Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
ADVERTISEMENT

Situs Wikipedia menyebutnya sebagai penggemar sepak bola paling terkenal di dunia. Sid Lowe, dalam kolomnya di The Guardian, menyebutnya orang yang kehilangan segalanya untuk sepak bola. Namanya Manolo. Manolo Caceres Artesero. Dan kini, dia sudah berusia 68 tahun.
ADVERTISEMENT
Manolo selalu ada di tribun ketika Tim Nasional Spanyol berlaga. Bersenjatakan drum, pria ini tak pernah kenal lelah menyuarakan dukungan lewat tabuhan-tabuhannya. Karena drumnya itu, dia pun kemudian diberi julukan Manolo el del Bombo. Manolo Si Bas Drum.
Saking loyalnya, Manolo sampai diberi perlakuan khusus oleh Federasi Sepak Bola Kerajaan Spanyol (RFEF). Oleh mereka, Manolo dibayar untuk melakukan perjalanan bersama para pemain. Dengan baret merah, seragam bernomor punggung "12", dan drum yang dinamainya "El Bombo del Espana", Manolo pun selalu mudah ditemukan di tengah kerumunan.
"Karier" sebagai suporter fanatik itu sudah dia mulai sejak muda. Jika Timnas Spanyol bermain di kandang, dia pasti berusaha untuk menonton langsung. Kemudian, ketika dia sudah mulai mapan secara finansial pada usia 31 tahun, pertandingan timnas di luar negeri pun mulai ditandanginya.
ADVERTISEMENT
Namun, baru ketika Spanyol menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun 1982 Manolo mulai benar-benar konsisten. Sejak itu, hingga Piala Dunia 2014 silam, hanya sekali dia absen menonton pertandingan Timnas Spanyol, yakni pada Piala Dunia 2010 ketika Spanyol mengalahkan Paraguay 1-0. Pneumonia jadi alasan ketidakhadiran Manolo saat itu.
Kesetiaan Manolo itu akhirnya membuatnya menjadi simbol La Furia Roja, julukan Tim Nasional Spanyol. Pria yang lahir di Huesca ini tidak hanya dikenal, tetapi juga diakui. Di bar miliknya yang juga berfungsi sebagai museum sepak bola, ada sebuah potret dirinya berpose bersama Raja dan Ratu Spanyol. Ketenaran Manolo ini juga membuatnya kerap diajak berfoto oleh para suporter lain dan dimintai tanda tangan. Perlakuan yang diterimanya ini mirip dengan perlakuan yang biasa diterima para pemain pujaannya.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Manolo menjadi suporter paling beken di dunia tentu bukan tanpa aral melintang. "Saya dulu sering menumpang untuk pergi ke stadion. Tahun 1982, saya menempuh perjalanan 16 ribu kilometer. Waktu itu saya tidak punya uang dan penolakan di sana-sini sudah biasa saya terima," kenang Manolo.
Dulu, ketika Spanyol lebih kerap mengecewakan publik sepak bolanya, stadion sering sepi. Kurang lebih 30 tahun yang lalu, kata Manolo, tak jarang hanya ada 20-an orang yang menonton pertandingan. "Saya pun menabuh drum hanya untuk para pemain saja," sambung pria yang juga pendukung Valencia ini.
Tak hanya soal itu, loyalitas Manolo pun harus dibayarnya dengan perceraian. Suatu hari, sepulangnya dari menonton pertandingan, istri dan anaknya sudah tidak ada di rumah.
ADVERTISEMENT
Namun Manolo bergeming. Dia percaya bahwa tempatnya adalah bersama Timnas Spanyol. Pada Piala Dunia 2010 lalu, misalnya, Pangeran Felipe dari Asturias yang merupakan Putra Mahkota Kerajaan Spanyol, menyapanya dari tribun kehormatan. Di kerumunan, seorang pangeran pun bisa mengenali dan sudi menyapanya. Hal seperti itulah yang membuat Manolo tidak begitu memusingkan perceraian tersebut.
Namun, perlakuan spesial yang diterima Manolo, khususnya dari RFEF, ternyata tak membuat semua orang senang. Di tiap turnamen, semua biaya hidup Manolo kecuali makanan dan oleh-oleh ditanggung oleh RFEF. Karena itu, banyak orang merasa iri dan memanggilnya dengan sebutan "pesetero". Jika di-Indonesia-kan, "pesetero" berarti "tukang porot".
Manolo sendiri kemudian membela diri dan menyebut bahwa uang yang dia keluarkan pun tidak kecil. Selain itu, lanjutnya, dia bisa saja mengkapitalisasi drum ikoniknya tersebut. Akan tetapi, hal itu tak pernah dia lakukan. "El bombo no se mancha," katanya kepada Sid Lowe. Drum itu tidak untuk dijual. Tidak untuk dilacurkan.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, sembilan Piala Dunia dan delapan Piala Eropa telah disambanginya bersama La Furia Roja. Setelah Spanyol menjuarai Piala Dunia 2010 lalu, Manolo mengaku bahwa "dia sekarang bisa mati dengan tenang". Tak berlebihan memang jika menilik loyalitas yang telah diberikannya selama puluhan tahun.
Sayang, perjalanan Manolo bersama Timnas Spanyol terhenti tahun lalu. Meski RFEF telah menyiapkan segalanya, Manolo urung datang ke Prancis. Di usianya yang ketika itu sudah menginjak 67 tahun, kondisi fisik Manolo memang sudah tidak sebugar dulu. Dia pun kemudian memutuskan absen dari perhelatan yang akhirnya dijuarai oleh Portugal tersebut
Akan tetapi, dua gelar Piala Eropa dan satu trofi Piala Dunia rasanya sudah cukup untuk mengakhiri perjalanan Manolo el del Bombo bersama tim kesayangannya itu.
ADVERTISEMENT