Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
De Rossi: Dari Cecunguk, Kini Jadi Pahlawan
11 April 2018 13:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
"Ini jelas merupakan salah satu hari paling bahagia dalam karier saya di Roma."
ADVERTISEMENT
Demikian komentar Daniele De Rossi seperti yang dilansir Mediaset Premium. Sebelum ia melontarkan ucapan tersebut, AS Roma berhasil melakukan comeback fantastis dengan menjungkalkan Barcelona 3-0 di leg II perempat final Liga Champions, Rabu (11/4/2018) dini hari WIB.
Stadion Olimpico jadi saksi betapa tipisnya batasan antara seorang pesakitan menjadi pahlawan.
Berkat De Rossi, Roma berhasil mencetak gol cepat melalui Edin Dzeko. Umpan lambungnya yang sukses dikonversi oleh eks penyerang Manchester City itu membuat Roma unggul 1-0 di menit keenam. Lebih dari itu, De Rossi juga jadi pemantik semangat rekan-rekan setimnya saat sukses menggandakan keunggulan 'Serigala Ibukota' via titik putih. Hingga Kostas Manolas mencetak gol penentu usai menyambar bola kiriman Cengiz Uender dari sepak pojok.
ADVERTISEMENT
Enam hari lalu, semuanya berbeda 180 derajat. De Rossi dan Manolas adalah dua nama yang paling layak disalahkan atas kekalahan 1-4 dari Barcelona di leg pertama. Mereka bak penjahat kelas teri (cecunguk) yang melakukan kebodohan dan bikin usaha timnya sendiri sia-sia. Pada laga tersebut, keduanya sama-sama mencetak gol --tapi ke gawang tim sendiri.
Bayangkan saja rasanya, saat rekan-rekan setimnya berjibaku meredam serangan Barcelona, eh, De Rossi justru membuat gol bunuh diri di menit 38. Berniat ingin menyapu bola sebelum sampai ke kaki Lionel Messi, ia justru mengarahkan bola ke arah gawang Roma. Manolas juga sama apesnya, bola seontekan Samuel Umtiti yang membentur mistar gawang tiba-tiba mengarah kepadanya. Alisson Becker yang sudah mati langkah pun tak kuasa mencegahnya.
ADVERTISEMENT
"Saya hampir 34 tahun, saya ingin menjaga keseimbangan saya. Saya menyadari gol bunuh diri saya yang diperbincangkan orang-orang, tetapi saya lebih suka bermain dengan keberanian dan menempatkan diri di sana dengan risiko mendapatkan gol bunuh diri daripada hanya bermain aman," kata De Rossi.
Usianya yang tak muda lagi memaksa De Rossi lebih menggunakan otak ketimbang kekuatan fisik. Bukan dengan mengejar lawan secara sporadis, tapi dengan menunggu momentum yang tepat. Tidak melalui tekel yang rutin, akan tetapi mengandalkan visi untuk melakukan intersep.
Itulah mengapa De Rossi menjadi yang paling intens mencatatkan intersep bagi Roma di ajang Serie A dengan rata-rata 1,9 per laga. Selain itu, keunggulan jebolan akademi Roma juga terletak pada kejelian dalam melepaskan umpan. Tengok saja kecerdikannya dalam menyodorkan umpan kepada Dzeko yang kemudian berbuah gol.
ADVERTISEMENT
“Sekarang kami harus mengambil langkah lain, kami tidak berpikir babak semifinal adalah langkah maksimal kami (di ajang Liga Champions)," ucap De Rossi.
De Rossi layak untuk jemawa. Mereka menjadi tim pertama yang menaklukkan Barcelona dengan margin tiga gol di musim ini. Sebuah modal yang kuat untuk berbicara banyak di babak selanjutnya.
Meski begitu, misi mereka tak akan berjalan mudah. Masih ada Real Madrid dan Bayern Muenchen yang berkesempatan besar mengisi dua slot tersisa di semifinal. Belum lagi dengan Liverpool yang sukses menyingkirkan kandidat terkuat lainnya, Manchester City.