Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Di Bawah Guyuran Hujan, Prancis Mengangkat Trofi Piala Dunia
16 Juli 2018 3:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Dengan berat hati, Moskow mengucap selamat berpisah dengan Piala Dunia 2018 yang membuat namanya begitu masyhur di seluruh penjuru dunia. Ketika Tim Nasional (Timnas) Prancis dikalungi medali dan mengangkat trofi Piala Dunia, Moskow menangis sesenggukan.
ADVERTISEMENT
Hujan turun dengan derasnya di Moskow. Padahal, prakiraan cuaca tak menyebut air bakal turun dari langit. Langit kota itu diperkirakan bakal berawan dan baru pekan depan diperkirakan hujan akan terus mengguyur. Namun, rupanya langit Moskow sudah tidak sabar untuk menumpahkan segala isinya.
Perayaan tidak berhenti, tentu saja. Para pemain Prancis yang baru saja mempersembahkan trofi Piala Dunia kedua untuk negaranya memanfaatkan genangan air di rumput Stadion Luzhniki untuk bermain layaknya bocah. Presnel Kimpembe, 23 tahun, terlihat begitu gembira dengan meluncur di atas rumput licin.
Kimpembe tidak sendiri. Thomas Lemar pun merayakan keberhasilan Prancis dengan cara serupa. Stadion Luzhniki mereka ubah menjadi arena bermain.

Namun, tidak semuanya melakukan apa yang diperbuat Kimpembe dan Lemar. Para pemain Prancis lainnya memutuskan untuk bersikap laiknya, well, orang dewasa. Kendati demikian, tetap menyenangkan rasanya melihat confetti berwarna emas menempel di tubuh mereka yang basah. Minggu, 15 Juli 2018, Prancis bukan hanya sekadar Les Bleus, melainkan Les Bleus et Ors. Biru dan emas.
ADVERTISEMENT
Para pemain Prancis bukan satu-satunya yang harus berbasah-basahan di lapangan. Presiden mereka, Emmanuel Macron, pun kuyup. Ketika memberi selamat kepada Paul Labile Pogba dkk., tubuh Macron sama basahnya dengan tubuh para pemain Timnas.

Tak cuma Macron, Kolinda Grabar-Kitarovic juga harus rela bermandi hujan. Presiden Kroasia itu memeluki para pemain serta pelatih Timnasnya tanpa lindungan payung. Para pemain Kroasia itu pun tetap melakukan selebrasi meskipun kalah. Biar bagaimana juga, bagi mereka, masuk final Piala Dunia adalah capaian fenomenal.
Maka dari itu, meski hujan tak jua reda, senyum Grabar-Kitarovic dan Macron tetap mengembang. Pada akhirnya, memberi selamat kepada para pemain yang berlaga di lapangan memang lebih penting dari sekadar mencak-mencak lantaran terkena air.
ADVERTISEMENT
Nah, menariknya, pada prosesi penyerahan piala itu, ada satu sosok yang tubuhnya tidak sebasah orang-orang lain. Dia adalah Vladimir Putin.
Ya, presiden Rusia itu menjadi satu-satunya orang yang dilindungi payung. Melihat dua koleganya basah kuyup, Putin seperti tidak peduli. Bahkan, presiden FIFA, Gianni Infantino, yang berdiri di sebelahnya saja tidak dia beri tawaran untuk berlindung di bawah payung. Yah, namanya juga tuan rumah.

Adapun, hujan di Luzhniki kali ini mau tak mau membawa memori kita semua melayang ke sepuluh tahun silam. Ketika itu, Manchester United berhasil menjadi juara Liga Champions usai mengalahkan Chelsea lewat adu penalti. Hujan, ketika itu, menjadi sahabat bagi United karena ia membuat John Terry terpeleset saat mengeksekusi penalti.
ADVERTISEMENT
Ya, barangkali beginilah Moskow ketika ia dipercaya untuk menghelat laga final dari sebuah pergelaran akbar. Barangkali, beginilah cara kota ini untuk melepas orang-orang yang telah membuatnya jadi lebih berwarna. Barangkali, ini adalah sebuah pertanda bahwa suatu hari nanti, Piala Dunia perlu kembali ke sana.