Buffon Tolak Nomor Punggung 1 dan Ban Kapten Juventus
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Nomor punggung 1 dan jabatan kapten Juventus memang identik dengan Buffon. Maklum saja, kiper legendaris Italia itu sudah memakai nomor 1 Juventus sejak awal kedatangannya dari Parma pada 2001 silam.
Sebelas tahun setelah kedatangannya, Buffon resmi menjadi kapten Juventus, menggantikan Alessandro Del Piero yang hengkang. Sejak menjadi kapten, Buffon selalu sukses menjuarai Serie A, sebelum akhirnya angkat kaki ke Paris Saint-Germain di awal 2018/2019.
Buffon mewariskan seragam nomor 1 ke kiper asal Polandia, Wojciech Szczesny, dan ban kapten kepada pengawalnya di lini belakang, Giorgio Chiellini. Setelah diresmikan kembali, Buffon menyebut bahwa Szczesny dan Chiellini menawarkan untuk mengembalikan dua hal itu kepadanya.
Namun, Buffon menegaskan bahwa ia tak berminat untuk memiliki kembali seragam nomor 1 dan ban kapten. Pria berusia 41 tahun itu sadar bahwa perannya bagi Juventus kini tak lagi sama dengan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Saya ingin berterima kasih kepada Szczesny dan Chiellini yang telah menawarkan jersi nomor punggung 1 dan ban kapten. Namun, saya kembali bukan untuk mengambil sesuatu dari orang lain atau mendapatkan apa yang saya sudah dapatkan,” kata Buffon dikutip dari Football Italia.
“Sudah seharusnya sang kiper utama, Szczesny, mengenakan nomor 1 di punggungnya. Sementara, Chiellini adalah kapten yang luar biasa. Saat ini, saya hanya ingin membantu tim. Saya harus memastikan diri saya siap ketika diminta bermain,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
“Saya telah memikirkan nomor punggung saya. Nomor 77 merepresentasikan sejarah saya. Saya menggunakan nomor ini di Parma. Selain itu, nomor ini juga memberikan saya keberuntungan. Saya sangat menyukai nomor ini. Saya berterima kasih kepada Juventus yang telah memberikan kesempatan ini.”
Tentu saja, banyak orang yang menduga bahwa alasan utama Buffon kembali ke Juventus adalah Liga Champions. Berkaca pada skuat mereka saat ini, ‘Si Nyonya Tua’ memang bisa disebut sebagai kandidat utama juara Liga Champions 2019/20. Kebetulan, trofi kompetisi antarklub terbaik di Eropa itulah yang belum pernah direngkuh Buffon sepanjang kariernya.
Meskipun begitu, sang kiper menyatakan bahwa ia tak hanya memikirkan Liga Champions saja. Menurutnya, memikirkan Liga Champions saja justru malah memberikan efek buruk.
ADVERTISEMENT
“Anda tak dapat memulai musim hanya dengan pikiran memenangi Liga Champions. Itu merupakan fondasi dari kegagalan. Memang, trofi Liga Champions sangat prestisius. Namun, laga finalnya saja baru berlangsung di akhir Mei, bahkan terkadang di awal Juni. Sebelum itu, ada 10 bulan yang sangat penting bagi kami,” pungkas Buffon.