Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Berharap Menonton Sepak Bola Indonesia yang Lebih Berkualitas
15 Februari 2017 19:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT

Di sebuah kedai kopi di kawasan Jakarta Selatan, Antony Sutton sedang duduk di salah satu kursi. Memakai jaket hitam kesayangannya, kacamata hitam, dan topi berlogo Arsenal. Pria Inggris itu sedang sibuk menandatangani bukunya yang berjudul 'Sepakbola: The Indonesian Way of Life'.
ADVERTISEMENT
Ya, tepat hari ini, Rabu (15/2/2017), Sutton melakukan peluncuran bukunya di kedai kopi tersebut. Pada waktu yang sama pula, ia harus menandatangani buku-bukunya demi para penggemar yang telah memesan sejak jauh hari.
kumparan sempat menemuinya bulan lalu. Kala itu, pria yang sudah berkeliling nusantara menyaksikan pertandingan sepak bola itu bercerita banyak hal soal pengalamannya.

Sore tadi, pria dengan nama pena Jakarta Casual itu menandatangani buku-bukunya dengan khusyuk, sebagaimana ia biasanya menonton sepak bola. Buku ini sendiri memang merupakan bagian dari perjalanannya menyaksikan sepak bola Indonesia sejak 2006.
"Ada sejarah, ada budaya, ada passion. Itu yang ada di sepak bola Indonesia dan ada di buku saya," begitu ujar sang pria Inggris perihal buku pertamanya itu.
ADVERTISEMENT
Setelah acara peluncuran buku usai, kumparan menemui Antony dan berbincang pelbagai hal. Pertama, ia bercerita tentang pengalamannya menonton ajang Piala Presiden 2017 di Sleman, Yogyakarta.
Penyuka Arsenal itu mengaku terkagum-kagum dengan dukungan atmosfer pertandingan di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Bahkan dia berani menyebutkan jika dua laga fase Grup A yang ia saksikan itu berkelas dunia.
"Seperti yang sudah saya katakan. Anda bisa menonton Liverpool melawan Manchester United. Tim fantastis, Super Sunday. Tapi ternyata? Membosankan. Di Sleman, saya menonton dua pertandingan yang luar biasa," ujar Sutton.
"PSS melawan Mitra Kukar, awalnya 3-0, tapi kemudian menjadi 3-3. Siapa juga yang menyangka Persegres Gresik bisa mengalahkan Persipura? Tidak ada. Saya beruntung bisa menyaksikannya," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Ayah satu anak itu pun tak segan kembali melontarkan pujian. Menurutnya, kultur, penonton, dan atmosfer sepak bola Indonesia memang luar biasa dan tak ada tandingannya. Karenanya, laga pra-musim saja bisa sedemikian ramainya.
"Tengok saja bagaimana Piala Presiden, itu hanya ajang pra-musim, tak lebih dari pertandingan persahabatan. Tapi saya selalu menemukan passion, suporter dengan dukungan luar biasa, dan stadion yang penuh. Saya tidak akan menemukannya di tempat lain," tutur Sutton.
Pria tinggi besar ini kemudian berharap, jika di kompetisi sesungguhnya yakni Liga 1, pertandingan-pertandingan yang tersaji bisa semakin berkualitas. Terlebih, kompetisi juga semakin baik dan berbobot, karena menurutnya saat ini tim-tim peserta sudah semakin kompetitif.
"Mungkin nanti pada ajang Liga 1 saya bisa menonton sepak bola yang lebih baik lagi, lebih luar biasa lagi. Saya ingin menonton lebih banyak pertandingan, itu pasti akan menyenangkan."
ADVERTISEMENT
"Indonesia perlu perlahan-lahan membangun kompetisi. Sekarang sudah banyak tim-tim bagus seperti Madura United, Pusamania Borneo FC, yang bisa mematahkan dominasi tim-tim tradisional. Saya yakin musim baru akan lebih baik daripada musim sebelumnya," ucapnya.

Terakhir, ia berharap, PSSI --selaku federasi sepak bola Tanah Air-- mampu bekerja sebaik mungkin untuk mewujudkan hal tersebut. Selain kompetisi yang menghibur, ia juga ingin melihat Tim Nasional Indonesia menjadi lebih baik.
Sutton sendiri memendam optimisme dengan program kerja yang dicanangkan kepengurusan PSSI baru di bawah kepemimpinan Edy Rahmayadi. Namun, menurutnya, yang terpenting adalah menjalankan hal tersebut secara konsisten dan dengan perkembangan yang jelas.
"Saya rasa mungkin mereka telah melakukan hal yang lebih baik. Mereka berbicara tentang pembinaan usia muda, pembangunan infrastruktur. Yang dibutuhkan sepak bola Indonesia saat ini adalah kontinuitas dan stabilitas dari PSSI," tandas Sutton.
ADVERTISEMENT