Diiringi Aplaus Meriah, Robin van Persie Tinggalkan Sepak Bola

13 Mei 2019 15:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Robin van Persie di Stadion De Vijverberg. Foto: Dean Mouhtaropoulos / Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Robin van Persie di Stadion De Vijverberg. Foto: Dean Mouhtaropoulos / Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Datang sebagai bocah, pergi sebagai pria. Robin van Persie memang tidak bisa menyelamatkan Feyenoord dari kekalahan dalam pertandingan melawan ADO Den Haag di Stadion De Kuip, Minggu (12/5/2019) malam WIB. Akan tetapi, atas segala yang sudah diberikannya untuk sepak bola, Van Persie tetap dilepas dengan aplaus meriah dan tempik sorak.
ADVERTISEMENT
Jalan Van Persie sebagai pesepak bola profesional resmi berakhir pada pertandingan tersebut. Feyenoord memang kalah 0-2 akibat gol-gol Erik Falkenburg dan Sheraldo Becker. Namun, laga itu sudah tak lagi menentukan nasib Feyenoord di Eredivisie. Mereka sudah dipastikan bakal finis di posisi ketiga dan laga itu pun benar-benar digunakan sebagai ajang perpisahan bagi Van Persie.
Laga sudah memasuki injury time ketika Van Persie ditarik keluar oleh pelatih Giovani van Bronckhorst. Pemain 35 tahun itu tidak langsung keluar. Dengan wajah letih yang memancarkan berjuta emosi sekaligus, Van Persie berusaha untuk meneguhkan hatinya. Dia memberi salam kepada puluhan ribu manusia di 'bak mandi' kesayangan penduduk Rotterdam tersebut.
Ketika akhirnya selesai berpamitan dengan para suporter, Van Persie sudah disambut oleh guard of honor yang diciptakan oleh gabungan pemain Feyenoord dan ADO. Van Persie memang tidak cuma pensiun sebagai legenda Feyenoord, tetapi juga salah satu pesepak bola terbaik yang pernah dilahirkan oleh Negeri Belanda.
ADVERTISEMENT
Van Persie lahir dan besar di Rotterdam. Tak seperti pesepak bola dari Rotterdam pada umumnya, dia berasal dari keluarga terdidik. Kedua orang tuanya adalah seniman. Ibunya seorang desainer perhiasan, ayahnya seorang pematung. Setelah orang tuanya bercerai, Van Persie sempat menjadi anak bandel di sekolah sebelum menemukan penyaluran lain di sepak bola.
Di sepak bolalah Van Persie akhirnya bertahan. Awalnya, dia bergabung dengan akademi Excelsior Rotterdam tetapi pada 1999, ketika berusia 15 tahun, dia bergabung dengan akademi milik Feyenoord. Dua tahun lamanya Van Persie berguru di Varkenoord—akademi Feyenoord—sebelum dipromosikan ke tim utama pada usia 17 tahun.
Van Persie pergi dari Feyenoord pada 2004 di usia yang belum genap 20 tahun. Adalah Arsenal yang kala itu jadi destinasinya. Dengan biaya transfer 2,75 juta poundsterling, Arsenal mengikat Van Persie selama empat musim.
ADVERTISEMENT
Sebagai pemain kidal, Van Persie awalnya lebih kerap dimainkan di sayap kiri, khususnya ketika lini depan Arsenal masih dihuni oleh Dennis Bergkamp, Thierry Henry, serta Emanuel Adebayor. Akan tetapi, seiring dengan kepergian Bergkamp yang gantung sepatu dan Adebayor yang dibeli Manchester City, Van Persie pun digeser ke depan menjadi pendamping Henry.
Bersama Arsenal, Van Persie menjelma jadi pemain kelas dunia. Sayangnya, tak banyak gelar yang bisa dia raih walau sukses menyumbangkan 132 gol dan 55 assist dari 280 penampilan. Tercatat hanya trofi Piala FA dan Community Shield yang bisa diraih Van Persie bersama The Gunners.
Pada musim 2012/13 Van Persie hengkang ke Manchester United setelah pada musim sebelumnya mencatatkan diri sebagai topskorer Premier League. Di United, Van Persie menjadi kartu truf Alex Ferguson yang berusaha memburu gelar liga di musim pemungkasnya. Dengan sumbangsih 26 gol dari Van Persie, termasuk hat-trick di laga menentukan kontra Aston Villa, Manchester United meraih gelar Liga Inggris-nya yang ke-20.
ADVERTISEMENT
Setelah Ferguson pensiun, penampilan Manchester United menurun. Van Persie pun hanya mampu mencetak 22 gol dari 48 laga di musim 2013/14 dan 2014/15. Di usia 31 tahun, pada awal musim 2015/16, Van Persie akhirnya pergi ke Sueper Lig Turki untuk memperkuat Fenerbahce. Dua tahun berselang, dia barulah dia mudik ke Feyenoord.
Van Persie kembali persis setelah Feyenoord meraih gelar Eredivisie pertama dalam 18 tahun. Pada musim 2017/18 dan 2018/19, gelar itu memang akhirnya kembali lepas dari genggaman. Namun, trofi KNVB Beker 2017/18 dan Johann Cruijff Schaal 2018 berhasil diraih Van Persie bersama klub masa kecilnya itu.
Kehebatan Van Persie sebagai seorang striker tidak hanya tampak di level klub. Bersama Tim Nasional, pemain Belanda dengan catatan gol terbanyak di Premier League itu juga mampu menunjukkan kelasnya. Pada Piala Dunia 2010 dia membawa Belanda ke final, lalu pada pada Piala Dunia 2014 Oranje dia antar finis sebagai juara ketiga. Total, 50 gol sukses ia bukukan dari 102 pertandingan untuk menjadi topskorer sepanjang masa Timnas Belanda.
ADVERTISEMENT
Apa yang diberikan Van Persie untuk Timnas Belanda itulah yang membuatnya jadi legenda sepak bola di Negeri Kincir Angin sana. Itulah mengapa, para pemain ADO sudi memberinya guard of honor meski berlaku sebagai lawan. Itulah mengapa, aplaus meriah dan tempik sorak jadi pengiring yang layak untuk kepergiannya. Itulah mengapa, sudah selayaknya nama Robin van Persie selamanya disinonimkan dengan kehebatan.