Dilatih Conte, Jangan Harap Pemain Inter Bisa Bertingkah Seenaknya

13 Juli 2019 19:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Inter Milan, Antonio Conte. Foto: Paul Hanna/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Inter Milan, Antonio Conte. Foto: Paul Hanna/Reuters
ADVERTISEMENT
Dimulailah hari-hari 'menakutkan' Inter Milan. Tenang, mereka tidak diimpit ancaman pailit atau diganjar larangan berkompetisi di level Eropa. Yang membikin hari-hari mereka bakal mencekam adalah kehadiran Antonio Conte.
ADVERTISEMENT
Kalau tidak percaya, silakan bertanya pada Gianluigi Buffon atau siapa pun yang pernah dilatih Conte. Pelatih yang satu ini menempatkan kekalahan sebagai perkara najis. Maka, jangan heran jika membaca wawancara Buffon yang menggambarkan semengerikan apa ruang ganti Juventus kala itu ketika mereka menelan kekalahan.
Dalam bukunya yang berjudul Metodo Conte, jurnalis Italia, Alessandro Alciato, mengangkat kisah ini. Sekali waktu, Buffon mewakili kawan-kawannya untuk meminta bonus kepada Conte di pengujung 2013/14 karena Juventus sudah mengunci gelar scudetto.
"Permisi, Boss. Direktur ingin membereskan urusan bonus karena tim sudah berhasil mengunci gelar juara," seperti itu cara Buffon memulai pembicaraan dengan Conte.
Alih-alih mendengar, Conte justru menghardik Buffon. Katanya, ia tidak sudi mendengar permintaan macam itu sebelum musim berakhir.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak mau mendengar apa pun! Bonus? Anda sangat mengecewakan! Anda sudah menjadi pecundang hanya dengan bicara seperti itu. Tidak ada bedanya dengan sebagian orang-orang tolol!"
Padahal, Buffon tidak datang sendirian ke hadapan Conte. Ia bersama direktur klub, Beppe Marotta, yang notabene adalah bos Conte. Lagipula, itu 'kan musim terakhirnya Conte. Jadi, mbok, ya, santai sedikit.
Lewat sikapnya yang meledak-ledak itu, Conte ingin menegaskan: Selesaikan dulu kewajibanmu, lalu kau bisa bicara macam-macam.
Suasana intens sudah dirasakan skuat Inter. Jelang Serie A 2019/20 dimulai, Conte menggembleng tim dengan latihan keras dan tertutup di Lugano. Menurut sang kiper, Samir Handanovic, sikap keras Conte itu beralasan.
Ia ingin anak-anak asuhnya tidak tampil dengan mental kerdil. Jangan harap alasan 'kami sudah berusaha sekeras mungkin' bisa menghindarkanmu dari murka ketika kalah. Pertandingan sepak bola ada untuk dimenangi. Kau tidak akan bisa menang jika turun arena sebagai pecundang.
ADVERTISEMENT
"Kami bekerja dengan ekstra keras, tapi kami juga sudah memperkirakan itu ketika bicara soal Conte. Saya melihat teman-teman sangat termotivasi dan siap dengan tantangan di musim baru," jelas Handanovic, dilansir Football Italia.
"Perjalanan kami dimulai dua tahun lalu di bawah didikan Luciano Spalletti sehingga sekarang kami bisa membangun tim di atas fondasi yang kuat," ucap kiper berkebangsaan Slovenia ini.
Handanovic dipaksa jatuh bangun. Foto: Reuters/Max Rossi
Yang bersiap untuk mengubah Inter pada 2019/20 bukan cuma Conte, tapi juga Gabriele 'Lele' Oriali. Nama yang terakhir disebut adalah legenda hidup yang pernah membela Inter selama 13 tahun, sejak 1970 hingga 1983.
Kali ini, Oriali datang ke Inter sebagai manajer teknis. Ia bertugas untuk menghubungkan skuat dengan klub.
ADVERTISEMENT
"Kami gembira Lele Oriali kembali sebagai manajer (teknis) tim. Karena ia menghubungkan skuat dengan klub, ia bakal mengamati segala sesuatunya," ucap Handanovic.
"Dia ada di sini karena kami ingin mengembalikan nilai-nilai yang hilang dalam beberapa tahun terakhir. Para pemain memiliki tanggung jawab kepada klub. Mereka tidak boleh berpikir bahwa mereka bisa bertingkah seenaknya karena mereka pemain hebat. Kedatangan Conte dan kembalinya Oriali dapat membentuk ini jadi yang terbaik," jelas Handanovic.