Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Sudah hampir seminggu semenjak kabar buruk itu datang. Minggu (4/5/2018) dini hari WIB, Manchester United mengonfirmasi bahwa Sir Alex Ferguson, pria yang mengantarkan mereka meraih 13 gelar juara Premier League, masuk rumah sakit karena pendarahan otak.
ADVERTISEMENT
Ferguson langsung menjalani operasi, dan operasi tersebut berjalan sukses. Tidak ada kabar lanjutan setelahnya. United hanya memberitahu bahwa Ferguson bakal menjalani perawatan intensif dan meminta kesediaan setiap pihak untuk memberikan privasi.
Kamis (10/5) dini hari WIB, United memberikan kabar yang melegakan: kondisi Ferguson sudah membaik. Pernyataan klub kemudian ditegaskan oleh Manajer United, Jose Mourinho, yang menyebut pendahulunya itu dalam keadaan baik.
Yang menarik, tentu saja, adalah berbagai ucapan cepat sembuh, baik dari lawan, kolega, mantan pemain, dan (mantan) rival. Sederet ucapan tersebut menandakan betapa berwarnanya karier Ferguson.
Beberapa jurnalis, seperti Daniel Taylor dari The Guardian, bahkan menuliskan sebuah kolom yang lebih mirip seperti surat cinta. Taylor, sama seperti halnya beberapa jurnalis, juga pernah dilarang Ferguson untuk menghadiri konferensi pers-nya.
ADVERTISEMENT
Anehnya --atau uniknya, tergantung bagaimana Anda memandang masalah ini--, Taylor tetap menaruh respek besar pada pria kelahiran Glasgow, Skotlandia, itu. Taylor bahkan berusaha sebisa mungkin menulis kolomnya untuk tidak terdengar seperti obituari.

Ia paham, orang yang dibicarakannya tengah berjuang melawan penyakit. Ia juga paham, sesulit apa pun, Ferguson biasanya selalu bisa melewati adangan. Selalu ada waktu tambahan untuk Ferguson.
Apa yang dilakukan Taylor membuat saya tertarik untuk membahas hubungan Ferguson dengan orang-orang di sekitarnya, entah itu terhadap lawan atau kepada pemain sendiri.
Ada satu hal menarik: Yusuf Arifin, dalam Football Rant episode 29 ini, menyebut Ferguson sebagai control freak. Saking control freak-nya, ia bahkan punya jejaring khusus dan kenal dengan setiap pemilik pub di Manchester, jaga-jaga kalau ada pemainnya yang keluyuran dan mabuk sampai larut. Jika ketahuan, habis sudah si pemain.
ADVERTISEMENT
Anda boleh menyebutnya sebagai tangan besi, tapi percaya atau tidak, ketegasan itu tidak mengurangi rasa hormat mantan pemain-pemainnya. "Di lain waktu, dia bisa tampil begitu charming," kata Yusuf, menyebut sisi lain Ferguson yang begitu simpatik.