Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Bayern Muenchen terlibat dalam sebuah pertandingan gila dengan klub Divisi Dua Bundesliga, FC Heidenheim 1846. Berlaga di Allianz Arena, Kamis (4/4/2019) dini hari WIB, Bayern harus susah payah menundukkan Heidenheim dengan kedudukan 5-4.
ADVERTISEMENT
Tidak lama setelah meraih kemenangan itu, bek Bayern, Mats Hummels, mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di akun Twitter pribadinya: "Wow, yang tadi itu benar-benar gila."
Berkat kemenangan itu, Bayern akhirnya memang lolos ke semifinal DFB Pokal. Namun, seperti kata Hummels, mereka melaluinya dengan modal peluh dan keringat. Untuk mengetahui maksud Hummels, mari kita bedah saja bagaimana pertandingan Bayern vs Heidenheim berlangsung.
Ada selisih 22 peringkat antara Bayern, yang kini duduk di posisi kedua Bundesliga, dengan Heidenheim, yang berada di urutan keenam 2.Bundesliga. Namun, sebagaimana layaknya turnamen domestik, keajaiban kerap terjadi. The magic of the cup, kata mereka.
The magic of the cup adalah kejadian lazim di mana tim-tim yang lebih kecil (atau lebih rendah divisinya) menyingkirkan tim-tim yang lebih besar. Dari sini, muncul istilah lain: Giant killing (pembunuhan para raksasa), layaknya Daud yang menjatuhkan Goliath.
ADVERTISEMENT
Heidenheim nyaris memegang peran Daud pada pertandingan ini. Bayern, yang tampil dengan sejumlah pemain pelapis di starting XI mereka, tertinggal 1-2 di babak pertama. Gol dari Leon Goretzka pada menit ke-12 dibalas oleh Robert Glatzel (26') dan Marc Schnatterer (39').
Sebelum dua gol Heidenheim itu tercipta, Bayern terpaksa bermain dengan 10 orang sejak menit ke-15 setelah Niklas Suele mendapatkan kartu merah. Suele diusir wasit setelah menjatuhkan Robert Andrich yang merangsek masuk ke kotak penalti.
Kartu merah itu memang tidak langsung diberikan oleh wasit, mengingat ia berkonsultasi dulu via VAR. Namun, begitu keputusan itu keluar, di situ jugalah petaka buat Bayern hadir.
Dalam keadaan tertinggal, Pelatih Bayern, Niko Kovac, memasukkan Robert Lewandowski dan Kingsley Coman dan menarik keluar James Rodriguez dan Rafinha. Hasilnya tokcer, pada menit ke-53, Lewandowski memberi assist kepada Thomas Mueller untuk menyamakan kedudukan menjadi 2-2.
ADVERTISEMENT
Tiga menit berselang, giliran Lewandowski yang mencetak gol. Kali ini, Mueller yang jadi pemberi assist-nya --ia mengirimkan umpan tarik ke kotak penalti, sebelum akhirnya diselesaikan oleh Lewandowski. 3-2.
Bayern kemudian unggul 4-2 ketika Serge Gnabry dinyatakan onside via VAR dan semuanya tampak bakal berjalan mudah untuk Bayern. Namun, benarkah begitu? Well, tidak juga. Ingat, meski unggul dua gol, Bayern kalah jumlah.
Pada menit ke-74, Andrich mengirimkan umpan kepada Glatzel untuk mengubah kedudukan menjadi 4-3. Lantas, pada menit ke-76, Glatzel mencetak hattrick lewat penalti panenka-nya. Skor berubah menjadi 4-4.
Para pendukung dan pemain Bayern deg-degan. Dalam kedudukan sama kuat itu, Heidenheim justru makin berani menyerang. Malah, mereka sempat mendapatkan peluang pada menit ke-81 kalau saja tendangan Denis Thomalla tidak ditepis oleh kiper Sven Ulreich.
ADVERTISEMENT
Beruntung buat Bayern, mereka masih berteman dengan nasib baik. Pada menit ke-84 Bayern mendapatkan penalti setelah pemain Heidenheim, Marnon-Thomas Busch, melakukan handball. Kesempatan ini tidak disia-siakan Lewandowski si super-sub. Penaltinya gagal dibendung kiper lawan dan Bayern unggul 5-4.
Berkat gol itu, Bayern lolos ke babak empat besar, menyusul Hamburger SV dan RB Leipzig yang sudah lolos lebih dulu. Sementara itu, tiket terakhir didapatkan Werder Bremen setelah menang 2-0 atas Schalke 04 pada laga yang berlangsung di Gelsenkirchen, Kamis (4/4) dini hari WIB.