Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Eks Pelatih Ini Serukan Evakuasi Wanita Afghanistan Tanpa Pandang Identitas
24 Agustus 2021 14:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Afghanistan kini telah diduduki oleh Taliban. Menanggapi hal itu, eks pelatih Timnas Sepak Bola Putri Afghanistan, Kelly Lindsey, mengatakan bahwa wanita di sana banyak wanita yang tak memiliki identitas.
ADVERTISEMENT
Meski para wanita di Afghanistan tak memiliki identitas yang sah, Lindsey mengatakan bahwa mereka harus tetap ditolong. Menurutnya, para wanita di sana harus dibantu mencari tempat tinggal yang aman.
"Orang-orang di dunia perlu bersatu dan membawa mereka (wanita Afghanistan) ke tempat yang aman. Ini tidak bisa tentang, apakah Anda memiliki dokumen yang tepat, apakah Anda memiliki kartu identitas yang benar, apakah Anda memiliki paspor yang benar?" terang Lindsey, dikutip dari ABC Sport.
"Karena saya akan memberi tahu Anda bahwa begitu banyak wanita di Afghanistan yang tidak memiliki identitas, tidak memiliki kartu identitas, tidak memiliki paspor," tambah sosok yang melatih Timnas Sepak Bola Putri Afghanistan selama 2016-2020 ini.
Selain Kelly Lindsey yang mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi para wanita di Afghanistan, ada juga eks kapten timnas sepak bola putri negara tersebut, Khalida Popal, yang ikut angkat bicara.
ADVERTISEMENT
"Saya merasa sangat sakit, saya merasa hancur, saya tidak dapat membantu. Saya melihat wanita terjebak di sana, saya mendengar suara mereka, suara gemetar wanita ketakutan dan ketakutan. Saya merasa tidak berdaya, itu tanpa henti," kata Popal kepada The Ticket, seperti dikutip dari ABC Sport.
Khalida Popal juga menyebut bahwa kembalinya rezim Taliban menandakan berakhirnya mimpi para pemain Timnas Sepak Bola Putri Afghanistan. Sebab jika mengingat kekuasaan Taliban periode 1996-2001, para wanita tak dibolehkan menjadi atlet.
"Apa yang terjadi sekarang adalah kembali ke titik awal. Kami merasa pertunjukan sudah berakhir. Kami mendorong perempuan dan anak-anak berdiri dan berani. Kini, saya menyuruh mereka mengambil foto, menutup media sosial, dan mencoba untuk menutup suara mereka. Ini menyebabkan begitu banyak rasa sakit," ujar Popal kepada BBC Sport.
ADVERTISEMENT
"Para pemain sangat vokal, membela hak-hak perempuan, dan sekarang hidup mereka dalam bahaya besar," tandasnya.
Sementara itu, Taliban sempat menyinggung ihwal hak-hak wanita Afghanistan dalam konferensi pers pada Selasa (17/8). Mereka mengungkapkan komitmennya untuk menghormati hak-hak wanita yang sebelumnya sangat mereka batasi.
“Kami akan mengizinkan wanita untuk bekerja dan mengenyam pendidikan. Tentu saja, kami memiliki kerangka kerja sendiri. Wanita akan memiliki peran yang sangat aktif di tengah masyarakat, tetapi tetap dalam kerangka Islami,” kata Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dikutip dari Al Jazeera.