Dari Samara, Rusia Mendobrak Angkasa

30 Juni 2018 15:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mural Yuri Gagarin di Samara. (Foto: Reuters/Michael Dalder)
zoom-in-whitePerbesar
Mural Yuri Gagarin di Samara. (Foto: Reuters/Michael Dalder)
ADVERTISEMENT
Dulu, Samara tidak begini. Di kota itu, harapan besar dibiakkan oleh rezim komunis Uni Soviet dengan penuh paranoia. Orang asing dilarang menginjakkan kaki di Samara karena di sana tersimpan sejuta rahasia yang hanya boleh disaksikan mata-mata terpilih. Di sana, program luar angkasa Uni Soviet dipusatkan.
ADVERTISEMENT
Ketika Yuri Alekseyevich Gagarin menjadi manusia pertama yang sampai ke luar angkasa, dunia tercengang. Pasalnya, sebelum Gagarin, Uni Soviet sudah lebih dulu mengirim anjing bernama Laika ke luar bumi dan misi itu berakhir dengan kematian. Namun, hanya dalam waktu empat tahun setelah kematian Laika, Gagarin berhasil mencapai luar angkasa dan pulang dengan selamat.
Gagarin pun menjadi seorang selebritas. Namanya jadi begitu harum dan bahkan, ketika wafat pada 1968, mantan penerbang Angkatan Udara Soviet itu dimakamkan di Kremlin Wall Necropolis bersama kamerad-kamerad besar macam Vladimir Lenin dan Josef Stalin.
Dalam misinya itu, Gagarin ditempatkan dalam sebuah kapsul yang diberi nama Vostok. Kapsul itu merupakan buah keringat dari para pekerja di pabrik milik TsSKB-Progress yang terletak di Samara. Inilah salah satu prestasi yang masih begitu dibanggakan para penduduk kota sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Namun, prestasi itu memang tidak datang tanpa pengorbanan. Selain peluh yang diteteskan, orang-orang Samara juga harus rela melihat kota mereka jadi kota yang tertutup. Bahkan, keberadaan orang asing di Samara sekarang pun masih dilihat sebagai sesuatu yang luar biasa.
Menurut versi resminya, Samara didirikan pada 1586. Awalnya, kota ini merupakan sebuah benteng yang dibangun di tepian Sungai Volga berdasarkan perintah dari Tsar Feodor I yang Diberkati. Pembangunan benteng itu dimaksudkan untuk mengawasi rute perdagangan yang memang marak di Sungai Volga tadi.
Setelahnya, Samara terus berkembang. Setelah awalnya hanya dihuni oleh para serdadu, seratus tahun setelah didirikan, ia menjadi sebuah kota dan diberi nama seperti namanya saat ini. Selain berdagang, orang-orang Samara juga mencari nafkah sebagai petani gandum sampai akhirnya, pada abad ke-19 kota ini menjadi tempat penghasil gandum terbesar keempat di Rusia.
ADVERTISEMENT
Sejarah awal Samara memang terhitung tidak terlalu eksepsional. Tak seperti Kazan yang kenyang pertumpahan darah, kota ini relatif aman dari peperangan. Namun, pada awal abad ke-20, bencana kelaparan akibat gagal panen sempat menghampiri. Bencana ini merupakan bencana berskala nasional yang menimpa kota-kota di tepi Sungai Volga dan Sungai Ural. Samara menjadi salah satu kota yang paling parah terkena dampaknya.
Namun, setelah itu Samara berhasil bangkit. Kota ini pun akhirnya menjadi salah satu kota spesial bagi Uni Soviet pada Perang Dunia II. Pada 1935, nama kota ini diubah menjadi Kuybyshev, sebagai penghormatan kepada salah satu pentolan Bolshevik, Valerian Kuybyshev.
Selama Perang Dunia II, Kuybyshev dijadikan ibu kota cadangan seandainya Moskow berhasil ditaklukkan. Sejumlah instansi pemerintah dan misi diplomatik dipindahkan ke sana. Selain itu, sebuah bunker tempat berlindung pun dibangun meskipun akhirnya tak pernah digunakan. Bunker ini diberi nama Bunker Stalin dan saat ini telah menjadi sebuah museum.
ADVERTISEMENT
Dalam prosesnya menjadi ibu kota cadangan itu, Samara kedatangan banyak orang dari Donbass, Moskow, serta negara-negara Baltik. Populasi di sana pun melonjak di mana sebagian besar pendatang tersebut dipekerjakan untuk memproduksi pesawat terbang. Nantinya, bertambah pesatnya jumlah penghuni kota ini akhirnya menjadi modal berharga untuk menyulap Samara jadi pusat industri kedirgantaraan (aerospace).
Museum Luar Angkasa Samara (Foto: Reuters/David Gray)
zoom-in-whitePerbesar
Museum Luar Angkasa Samara (Foto: Reuters/David Gray)
Industri di Samara pun akhirnya berkembang pesat. Pabrik Progress yang menghasilkan kapsul Gagarin tadi bukan satu-satunya pabrik industri kedirgantaraan yang ada di sana. Dari indsutri hulu sampai hilir, dari pabrik kabel sampai pabrik roket, semuanya dipusatkan di sana.
