Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Gian Zola dan Masa Depannya Bersama Persib
2 Januari 2019 15:56 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB
ADVERTISEMENT
Laiknya pemain muda pada umumnya, Gian Zola Nasrulloh bukanlah siapa-siapa. Merintis karier profesional bersama Persib Bandung, Zola memerlukan waktu panjang untuk membangun kredibilitas dan menjejak titik tertinggi.
ADVERTISEMENT
Pemain muda potensial. Demikian predikat yang disematkan kepada Zola. Bukan tanpa latar belakang anggapan tersebut lahir. Saat berusia 17 tahun, Zola mampu menembus tim senior 'Maung Bandung' dan berlaga di ajang Piala Jenderal Sudirman 2015.
Kesuksesan tersebut tak lepas dari regulasi yang mengharuskan setiap tim menurunkan dua pemain berusia di bawah 21 tahun. Tapi, kapabilitas Zola tak boleh disangsikan karena pelatih Persib saat itu, Djadjang Nurdjaman, memanggilnya karena ia dinilai kompeten.
Dengan menit bermain yang tergolong melimpah, Zola dapat mengasah mental dan kualitas mengolah si kulit bulat. Namun, di usianya yang tergolong belia, Zola kesulitan mengintegrasikan diri dengan tim. Alhasil, sebagai gelandang serang, Zola dianggap gagal menghidupkan koneksi Persib di sepertiga akhir lapangan.
ADVERTISEMENT
Meski gagal mengantarkan Persib ke fase gugur, kiprah Zola tetap diapresiasi. Bahkan, kepercayaan Djanur --sapaan Djadjang-- kepada Zola tak tergerus. Hal itu mewujud pada keputusannya memasukkan nama Zola dalam skuat Persib untuk Indonesia Soccer Championship 2016.
Pada turnamen keduanya, nama Zola belum terdengar lantang. Pamornya masih kalah dibanding Febri Hariyadi yang menjadi pilar Persib di sisi kanan. Wajar saja karena materi Persib di lini tengah semakin mewah dengan kedatangan Robertino Pugliara, Kim Jeffrey Kurniawan, dan Rachmad Hidayat.
Reputasi Zola baru melambung ketika berlaga di Liga 1 2017. Aturan yang mewajibkan semua kontestan liga menurunkan tiga di bawah usia 23 tahun dalam starting XI menghadirkan Zola sebagai pilar di pos gelandang serang Persib. Kehadiran pemain sekaliber Michael Essien dan Raphael Maitimo pun tak mengancam posisi Zola.
ADVERTISEMENT
Tak salah kalau menyebut Zola sebagai gelandang kreatif yang punya visi bermain tajam, tetapi nyatanya ia cuma merangkum 1 gol dan 1 assist dari 14 laga atau 625 menit bermain. Ketika regulasi menyoal pemain muda dihapus, Zola pun tergusur ke bangku cadangan.
Semakin sulit bagi Zola untuk mendapatkan menit bermain pada musim berikutnya. Kedatangan pelatih Roberto Carlos Mario Gomez itu plus gelandang komplet, Oh In-Kyun, menjadi faktor penyebab. Kondisi tersebut mendorong Zola untuk mencari destinasi anyar pada putaran kedua.
Persela Lamongan yang jauh-jauh hari sudah menaruh minat menjadi labuhan baru Zola dengan status pinjaman. Bersama klub berjuluk 'Laskar Joko Tingkir' itu, Zola tampil memesona. Ia sukses menjadi distributor ulung. Empat assist yang ia catatakan dalam 16 laga bisa menjadi patokan. Gemerlapnya Zola membantu Persela lolos dari jerat degradasi.
ADVERTISEMENT
Performa impresif Zola tentu membuatnya diminati banyak klub. Kemungkinan hijrah terbuka, apalagi Zola sedang disangkut pautkan dengan salah satu klub Thailand. Kendati begitu, Zola tetap berharap dapat menjadi pilar dan berkilau bersama Persib . Asa tersebut membesar pasca merapatnya Miljan Radovic sebagai juru taktik.
Keinginan Zola membesar manakala Radovic sesumbar bakal memberikan kepercayaan kepada pemain muda untuk unjuk gigi plus menerapkan gaya bermain baru ala Eropa. Tapi, entah Eropa bagian mana yang menjadi rujukan pria kelahiran Montenegro itu. Jika menilik rekan jejak Radovic sebagai pemain, Eropa Timur-lah yang menjadi list teratas.
Sebagai pria berdarah Balkan, Radovic tentu senang dengan pemain yang cepat mencerna instruksi. Sebab, pelatih berusia 43 tahun itu kemungkinan besar bakal mengutamakan pola ketimbang kekuatan fisik. Berangkat dari situ, Zola bisa menjadi salah satu pemain yang bisa merealisasikan plan terukur sang pelatih.
ADVERTISEMENT
Hal itu tak lepas dari atribut yang dimiliki Zola. Menyoal postur, Zola tak bisa dikatakan ideal. Akan tetapi, ketika menguasai bola, Zola memiliki ketenangan yang luar biasa. Ia tak pernah tergesah-gesah dalam mengambil keputusan, sehingga akurasi umpannya tergolong baik. Assist yang ia berikan kepada Dendy Sulistyawan saat melawan Persipura Jayapura dalam pekan ke-18 Liga 1 bisa menjadi bukti sahih.
Menerima bola dari belakang, Zola melakukan beberapa gerakan untuk membuat ruang umpan sembari melirik pergerakan rekan di dalam kotak penalti lawan. Tak berselang lama, Zola menyodorkan umpan terukur dengan menggunakan kaki kiri. Bola yang melayang ke dalam kotak 16 berhasil disambut Dendy dengan sundulan kepala.
Namun, Zola tak piawai berduel udara maupun bawah. Untuk menutup rapor merah itu, Zola dituntut pandai membaca dan memotong aliran bola lawan. Sebab, pelatih berdarah Balkan menuntut gelandang bisa melakukan tugas ofensif dan defensif dengan sama baiknya.
ADVERTISEMENT
Jika Zola mengasah atribut yang disebut terakhir, bukan tak mungkin ia bakal menjadi andalan Radovic. Yang mesti diakui saat ini, Zola masih memerlukan waktu untuk membangun kredibilitas dan menjejak titik tertinggi sebagai pesepakbola profesional.