Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Mengontrol bola dengan sempurna, lalu melakukan tiga sentuhan sebelum melepaskan tendangan mendatar di sela-sela kaki Marin Pongracic. Cican Stankovic yang mati langkah pun tak mampu berbuat apa-apa selain melihat bola melaju ke gawang yang dijaganya. Chelsea pun unggul 1-0 atas Red Bull Salzburg di menit 19 laga yang dihelat di Red Bull Arena, Kamis (1/8/2019).
ADVERTISEMENT
Bukan, bukan Eden Hazard pemain yang dimaksud, melainkan Christian Pulisic . Kecepatan, dribel, insting, dan finshing yang dipaparkannya di sana sungguh mirip dengan tulang punggung The Blues yang sudah hengkang ke Real Madrid tersebut.
Kontribusi Pulisic tak berhenti sampai di sana. Dua menit berselang, manuvernya dari sisi kiri memaksa Rasmus Kristensen melanggarnya di kotak terlarang. Angka Chelsea di papan skor bertambah setelah Ross Barkley sukses mengonversi tendangan penalti.
Aksinya kembali berlanjut di menit 28. Skemanya sama dengan gol pertama. Usai menerima umpan lambung, Pulisic kemudian melakukan solo run yang diakhiri dengan sontekan ke tiang dekat.
Lesakan Pulisic itu spesial karena jadi yang perdana selama berseragam Chelsea. Betul, ia urung mencetak angka sejak melakoni debut melawan Kawasaki Frontale dua pekan silam.
ADVERTISEMENT
Setidaknya, ini cukup memberikan jawaban atas pertanyaan besar: Mampukah Pulisic menggantikan Hazard?
Well, terlalu dini untuk menjustifikasi Pulisic. Apalagi Hazard bukan sembarang pemain di Chelsea. Ia sukses mengukir rata-rata 14 gol dan 8 assist dalam tiga edisi terakhir Premier League.
Sementara, Pulisic cuma mengemas rata-rata 3,6 gol dan 5 assist bersama Borussia Dortmund dalam tiga edisi Bundesliga terakhir. Musim pemungkasnya bersama Die Borussen juga tak spesial karena hanya mampu mengemas masing-masing empat gol dan assist.
Namun, angka-angka itu tak lantas bisa mempresentasikan rendahnya kualitas Pulisic. Penyebabnya, Lucien Favre di musim lalu memang memangkas menit bermain winger asal Amerika Serikat tersebut di tim asuhannya.
Hanya 924 menit waktu bermain yang dicicipi Pulisic. Turun drastis ketimbang durasi tampil di periode sebelumnya yang mencapai 2.313 menit.
ADVERTISEMENT
Dalam perspektif lain, minimnya jam terbang itu justru makin menegaskan efektivitas Pulisic. Masing-masing 4 gol dan assist dalam 924 menit berarti, ia hanya membutuhkan 115,5 menit untuk memproduksi setidaknya satu gol atau assist. Angka tersebut jauh lebih baik dari torehan winger Chelsea macam Pedro Rodriguez (178) serta Willian (234).
Secara garis besar, skema permainan Chelsea saat ini berubah. Di bawah arahan Maurizio Sarri, Jorginho dan kawan-kawan lebih mengedepankan umpan-umpan pendek untuk membangun serangan.
Lain hal dengan Frank Lampard yang cenderung memainkan sistem direct alias memainkan bola-bola langsung, seperti yang diterapkannya saat membesut Derby County.
Merujuk data Whoscored, Derby mencatatkan rata-rata 72 longball per laga di Divisi Championship musim lalu. Sebagai perbandingan, torehan itu merupakan yang tertinggi kedua di antara tim-tim yang finis di pos enam besar: Norwich City, Sheffield United, Leeds United, West Bromwich Albion, dan Aston Villa.
ADVERTISEMENT
Kejelian Lampard dalam memaksimalkan sistem direct juga tertuang dalam keberhasilan memaksimalkan skema serangan balik. 'The Rams' bahkan jadi kontestan Divisi Championship yang paling kerap mengonversi serangan balik sebanyak lima kali.
Sementara dari segi formasi, Lampard lebih kerap memakai formasi dasar 4-2-3-1. Pulisic di sisi kiri serta Pedro Rodriguez/Kenedy di sisi sebaliknya. Untuk sektor gelandang serang, pemain kreatif macam Ross Barkley atau Mason Mount jadi opsinya.
Menariknya, Lampard menurunkan penyerang yang berbeda-beda dalam tiga laga sebelumnya. Michy Batshuayi sebagai starter saat bersua Kawasaki, lalu Tammy Abraham, dan Olivier Giroud jadi pilihan kala berhadapan dengan Barcelona.
Postur menjulang Giroud bisa menjadi keuntungan tersendiri dalam skema longball Chelsea--sebagai pemantul. Sementara, Batshuayi dan Abraham bisa dimaksimalkan untuk mencairkan lini serang.
ADVERTISEMENT
Oke, Abraham mungkin sedikit berada di belakang kedua seniornya. Di sisi lain, pemain yang sukes mengantar Timnas U-21 Inggris juara Turnamen Toulon tahun lalu itu berpotensi mencuri perhatian.
Selain mampu bermain sebagai penyerang tengah, Abraham juga fasih ngepos di sayap kanan dan kiri. Kiprahnya musim lalu saat dipinjamkan ke Aston Villa juga ciamik, 22 gol. Jumlah itu terbanyak kedua setelah Teemu Pukki selaku topskorer Divisi Championship.
Lah, apa hubungan dengan Pulisic?
Begini. Moncernya performa Pulisic di laga versus Salzburg itu juga tak bisa dilepaskan dari keberadaan Abraham. Fluiditas pemain yang sempat dipinjamkan ke Swansea City itu memberikan ruang bagi Pulisic untuk bergerak lebih ofensif.
ADVERTISEMENT
Buktinya, ya, sepasang golnya ke gawang Salzburg. Skema long-ball dan pemosisian Abraham jadi kunci untuk membiaskan penjagaan lini depan Chelsea.
Singkatnya, memang bukan urusan mudah bagi Pulisic untuk mengisi kekosongan Hazard. Namun, ia tak sendirian. Masih ada Lampard yang merakit formula yang nyatanya mampu mengakomodir spesialiasi Pulisic.
Lagi pula, Hazard juga tak segan mengaku potensi Pulisic sebagai bintang yang bakal berpendar bersama Chelsea.
“Di masa depan, saya yakin Pulisic bisa menjadi salah satu penyerang terbaik di dunia. Dia bisa menjadi bintang dan sekarang berada di salah satu klub terbaik di dunia pula," kata Hazard dilansir Association Press.
Live Update