Kendati begitu, industri kedirgantaraan bukanlah satu-satunya industri yang maju di Samara. Kota ini juga dikenal sebagai penghasil bir, vodka, dan cokelat yang masyhur di Rusia. Penyulingan bir Zhiguli -- diambil dari nama pegunungan yang mengelilingi Samara -- adalah salah satu yang membuat nama kota ini terdengar sampai seantero negeri.
ADVERTISEMENT
Ketika akhirnya Uni Soviet runtuh pada 1991, industri di sana memang berhasil bertahan. Akan tetapi, itu tetap tidak mampu menarik orang-orang untuk berkunjung ke sana. Rasa penasaran yang dulu tidak mampu tersalurkan itu berubah menjadi ketidaktertarikan. Yah, setidaknya sampai Piala Dunia 2018 digelar dan Samara ditunjuk menjadi salah satu kota tuan rumah.
***
Sepak bola sama sekali bukan olahraga asing di Samara. Sejak 1941, mereka sudah memiliki sebuah klub sepak bola bernama Kriylya Sovetov. Klub ini didirikan oleh para tentara Uni Soviet yang sebelumnya jadi tawanan Nazi Jerman di Rusia bagian barat. Di antara tentara-tentara itu, terdapat sejumlah pesepak bola yang akhirnya jadi pelopor aktivitas olahraga sebelas lawan sebelas ini di Samara.
ADVERTISEMENT
Secara harfiah, Kriylya Sovetov berarti 'Sayap-sayap Soviet' dan melihat perkembangan kota Samara sebagai pusat industri kedirgantaraan, rasanya tak ada nama yang lebih pas untuk mereka. Keberadaan Kriylya ini merupakan puncak dari segala aktivitas persepakbolaan Samara yang digerakkan oleh para pekerja di pabrik-pabrik kedirgantaraan tadi.
Dalam laporan eksklusifnya untuk BBC, Patrick Jennings menuliskan bahwa dulu setidaknya ada dua stadion di Samara yang digunakan sebagai kandang bagi klub milik pabrik-pabrik tadi. Dua stadion yang dimaksud adalah Stadion Orbita dan Stadion Voskhod. Keduanya kini sudah tinggal puing-puing karena menurut laporan Jennings, sejak Uni Soviet runtuh, aktivitas persepakbolaan yang dimotori pabrik-pabrik tadi praktis berhenti.
Penampakan Cosmos Arena. (Foto: AFP/Manan Vatsyayana)
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan Cosmos Arena. (Foto: AFP/Manan Vatsyayana)
Dengan demikian, hanya Kriylya-lah yang kini jadi wakil Samara di percaturan sepak bola Rusia. Namun, klub satu ini juga sebetulnya tidak punya prestasi yang cukup bagus. Di masa Uni Soviet dulu, mereka lebih banyak berkutat di First League (setara Divisi Dua, di bawah Top League). Kemudian, di era modern ini mereka juga lebih kerap berlaga di First Division (juga setara Divisi Dua, di bawah Premier League).
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, musim depan Kriylya akan kembali ke Premier League. Tak cuma itu, mereka juga sudah dipastikan akan mendapat stadion baru bernama Cosmos Arena yang kini jadi salah satu venue Piala Dunia 2018.
Cosmos Arena itu merupakan sebuah proyek ambisius dari pemerintah Rusia untuk menyegarkan kembali persepakbolaan Samara. Untuk membangun stadion tersebut, dibutuhkan dana sebesar 320 juta euro dan sejatinya, pemerintah tidak berhenti sampai di situ. Untuk mendukung penyelenggaraan Piala Dunia, secara total mereka menggelontorkan dana hingga lebih dari 12 miliar euro dalam bentuk infrastruktur.
Di antara stadion-stadion lain di Rusia, Cosmos Arena boleh jadi merupakan yang paling menarik perhatian. Pasalnya, stadion ini dibangun dengan desain menyerupai piring terbang, Seakan-akan, pemerintah Rusia ingin mengatakan bahwa sepak bola telah mendarat di Samara dari luar angkasa. Bagi Kriylya Sovetov, Cosmos Arena itu merupakan sebuah modal berharga untuk mengarungi kompetisi level teratas Rusia.
ADVERTISEMENT
Di Piala Dunia kali ini, Cosmos Arena telah menggelar empat pertandinga fase grup. Setelahnya, arena berkapasitas 44.970 penonton ini juga akan menghelat laga 16 besar antara Brasil dan Meksiko serta satu pertandingan perempat final.
Kini, sepak bola dan Samara sedang kembali berbulan madu. Sampai kapan ini berlangsung, tak ada yang tahu. Akan tetapi, kalau ada yang tahu caranya bagaimana mendobrak batas langit, itu adalah orang-orang Samara. Lewat kembalinya Sayap-sayap Soviet yang sempat tenggelam, Samara siap kembali mengangkasa.