Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Final Liga Champions: Real Madrid dan Hikayat Vicente del Bosque
21 Mei 2018 19:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB

ADVERTISEMENT
Vicente del Bosque tak banyak bicara. Tak terkecuali saat ia berada di bangku cadangan sebuah stadion.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah wawancara, Del Bosque mengatakan bahwa sifat pendiam yang ia miliki dipengaruhi oleh masa kecilnya. Ia ingat betul, di masa lalu, dilarang kedua orang tuanya untuk bersikap dingin, salah satu caranya, ya, dengan tidak banyak bicara.
Del Bosque lahir di Salamanca pada 1950. Tak banyak yang tahu siapa ibunya. Sementara itu, dari beberapa naskah, diketahui bahwa ayahnya bernama Fermin dan punya pengalaman buruk atas rezim sayap kanan Spanyol yang dipimpin oleh Jenderal Franco.
Pengalaman Fermin membuatnya mengecap buruk semua pengaruh Franco di Spanyol. Alangkah sial Fermain ketika ia tahu Del Bosque menerima tawaran yang diberikan oleh Real Madrid—kesebelasan yang dulunya didukung pemerintah Spanyol.
Karier Del Bosque di Madrid tak berjalan mulus. Pelbagai cedera yang menghantui membuatnya kerap dipinjamkan ke kesebelasan lain. Hingga pensiun pada 1984, ia bermain dalam 445 pertandingan dan mencetak total 30 gol.
ADVERTISEMENT
Pelatih tim junior Madrid menjadi pilihan Del Bosque setelah memutuskan gantung sepatu. Lantaran punya pendekatan dan kemampuan meracik strategi yang apik, kariernya melesat. November 1999, ia diangkat sebagai pelatih kepala Madrid menggantikan John Toshack.
Hanya sedikit pihak yang memprediksi bahwa karier Del Bosque tak akan bertahan lama di Spanyol. Minimnya pengalaman dan ketidakmampuan membangun komunikasi membuatnya diprediksi bakal cepat dipecat.
Pada kenyataannya, nasib berpihak kepada Del Bosque. Ia menjalankan dua masa baktinya sebagai caretaker dengan hasil yang tak buruk-buruk amat. Dua masa tersebut memuluskan langkahnya untuk menjadi pelatih permanen di pertengahan musim 1999/00.
Del Bosque melakukan segala cara untuk mengembalikan kejayaan Madrid. Mulai dari mendatangkan sosok-sosok pembeda, macam Steve McManaman dan Nicolas Anelka, hingga memberi banyak kesempatan untuk pemuda lokal, seperti Iker Casillas dan Raul.
ADVERTISEMENT
Kedalaman skuat Madrid disusun oleh Del Bosque dengan gaya bermain pragmatis. Mereka diajari mengubah keunggulan menjadi kemenangan hingga menerima ketidakadilan untuk tak mendapatkan kekalahan.
Cara tersebut menuai hasil. Meski tak sepenuhnya berhasil, Del Bosque berhasil mengubah Madrid. Permainan pragmatis yang dilakukan olehnya membungkam beberapa kesebelasan besar, seperti Bayern Muenchen dan Manchester United.
Hingga tiba saat di mana Madrid mencapai final keduanya dalam tiga musim terakhir. Dalam partai final yang digelar di Saint Denis, mereka pulang sebagai juara usai mengalahkan Valencia dengan skor 3-0.
Del Bosque menerapkan cara yang sama ketika membawa Madrid menjuarai Liga Champions 2001/02. Di fase grup kedua, mereka lolos ke perempat final setelah tak terkalahkan. Di perempat final dan semifinal, mereka mengubur mimpi Bayern Muenchen dan Barcelona.
ADVERTISEMENT

Di partai puncak, Madrid menjadi juara usai mengalahkan Bayer Leverkusen dengan skor 2-1. Unggul lebih duu melalui gol Raul, Leverkusen kemudian menyamakan kedudukan lewat gol Lucio, lima menit kemudian.
Beruntung, Madrid punya Zinedine Zidane dan Roberto Carlos—dan Del Bosque tentunya. Dinginnya ekspresi dari pinggir lapangan diiringi oleh gol Zidane, buah dari umpan yang dilepaskan oleh Roberto Carlos dari pertahanan wakil Jerman tersebut
Sepanjang kompetisi edisi tersebut, Madrid hanya menelan dua kekalahan. Dua-duanya terjadi saat laga tidak digelar di Santiago Bernabeu. Lebih menyenangkannya lagi, mereka mencapai final dengan mengalahkan Barcelona dengan agregat 3-1.
Perjalanan indah Del Bosque dengan Madrid diteruskan di musim 2002/03. Meski tak mampu mempertahankan gelar Liga Champions, mereka menutup musim dengan keunggulan dua poin atas Real Sociedad di klasemen akhir.
ADVERTISEMENT
Kisah Madrid di bawah Del Bosque harus berakhir satu hari usai menjuarai La Liga. Berdasarkan pengumuman yang diterangkan oleh presiden Florentino Perez, Del Bosque dipecat karena tak sesuai dengan target pemasaran yang dicanangkan oleh Madrid.

Seiring kedatangan David Beckham pada bursa transfer musim panas 2003/04, strategi pemasaran Madrid memang berubah. Mereka yang dulunya menyasar masyarakat kelas atas, saat itu menarik perhatian anak muda metropolitan.
Hal tersebut tentu berkebalikan dengan Del Bosque. Rambutnya yang beruban dan gayanya yang dirasa sudah kuno dinilai tidak layak untuk menjadi juru taktik kesebelasan seperti Madrid yang mengincar kelas masyarakat baru.
“Del Bosque adalah sosok tradisional,” kata Perez. “Kami mencari sosok anyar yang tahu perkembangan taktik, strategi, dan yang lain. Kami percaya, dengan skuat ini, kami bisa membangun kesebelasan yang lebih kuat.”
ADVERTISEMENT
“Satu hal lain yang membuat kami memutuskan untuk menghentikan kerja sama dengan Del Bosque adalah tubuh rentanya. Ia terlihat sudah sangat lelah. Kami ingin mengucapkan terima kasih atas pemberiannya selama ini dan mendoakan yang terbaik untuknya.”
Pemecatan tersebut membuat Del Bosque dendam kesumat. “Faktnya, mereka memang kecewa dengan apa yang saya lakukan selama ini. Saya tak akan berubah untuk menjadi modern dan kembali ke sini,” kata Del Bosque sambil mengencangkan otot.
====
*Final Liga Champions akan dihelat di Stadion NSC Olimpiskiy, Kiev, Minggu (27/5/2018) dini hari WIB. Sepak mula dilakukan pukul 01:45 WIB.