David Ginola: Sayap Flamboyan Kesayangan Tottenham

10 Februari 2018 16:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ginola kala membela Spurs. (Foto: Toby Melville/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ginola kala membela Spurs. (Foto: Toby Melville/AFP)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada dua hal yang dikenal dari David Ginola semasa ia menjadi pemain: rambut yang gondrong dan gayanya yang flamboyan.
ADVERTISEMENT
Ginola punya aura, kata mantan rekan-rekannya. Begitu ia masuk ke dalam ruangan, semua mata akan tertuju padanya. Citra flamboyan dan elegan itu, sedikit atau banyak, memang membuat Ginola tidak bisa tidak dipedulikan.
Di luar lapangan, ia bisa melenggak-lenggok dengan fasih di atas catwalk. Ya, selain menjadi pemain bola, Ginola juga pernah mencicipi dunia model. Well, dengan tampang seganteng itu dan tingkah se-flamboyan itu, masa iya, sih, ia tidak cocok jadi model?
“Tujuh tahun yang indah di Premier League, terutama ketika bermain untuk Newcastle United dan Tottenham Hotspur,” ucap Ginola.
Ya, Ginola identik dengan dua kesebelasan di Premier League: Newcastle dan Spurs. Namun, kariernya di Spurs lebih lama, tiga musim. Oleh karena itu, ia cukup melekat dengan klub yang berbasis di London Utara tersebut.
ADVERTISEMENT
Selepas Spurs, Ginola masih sempat bermain untuk Aston Villa dan Everton. Namun, ia tidak menetap lama, masing-masing hanya satu setengah dan setengah musim saja. Setelahnya, ia menutup karier sepak bolanya pada Mei 2002.
Kini, Ginola tak lagi meliuk-liuk lincah di lapangan sepak bola. Rambut gondrongnya sudah ia pangkas, berganti dengan rambut pendek keperakan. Namun, nuansa flamboyan itu masih ada.
Seketika ia berbicara, ia memilih kata demi kata dengan hati-hati. Hanya saja, tidak ada kesan kaku. Malah, yang tersirat adalah kesan santai dan kepercayaan diri yang tidak ditahan-tahan. Sesekali, ia menyunggingkan senyum.
“Aku David Ginola, dan ini adalah kisahku,” ucapnya dalam tayangan ‘Premier League Legends’ di channel SuperSoccer TV di kumparan.
ADVERTISEMENT
Cerita kemudian bermula dari kejadian di laga Prancis vs Bulgaria, Paris, 17 November 1993. Kala itu, Prancis hanya membutuhkan hasil imbang untuk bisa lolos ke Piala Dunia 1994. Ketika pertandingan akan berakhir, skor menunjukkan angka 1-1. Semestinya, ini cukup aman untuk kedua tim.
Namun, muncul satu kejadian yang membuat Ginola jadi musuh bersama. Dari sisi sayap kanan, ia melepaskan umpan silang yang dimaksudkannya untuk Eric Cantona. Sial, bola tidak pernah sampai kepada Cantona, melainkan jatuh di kaki pemain Bulgaria.
Dari situ, Bulgaria melakukan serangan balik dan mencetak gol. Prancis kalah 1-2 dan tersingkir. Sebaliknya, Bulgaria lolos ke Piala Dunia. Semua ramai-ramai menyalahkan Ginola.
Ginola di tahun 2014. (Foto: Kenzo Tribouillard/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ginola di tahun 2014. (Foto: Kenzo Tribouillard/AFP)
“Mengapa ia tidak tahan saja bola itu?” kata komentator pertandingan.
ADVERTISEMENT
Karier sepak bola Ginola memang tidak lurus-lurus saja. Sebagai sosok yang flamboyan, ia juga kerap mengalihkan fokus ke luar lapangan. Selain jadi model, ia juga berakting. Selain berakting, ia juga berbisnis anggur. Oleh karenanya, sepak bola —sesungguhnya— hanya segelintir cerita dalam hidup Ginola.
Kendati begitu, ia mampu menorehkan 100 penampilan di Premier League dalam tiga musim bersama Spurs. Tiap musimnya, ia selalu tampil di atas 40 pertandingan di semua ajang. Ini menunjukkan bahwa Ginola adalah pemain penting buat The Lilywhites.
“Dengan kemampuannya bersepak bola, dia adalah rekan mainku yang terbaik,” ucap Les Ferdinand, mantan rekannya di Newcastle dan Spurs.
Karena nanti malam, Sabtu (10/2/2018) pukul 19.30 WIB, Spurs akan bertanding melawan Arsenal, tidak ada salahnya menyaksikan tayangan tentang Ginola di ‘Premier League Legends’ dengan meng-klik channel SuperSoccer TV di tautan berikut (https://kumparan.com/kumparanbola/super-soccer/ligainggris).
ADVERTISEMENT