Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Di Atas Lapangan Bola, Masih Ada Harapan untuk Yerry Mina
31 Juli 2018 3:52 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada 13 Januari 2018, Mina datang ke Barcelona dengan menenteng status sebagai harapan baru lini pertahanan klub. Mina diboyong dari klub Serie A Brasil, Palmeiras, dengan mahar 11,8 juta euro.
Bersama Palmeiras, Mina dianugerahi gelar Bek Terbaik 2016 di Brasil dan masuk dalam Tim Impian Liga Brasil tahun itu. Setahun setelahnya, ia masih tetap mendapatkan penghargaan Bek Terbaik dan masuk dalam Tim Terbaik Copa Libertadores.
Di musim terakhirnya bersama Palmeiras, Mina berhasil membukukan 3,4 duel udara sukses di tiap laganya. Kemudian, berdasarkan laporan WhoScored, ia telah mencatatkan 1,6 tekel, 1,8 intersep, dan 5,1 sapuan per laga.
Keunggulan lainnya, karakter bek modern yang melekat padanya. Kala bola ada di kakinya, ia tampak begitu percaya diri. Di tahun terakhirnya bersama Palmeiras, ia mencatatkan 0,3 dribel serta 0,3 umpan kunci per pertandingan.
ADVERTISEMENT
Segala rekam jejak mengesankan itu pada kenyataannya tak berlaku begitu saja ketika ia sudah menjadi bagian dari Camp Nou. Alih-alih menjadi pemain bintang, Mina malah tersisih. Ia hanya bermain selama 377 menit untuk Barcelona di sepanjang musim 2017/2018.
Namun, Piala Dunia 2018 datang menyelamatkannya. Walau minim jam terbang bersama Barcelona, Mina tetap dipanggil oleh pelatih Timnas Kolombia, Jose Pekerman, untuk berlaga di Rusia. Di kompetisi itu, Mina tampil sebagai salah satu pemain kunci. Walau tak bermain melawan Jepang di pertandingan pertama, Mina berhasil mencetak tiga gol di pesta sepak bola empat tahunan itu.
“Saya memikirkan banyak hal, tepatnya, banyak hal buruk. Saya pikir karier saya sudah tamat. Saya merasa begitu buruk di sepanjang musim. (Philippe) Coutinho dan Paulinho mencoba untuk menguatkan saya setiap saat. Mereka selalu berkata kepada saya bahwa semuanya akan baik-baik saja."
ADVERTISEMENT
“Saya memahami situasinya. Ada pemain-pemain spektakuler di posisi saya, tapi saya hanya menginginkan kesempatan untuk memberikan kesan yang baik. Namun, kesempatan seperti itu pun tidak datang kepada saya," jelas Mina, dilansir Marca.
“Minimnya jam bermain yang saya dapatkan membuat saya sangat terpuruk. Saya merasa segala sesuatunya salah dan terus memburuk. Saya merasa tidak ada yang dapat saya lakukan dengan benar, termasuk saat mengumpan di sesi latihan.”
Sebagai orang baru di kompetisi La Liga , Mina dinilai masih perlu beradaptasi. Proses ini memang mutlak, tapi di satu sisi, justru menghalangi langkah Mina merebut satu tempat di tim utama. Terlebih, Barcelona juga merupakan tim yang memiliki persaingan di posisi bek tengah. Di sektor tersebut sudah ada Gerard Pique, Samuel Umtiti, dan Thomas Vermaelen.
ADVERTISEMENT
Biasanya, sang pelatih, Ernesto Valverde, lebih suka untuk menugaskan Pique dan Umtiti sebagai duet bek tengah. Seandainya salah satu dari mereka tak bisa tampil, Vermaelen masih menjadi pilihan paling logis untuk mengisi kekosongan pos itu.
Di balik segala nama besarnya, ada semacam tekanan bagi Mina (dan pemain muda lainnya) untuk membuktikan diri bahwa mereka pun bisa bersaing di klub papan atas seperti Barcelona. Barangkali, harapan yang lebur dengan tekanan macam itulah yang membuat situasi ini terasa begitu berat bagi Mina. Yang ada di depan matanya adalah jurang pemisah yang begitu lebar antara kenyataan dan harapan.
Tapi, serupa pemain lainnya, Mina pun punya kesempatan untuk memperbaiki segala hal menyebalkan yang memberatkan langkahnya sebagai pesepak bola profesional. Pilihannya ada beberapa, mulai dari menetap di Barcelona, hingga pindah ke klub lain.
ADVERTISEMENT
“Saat saya pertama kali datang ke sini, saya mulai bertaruh dengan Lionel Messi dan Luis Suarez. Tujuannya sederhana, hanya untuk menciptakan atmosfer yang menyenangkan, menghangatkan suasana," tutur Mina.
“Taruhannya, siapa yang bisa melakukan tendangan bebas terbaik di setiap sesi latihan. Hasilnya, setiap hari saya kehilangan 50 euro. Hal-hal ini memang membuat saya tertawa, tapi ada satu kebenaran yang saya ketahui tentang keduanya. Rasanya, mereka itu seperti monster yang dapat mengarahkan bola ke mana saja mereka mau. Mereka sama ajaibnya dengan para pesulap."
“Menyoal masa depan saya, hingga kini saya belum dapat menentukan apa pun, tapi saya masih merasa tenang. Usia saya masih 23 tahun, saya masih punya banyak kesempatan untuk bertanding lebih sering dan memiliki pengalaman sepak bola yang saya mimpikan,” pungkas Mina.
ADVERTISEMENT