Di Balik Anomali Seorang Sami Khedira

9 Februari 2018 18:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Khedira merayakan gol bersama Bernardeschi. (Foto: Reuters/Alberto Lingria)
zoom-in-whitePerbesar
Khedira merayakan gol bersama Bernardeschi. (Foto: Reuters/Alberto Lingria)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemain yang berposisi sebagai gelandang tengah adalah pemain yang sama sekali jarang tersorot. Beda dengan penyerang atau para pemain sayap, mereka bersembunyi di jantung lapangan, jauh dari sorot kamera dan mata penonton di stadion. Namun, Sami Khedira sedikit berbeda.
ADVERTISEMENT
Sudah banyak cerita di dunia sepak bola tentang gelandang tengah yang, meski memiliki peran besar dalam sebuah tim, tidak pernah menonjol dan dikenal. Gelandang-gelandang macam Claude Makelele, Sergio Busquets, serta N'Golo Kante hanya dikenal oleh beberapa orang yang memang benar-benar memerhatikan sepak bola, karena minimnya gol yang mereka cetak dalam satu musim.
Maka, jika ada sosok gelandang tengah yang mencetak cukup banyak gol di sebuah tim, hal tersebut menjadi anomali tersendiri. Kemungkinan ini bisa terjadi, jika sang gelandang tengah melakukan hal-hal unik, seperti menjalankan peran box-to-box, atau memiliki spesialisasi tertentu, seperti jago tendangan bebas, punya kemampuan tembakan jarak jauh apik, atau punya kemampuan sundulan ciamik.
Anomali itu sekarang terjadi di dalam diri Sami Khedira, salah seorang gelandang tengah yang membela Juventus. Sebagai seorang gelandang tengah, dia menjadi pencetak gol terbanyak ketiga bagi Juventus di Serie A musim ini dengan torehan enam gol.
ADVERTISEMENT
Ini tentu menjadi sebuah catatan positif tersendiri, sekaligus menimbulkan sebuah pertanyaan: mengapa Khedira dapat melakukan hal tersebut?
***
Cukup banyak penjabaran yang bisa diberikan menyoal peran-peran yang dijalani oleh seorang gelandang tengah. Holding midfielder, box-to-box midfielder, atau breaker adalah segelintir dari peran-peran yang biasa dijalani oleh seorang gelandang tengah.
Perihal pemilihan peran yang dijalani oleh seorang gelandang tengah, semua bergantung kepada kemampuan individu dari pemain tersebut. Jika memiliki stamina yang apik, maka dia bisa berperan sebagai gelandang box-to-box. Jika memiliki aksi bertahan yang cukup baik, maka sang gelandang dapat berperan sebagai breaker atau holding midfielder.
Intinya, pemilihan peran ini tidak dilakukan secara asal oleh seorang pelatih. Selain dari segi individu pemain, peran yang dipilihkan pelatih bagi seorang pemain juga dilakukan berdasarkan skema dan taktik yang diramu oleh sang pelatih itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Di sini, mari bicara soal Juventus. Bianconeri banyak memiliki gelandang-gelandang berkualitas. Tidak hanya Sami Khedira, ada juga nama-nama lain semacam Blaise Matuidi, Miralem Pjanic, Claudio Marchisio, serta Stefano Sturaro. Semuanya memiliki karakteristik dan ciri khas masing-masing. Di antara para gelandang tersebut, Khedira menonjol karena sukses menorehkan enam gol di Serie A 2017/2018.
Lalu mari kita menilik, sebenarnya sebagus apa, sih, kemampuan Khedira ini? Jika bicara soal individu, sebenarnya tidak ada yang terlalu mencolok dari pemain asal Jerman tersebut.
Dari segi aksi menyerang. rata-rata umpan kunci (umpan yang jadi peluang) dan tembakan ke gawang per laganya tidak sebanyak Miralem Pjanic. Khedira hanya menorehkan rata-rata umpan kunci sebanyak 0,9 kali per laga dan rataan tembakan ke gawang sebanyak 1,4 kali per laga.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dari segi aksi bertahan, Khedira pun terhitung tidak terlalu apik jika dibandingkan dengan pemain lain. Rata-rata tekel dan intersep per laganya masih kalah jika dibandingkan dengan Medhi Benatia. Khedira hanya menorehkan rata-rata tekel per laga sebanyak 0,4 kali dan rataan intersep per laga sebanyak 0,9 kali.
Secara angka-angka, yang menonjol dari Khedira di antara pemain lain dalam ajang Serie A musim 2017/18 memang hanya gol saja. Namun, secara peran, ada satu sebab yang membikin dia mampu mencetak banyak gol ke gawang lawan di ajang Serie A ini. Dia berperang sebagai gelandang box-to-box.
Jika mengacu kepada hipotesis ini, maka menjadi jelas mengapa Khedira tidak terlalu menonjol dari segi menyerang dan bertahan. Dengan menjalani peran sebagai gelandang box-to-box, dia kerap berada di kotak penalti ketika timnya sedang menyerang, dan membantu pertahanan ketika tim sedang diserang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, yang membuat Khedira acap bisa mencetak gol adalah soal pemosisian dirinya yang tepat. Saat membantu tim, baik itu dalam bertahan dan menyerang, dia kerap berada di posisi yang tepat. Dia bisa menjadi penerus umpan, eksekutor peluang dari lini kedua, atau pemain yang memanfaatkan situasi set-piece.
Mandzukic (kiri) dan Khedira merayakan gol. (Foto: ADRIAN DENNIS / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Mandzukic (kiri) dan Khedira merayakan gol. (Foto: ADRIAN DENNIS / AFP)
Dengan peran yang dia jalani ini ini, rata-rata persentase umpan ke depannya cukup tinggi, yakni 56,1%. Catatan rata-rata tembakan ke gawang per laganya yang mencapai angka 1,4 kali itu juga bukan catatan yang buruk-buruk amat, karena dia menjadi pemain keenam tertinggi soal rataan tembakan ke gawang per laga.
Jika mengacu kepada catatan di atas, tak heran Khedira cukup aktif dalam mencetak gol.
ADVERTISEMENT
***
Di Juventus, catatan milik Khedira yang menonjol bisa jadi hanya soal gol semata. Dari segi lain, dia mungkin masih kalah dari pemain-pemain Juventus yang lain, apalagi soal aksi bertahan dan aksi menyerang.
Namun, torehan enam gol ini setidaknya menunjukkan kontribusi gelandang berusia 30 tahun tersebut di Juventus. Saat tim kesulitan mencetak gol, bisa jadi dia akan muncul dan menjadi sosok yang memecah kebuntuan Juventus dari lini kedua. Peran box-to-box yang dia jalani memungkinkannya untuk melakukan hal tersebut.
Peran yang membuat Khedira menjadi salah satu andalan dalam skuat Juventus saat ini.