Bakayoko: Dari Buangan Chelsea, Menjadi Petarung Milan

15 Februari 2019 18:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gelandang AC Milan, Tiemoue Bakayoko. Foto: Miguel MEDINA / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Gelandang AC Milan, Tiemoue Bakayoko. Foto: Miguel MEDINA / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tiemoue Bakayoko memang bukan mesin gol. Barangkali ia tidak akan menjadi seperti Krzysztof Piatek yang belakangan diganjar puja-puji akibat torehan gol yang mengantarkan AC Milan pada kemenangan.
ADVERTISEMENT
Tapi, Bakayoko memang tidak datang ke Milan untuk mencetak gol. Ia hijrah dari Chelsea sebagai pemain pinjaman untuk menjadi petarung tangguh di lini tengah, untuk menjadi jembatan kokoh yang menghubungkan lini pertahanan dan serang.
Dalam formasi 4-3-3 racikan teranyar Gennaro Gattuso, Bakayoko berperan sebagai gelandang tengah, mengambil posisi di antara Lucas Paqueta dan Franck Kessie. Sistem sepak bola modern yang menuntut serangan dibangun sejak lini belakang dipahami dengan piawai oleh Bakayoko.
Maka tak heran, hampir di setiap laga Bakayoko tak cuma membangun koneksi dengan keempat bek Milan, tapi juga dengan penjaga gawang. Ialah yang akan mengomandoi dua gelandang tengah dan dua pemain sayap Milan untuk membentuk garis pertahanan yang mengawal tembok pertahanan yang dibangun oleh keempat bek.
ADVERTISEMENT
Bakayoko berlaga bersama Chelsea. Foto: Reuters/John Sibley
Kontribusinya untuk bangunan pertahanan Milan di Serie A dibuktikan dengan rataan 2,2 tekel sukses, 1,8 intersep, dan 1,4 sapuan per laga. Catatan dalam 18 laga Serie A 2018/19 ini terlihat lebih menjanjikan dengan torehannya di Chelsea musim lalu. Dalam 29 laga Premier League, ia membukukan rataan 2,2 tekel sukses, 1,3 intersep, dan 1,2 sapuan.
Sementara, kontribusinya dalam menggalang serangan untuk Milan ditunjukkan lewat rataan 4,9 umpan, 0,7 umpan kunci, 1,9 dribel, dan 0,6 upaya tembakan di setiap laga pentas Serie A.
"Kamu akan merasa bahwa ini bukan cuma ada di sebuah klub, tapi klub juara yang lemarinya penuh dengan trofi. Minggu-minggu pertama saya memang tidak berjalan dengan baik," jelas Bakayoko, dilansir Football Italia.
ADVERTISEMENT
"Tapi, semua orang di sini menyambut saya dengan baik hingga akhirnya ini menjadi kondisi yang baik bagi saya untuk mengekspresikan diri lewat permainan," kata pemain asal Prancis ini.
Perubahan semacam ini tidak datang dengan sendirinya. Dan Bakayoko percaya, kepelatihan Gattuso-lah yang membentuknya menjadi petarung di lini tengah Milan.
"Saya mengenal karakter pelatih kami. Gattuso adalah pria dan manajer yang berkarakter seperti kesatria. Ia ingin mentransfer semangat itu kepada saya, hal yang tidak saya miliki sebelumya," jelas Bakayoko.
"Semangat bertarung ini saya dapat darinya. Sekarang ia juga menjadi figur ayah buat saya. Hubungan kami sempurna. Kami bicara tentang segala hal. Memiliki hubungan yang demikian dengan manajer tim adalah hal luar biasa bagi saya," ucap Bakayoko.
ADVERTISEMENT
Bakayoko berduel dengan Koulibaly. Foto: AFP/Alberto Pizzoli
Menjadi petarung di lapangan hijau bukan perkara ganjil jika menilik catatan Milan sebagai klub sepak bola. Nama besarnya dijagat sepak bola dibangun oleh permainan tangguh para penggawanya.
Gattuso yang kini menjadi pelatih Milan itu bahkan bergelar 'Si Badak' saat masih berstatus sebagai pemain. Penyebabnya tentu permainan ngotot dan tak kenal menyerah yang membikinnya menjadi salah satu sosok paling menakutkan yang pernah ada di Milan.
Tak cuma Gattuso, legenda hidup mereka, Paolo Maldini, pun demikian. Bahkan sosok yang kini duduk di kursi direksi Milan ini dikenal sebagai salah satu bek tertangguh yang pernah ada.
Uniknya, Maldini bukan tipe bek yang acap bermain kasar. Ia membuktikan bahwa gelar bek papan atas dapat diraih dengan cara yang elegan.
ADVERTISEMENT
Maka, beruntunglah Bakayoko karena sosok macam ini yang menemuinya pertama kali ketika tiba di San Siro, tepatnya pada 14 Agustus 2018.
"Saya tiba di Milan dan bertemu dengan Paolo Maldini, seorang legenda. Rasanya spesial untuk ada di dekatnya. Saya seperti star-struck, terpaku begitu saja dengan keberadaannya. Berjalan di kantor klub, melihat jejeran trofi... Mengetahui dan hidup di antara pencapaian seperti adalah dua hal yang sangat berbeda," jelas Bakayoko.
Perjalanan Bakayoko di Milan memang baru sekejap. Tak ada yang tahu pasti apakah ia akan menjadi pahlawan selamanya atau malah menjadi pesakitan.
Namun, ranah sepak bola memang tak mengenal keniscayaan. Maka tetap menjadi petarung adalah respons terbaik bagi siapa pun yang berhadapan dengan rentetan ketidakpastian.
ADVERTISEMENT