boer sebagai nakhoda anyar, menggantikan Gerardo "Tata" Martino yang memutuskan untuk tidak memperpanjang masa baktinya.
ADVERTISEMENT
Kesamaan visi, demikian alasan De Boer menerima pinangan Atlanta. Lebih tepatnya, pelatih berusia 48 tahun itu merasa cocok dengan strategi jangka panjang yang dipaparkan oleh klub berjluk The Five Stripes itu.
"Klub ini memiliki ambisi yang luar biasa, sebagaimana ditetapkan dalam strategi jangka panjang untuk menjadi yang terbaik, itu jelas sesuai dengan ambisi pribadi saya," kata De Boer sebagaiman dilansir situs resmi klub.
Keberhasilan Atlanta jadi fenomena tersendiri bagi publik Amerika Serikat (AS). Cuma dua tahun waktu yang mereka butuhkan untuk merengkuh titel MLS perdananya. Ya, klub yang berdiri pada 2014 silam itu baru ikut serta dalam dua edisi terakhir MLS sebelum keluar sebagai juara. Sampai di sini cukup terlihat bagaimana kesuksesan Atlanta dalam membangun sebuah kerajaan kuat hanya dalam waktu singkat.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin membangun pondasi dan melanjutkan kesuksesan tim agar tetap konsisten di papan atas MLS."
Keseriusan Atlanta sudah tertuang saat mereka menggaet Tata sebagai arsitek tim 2016 lalu. Pelatih kelahiran Rosario itu jelas bukan orang sembarangan karena pernah memberikan sepasang gelar kepada Barcelona dan dua kali membawa Tim Nasional Argentina menjadi runner-up Copa America.
Tata berhasil memunculkan nama-nama macam Josef Martinez, Miguel Almiron, Ezequiel Barco, dan Hector Villalba sebagai pilar penting kesuksesan Atlanta. Bahkan, Martinez sukses menjadi topskorer MLS berkat torehan 31 golnya, 9 gol lebih banyak dari Zlatan Ibrahimovic di peringkat kedua.
"Selain dari ambisi klub, nilai-nilai budaya, dan filosofi untuk seluruh organisasi adalah bagian penting dalam mewujudkan titik kesuksesan itu."
ADVERTISEMENT
Josef Martinez (kiri) dan Hector Villalba. (Foto: USA Today/Reuters/Brett Davis)
zoom-in-whitePerbesar
Josef Martinez (kiri) dan Hector Villalba. (Foto: USA Today/Reuters/Brett Davis)
Terlepas dari integritas yang dipunyai Atlanta, perlu diketahui bila catatan kepelatihan De Boer sebenarnya tidak spesial-spesial amat. Oke, keberhasilan menuntun Ajax Amsterdam menggondol titel Eredivisie empat musim beruntun memang sensasional. Akan tetapi, tuah De Boer tak lagi manjur dalam perantauannya ke Serie A dan Premier League.
Karier kepelatihannya bersama Inter Milan cuma seumur jagung, setelah hanya mencatatkan rasio kemenangan sebesar 35,7%. Kiprahnya di Crystal Palace lebih buruk lagi, karena cuma bertahan 10 minggu. The Eagles memutuskan untuk mengakhiri kerja samanya dengan De Boer seiring kegagalannya mendulang kemenangan dalam 6 pertandingan.