Banjir Kritik, Liverpool Batal Gunakan Bantuan Pemerintah
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tak cuma dari para suporter, tetapi juga sejumlah legenda mereka sendiri, seperti Stan Collymore dan Jamie Carragher. Mereka menilai hal itu mestinya diberikan untuk pegawai bisnis kecil.
Menyusul kritikan tersebut, Liverpool mengajukan permohonan maaf sekaligus membatalkan keputusan mereka. Hal itu mereka sampaikan melalui pernyataan resmi CEO klub, Peter Moore, pada Selasa (7/4/2020).
"Kami yakin bahwa telah mengambil kesimpulan yang salah pekan lalu karena berencana menerapkan skema 'the Coronavirus Job Retention' dan merumahkan staf karena ditundanya kompetisi," ujar Moore.
Skema 'the Coronavirus Job Retention' memungkinkan karyawan mendapat 80 persen gaji dari pemerintah dan sisanya dibayar oleh klub. Dari situ para karyawan tetap mendapat 100 persen gaji.
Sebelum diurungkan, kebijakan tersebut tadinya akan Liverpool terapkan untuk seluruh karyawan non-tim (non-playing staff) mereka setidaknya selama dua bulan ke depan.
ADVERTISEMENT
"Kami benar-benar minta maaf untuk itu. Niat kami adalah memastikan para karyawan mendapat perlindungan terbaik dari redundansi dan hilangnya pendapatan selama periode ini."
"Oleh karena itu, kami akan mencari cara alternatif di tengah tak adanya pertandingan sepak bola ini, yang artinya kami tidak akan menerapkan skema bantuan pemerintah," kata Moore.
Tak dijelaskan langkah konkret yang akan diambil. Di sisi lain, Moore menyebut bahwa kini pendapatan klub menurun. Tak adanya pertandingan akibat pandemi corona jadi faktor utama.
"Kami akan mengeksplorasi semua jalan untuk membatasi kekacauan yang tak terhindarkan. Kami berterima kasih kepada orang-orang hebat di klub, di semua level."
"Mereka telah berkomitmen untuk membantu kami melakukan semuanya, terlepas dari kompleksitas dan ketidakpastian yang terjadi di dunia saat ini," tutur Moore.
ADVERTISEMENT
Kondisi finansial klub-klub Premier League memang terancam karena kompetisi ditunda akibat COVID-19. Di Inggris, penularan virus ini terbilang tinggi dengan mencapai 51,608 kasus positif.